Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 06
Seorang wanita yang memiliki tubuh yang sangat bagus dan kulit wajah yang bercahaya berjalan bak seorang model masuk ke dalam sebuah cafe, dimana seorang gadis yang berusiah 18 tahun sedang duduk di kursi menunggu kehadirannya. Gadis yang duduk itu nampak senang saat melihat wanita cantik yang bernama Inggrid telah datang menghampirinya.
"Calon iparku." Kata Baby Maganta adik dari Adrian Maganta.
"Bagaimana kabar Beb" jawab Inggrid sambil cipika cipiki dengan Baby, calon adik iparnya.
"Baik."
Keduanya pun larut dalam cerita, keduanya saling melepaskan rindu karena sudah hampir tiga bulan lamanya mereka tidak jumpa.
"Oh yah, jangan katakan pada Adrian jika aku sudah tiba, biar ini bisa menjadi kejutan baginya."
"Baiklah." Jawab Baby, namun beberapa saat kemudian, Baby terdiam dan memandang wajah Inggrid. "Oh my god." Batin Baby. Baby lupa jika saat ini ternyata kakaknya sudah menikah dengan gadis yang bernama Afika atas dasar perintah darinya. Dan tanpa sepengetahuan Inggrid, kini Baby merasa cemas karena memikirkan kisah cinta kakak tersayangnya dengan gadis yang begitu di cintai oleh kakaknya.
"Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada masalah?" Tanya Inggrid yang mulai curiga melihat tingkah Baby.
"Ahhh apaan sih kak. Aku itu menatap kak Inggrid karena kagum, kenapa wajah kak Inggrid semangi kincong." Bohong Baby.
Inggrid tersenyum mendengar ucapan Baby, lalu mereka kembali berbincang..
••••
Afika hanya diam saat mendapatkan perintah dari Adrian. Kali ini Adrian memaki Afika dan juga memerintahkan Afika agar membersihkan seluruh rumah tanpa di bantu sedikit pun, dan juga Afika di perintahkan agar membersihkan kolam renang yang berada di belakang rumah.
Dari pagi, hingga pukul sepuluh malam, tugas Afika membersihkan rumah telah selesai. Dan kali ini, hanya kolam renang yang akan Afika bersihkan. Saat Afika berjalan ke arah kolam, perut Afika berbunyi. Afika mengusap perutnya, ia lupa jika sehari ini perutnya belum pernah di isi sama sekali.
"Yang sabar, tinggal sedikit lagi." Kata Afika sambil mengusap perutnya.
Afika tersenyum sambil berjalan ke arah kolam renang, dan sungguh betapa kagetnya Afika saat melihat kolam yang di penuhi sampang plastik dan dedaunan yang kering entah dari mana datangnya. Afika menatap sekeliling yang ada hanya pohon rindang dengan daun yang masih segar berwarna hijau. Dan Afika sudah bisa menebak siapa pelaku yang telah membuang sampah di kolam renang.
"Lembur." Gumam Afika sambil menghembuskan nafas secara kasar.
Perlahan, Afika menaikkan satu persatu sampah dengan alat yang sudah tersedia di sana. Afika mulai membersihkan dari pinggiran kolam. Hingga beberapa saat kemudian, tubuh Afika kehilangan keseimbagan. Hingga membuat Afika terjatuh ke dalam kolam
Byurrrr......
Afika berusaha teriak sekeras mungkin agar ada orang yang mau menolong dirinya. Afika berusaha berenang namun apa daya, dirinya sama sekali tidak pandai dalam hal berenang. Karena semasa hidupnya Afika hanya tinggal di panti, tumbuh hingga bersar dan membanti ibu panti mengurus anak-anak lainnya.
"To-olong, tolong." Teriak Afika dengan kedua tangan yang muncul di permukaan kolam.
Tidak ada satupun yang datang menolong, hingga Afika merasa lemas dan berpasrah diri.
"Jika sudah waktunya aku pulang. Tolong, buktikan semuanya jika aku tidak bersalah. Buat pria itu menyesali perbuatannya." Batin Afika sambil menutup matanya di dalam air.
Byuuuurrrrrr....
Seorang pria berlari menuju kolam dan langsung menceburkan diri, menolong Afika, membawa Afika hingga naik ke dasar permukaan, pria itu bahkan memberikan bantuan pada Afika, dengan memompa da-da Afika, tapi Afika tak kunjung membuka matanya. Hingga pria itu memutuskan memberikan nafas bantuan sebayak dua kali, dan berhasil membuat Afika terbatung, setelah itu, pria yang menolong Afika lalu pergi. Perlahan Afika membuka mata dan melihat langkah kaki pria itu menjauh darinya, Afika melihat pundak belakang pria itu dengan samar-samar.
••••
Di panti asuhan, ibu Siti nampak begitu sedih mengkhawatirkan Afika yang saat ini belum di ketahui keberadaannya. Bu Siti bahkan terus memandangi foto Afika yang berada di kamar Afika. Bu Siti menyesali telah menyetujui lamaran pernikahan dari ibu Sulis yang menjodohkan Rangga anaknya dengan Afika.
"Maafkan ibu nak." Lirih bu Siti.
"Ibu, ini sudah terjadi. Lebih baik kita berdoa agar Afika baik-baik saja di manapun dia berada." Kata Farah menenangkan bu Siti.
"Bagaimana ibu bisa tenang nak. Afika tidak pernah menelpon memberi kabar. Berarti Afika...." Ibu Siti tidak mampu lagi meneruskan perkataannya, dia terus saja menangis dan menyesali keputusannya menerima permintaan ibu Sulis.
FLASHBACK.
Sulis donatur tetap di panti asuhan Harapan Kita. Tiap bulannya bu Sulis berkunjung membawakan keperluan panti, dan juga menyumbangkan uang untuk panti. Dan selama menjadi donatur tetap, bu Sulis terus memperhatikan Afika. Hingga bu Sulis memutuskan untuk menjodohkan Afika dengan putranya yang bernama Rangga. Perjodohan yang tanpa bertemu sama sekali. Hanya melakukan panggilan telepon sesekali melalui telepon milik panti asuhan. Dan dari situ awal mula Afika jatuh cinta pada calon suaminya dan di gambarkan baik menurut bu Sulis. Afika sering mendapat telepon dari Rangga, hingga Afika hafal betul suara Rangga, maka dari itu saat ijab kabul, Afika merasa ada yang berbeda dari suara pria yang mengatakan ijab kabul di hari itu.
Dan akhrinya bu Sulis menetapkan tanggal pernikan untuk Afika dan Rangga, yang sudah di setujui oleh kedua belah pihak. Semenjak menuju hari pernikahan Rangga masih aktif memberikan kabar, namun 3 hari menuju hari H, tiba-tiba Rangga hilang tanpa kabar. Tidak ada lagi panggilan telepon. Tapi Siti hanya menenangkan Afika bahwa mungkin saja Rangga sedang sibuk dengan urusan pekerjaannya.
salah tulis nama