NovelToon NovelToon
Serious? I'M Not A Hero!

Serious? I'M Not A Hero!

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: ex

Kim Tae-min, seorang maniak game MMORPG, telah mencapai puncak kekuatan dalam dunia virtual dengan level maksimal 9999 dan perlengkapan legendaris. Namun, hidupnya di dunia nyata biasa saja sebagai pegawai kantoran. Ketika dunia tiba-tiba berubah akibat fenomena awakening, sebagian besar manusia memperoleh kekuatan supranatural. Tae-min yang mengalami awakening terlambat menemukan bahwa status, level, dan item dari game-nya tersinkronisasi dengan tubuhnya di dunia nyata, membuatnya menjadi makhluk yang overpower. Dengan status dewa dan kekuatan yang tersembunyi berkat Pendant of Concealment, Tae-min harus menyembunyikan kekuatannya dari dunia agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Di tengah kekacauan dan ancaman baru yang muncul, Tae-min dihadapkan pada pilihan sulit: bertindak untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, atau terus hidup dalam bayang-bayang sebagai pegawai kantoran biasa. Sementara organisasi-organisasi kuat mulai bergerak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembantaian di Dalam Gate

Libur kerja. Ini seperti mendapatkan napas segar setelah tenggelam di lautan pekerjaan yang membosankan. Tidak ada bos yang menyebalkan, tidak ada rekan kerja yang sok tahu, hanya aku dan... monster-monster malang yang akan kubantai.

Tapi sebelum bisa menikmati hari 'relaksasi' itu, aku harus mampir dulu ke Asosiasi Hunter untuk mengambil izin. Ya, meski aku overpower, prosedur tetaplah prosedur.

Aku berjalan masuk ke gedung asosiasi dengan wajah malas. Sudah berkali-kali aku ke sini, dan rasanya selalu sama ramai dengan hunter-hunter yang sok keren. Salah satu dari mereka bahkan melirikku seolah menilai, mungkin bertanya-tanya kenapa aku yang terlihat biasa-biasa saja berani masuk ke asosiasi ini.

"Terserah, tatap saja sampai mata lo juling," gumamku pelan, lalu menuju ke meja pendaftaran.

"Selamat pagi, Tuan. Apa keperluan Anda hari ini?" tanya resepsionis dengan senyum profesionalnya.

"Aku ingin ambil surat izin untuk masuk Gate Rank B. Solo."

Dia terlihat sedikit kaget. "Solo? Rank B?"

Aku tersenyum tipis. "Iya, solo. Aku suka privasi, nggak suka ramai-ramai. Sebenarnya aku ini introvert."

Tanpa banyak tanya lagi, dia menyerahkan surat izin yang kubutuhkan. "Baiklah, selamat berburu, Tuan. Hati-hati di dalam."

Aku mengangguk dan berbalik pergi. Rasanya aneh juga selalu dianggap lemah karena tampilanku yang biasa ini. Tapi, ya, itu yang terbaik. Kalau mereka tahu betapa overpower-nya aku, bisa-bisa aku dikuntit wartawan atau, lebih parah lagi, para hunter level atas.

Dengan izin di tangan, aku langsung menuju Gate Rank B yang terletak di daerah pegunungan. Setelah memeriksa sekali lagi bahwa semua equipment dan persediaanku lengkap, aku melangkah memasuki portal biru yang berkilauan di depan mataku.

"Yah, ayo kita mulai pesta berdarah ini."

Begitu melewati portal, suasana berubah total. Hutan gelap dengan kabut tipis menyambutku. Udara dingin dan lembab, dan aku bisa merasakan mata-mata monster yang mengintai dari segala arah. Mereka seolah menunggu saat yang tepat untuk menyerangku.

“Lihat, mereka bahkan memberikan sambutan kehormatan,” kataku pada diri sendiri sambil merentangkan tangan. “Aku merasa seperti selebriti... tapi versi pembunuh massal.”

Tidak butuh waktu lama sebelum mereka mulai muncul. Orc, serigala raksasa, dan segerombolan goblin bermunculan dari dalam hutan, melingkariku seperti kawanan predator. Mata merah mereka berkilauan, siap menyerang.

Aku memasang senyum puas, merasakan adrenalin mulai mengalir. "Ah, ini pasti bagian di mana kalian berpikir, 'kita bisa kalahkan dia'. Spoiler: kalian salah besar."

Dengan gerakan cepat, aku mengaktifkan [Shadow Step] dan menghilang dari pandangan mereka. Dalam sekejap, aku muncul di belakang salah satu orc besar, menyarangkan pukulan keras tepat ke tengkoraknya. CRACK! Suara retak yang memuaskan terdengar ketika kepalanya meledak seperti semangka.

"Yikes, kepalamu meledak. Kau harus lebih keras lagi kalau mau bertahan."

Para goblin mulai menyerang dengan senjata tumpul mereka, tapi sebelum mereka bisa mendekat, aku mengaktifkan [Fire Burst]. Sebuah ledakan api yang besar menghancurkan mereka menjadi abu seketika. Tubuh-tubuh kecil mereka terlempar dan hangus dalam detik-detik terakhir hidup mereka.

"Hmm, bau daging panggang. Sayang sekali tidak ada yang bisa dimakan di sini."

Serigala raksasa mulai mengelilingiku, taring-taring mereka terhunus. Mereka menggeram marah, mencoba mengintimidasi, tetapi aku malah tertawa kecil. "Ayolah, serang saja kalau berani. Aku sudah kangen menghancurkan tulang-tulangmu."

Dengan sekali tebas menggunakan [Wind Blade], dua serigala raksasa langsung terpotong menjadi dua bagian. Darah dan organ dalam mereka berceceran di tanah, tapi aku hanya tertawa.

“Aww, kalian kasihan sekali. Gagal jadi anjing penjaga, ya?”

Para monster terus berdatangan. Tapi bagiku, ini hanya seperti sesi latihan yang menyenangkan. Setiap kali satu menyerang, aku membalasnya dengan serangan yang jauh lebih brutal. Orc yang berani mendekat kugebuk dengan [Lightning Fist], membakar tubuh mereka sampai hangus.

“Ups, kelihatannya kau overcooked. Apa ada request dari dapur?”

Bertarung melawan monster yang regenerasinya cepat itu menantang, tetapi justru membuatku semakin bersemangat. Aku kembali menyerang tanpa henti, menghajar satu demi satu, sementara mereka terus kembali pulih.

"Ayo regenerasi lagi, biar aku bisa potong-potong kalian sekali lagi! Ini seperti permainan whack-a-mole tapi lebih berdarah."

Setelah beberapa lama, regenerasi mereka mulai melambat. Mereka kehabisan energi, sementara aku masih segar bugar, dengan senyum sarkastik di wajahku.

Hutan mulai sepi. Semua monster yang mencoba melawan sudah terkapar, sebagian mati secara permanen, sebagian lagi terlalu lelah untuk bangkit kembali. Aku menatap puing-puing tubuh yang berserakan di sekitarku, napas terengah-engah.

"Ahh... rasanya lega. Ini kayak yoga... tapi dengan lebih banyak pembantaian dan darah."

Aku menendang salah satu orc yang tidak lagi bergerak. "Ya, selamat beristirahat. Kalian berusaha cukup keras."

Setelah membantai semua monster biasa di dalam gate, aku bisa merasakan bahwa ini belum selesai. Jauh di dalam hutan ini, aura bos besar terasa semakin dekat. Sial, bahkan aku bisa mencium baunya.

"Aku yakin bosnya lebih besar dan lebih bau dari kalian semua. Bagus, aku suka tantangan."

Aku mulai berjalan dengan langkah santai, mengarah ke area yang lebih gelap dan mencekam di ujung gate ini. Medan berubah, atmosfer semakin padat.

"Baiklah, bos besar, tunggu aku. Kita akan bersenang-senang bersama. Aku akan memotongmu jadi sashimi, dan mungkin menaruh sedikit wasabi di atasnya."

Dengan begitu, aku terus melangkah, menuju bagian terdalam dari gate. Di kejauhan, suara raungan terdengar. Bos besar menantiku... dan aku siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Aku melangkah pelan, masuk lebih dalam ke dalam ruang yang kian menyempit. Udara dingin berhembus tajam, mengirimkan getaran ke sekujur tubuh. Di depan mataku, berdiri sosok raksasa yang mirip tapi jelas bukan salah satu monster dari anime terkenal tentang manusia-manusia pemakan manusia. Seharusnya aku tersenyum, tapi yang kurasakan justru kesal. Ini sudah gila.

"Ya ampun, lagi-lagi monster kembaran yang nggak tahu malu. Kalau nanti orang-orang lihat ini, mereka bisa mikir aku yang nyolong ide!" aku menggerutu.

Monster itu berwujud humanoid, lebih tinggi dari bangunan tiga lantai. Kulitnya merah menyala, urat-urat besar berdenyut jelas di permukaannya, tanpa lapisan daging sedikitpun. Dia mengeluarkan suara menggelegar, menyapa kedatanganku dengan tatapan penuh amarah.

"Jadi kau yang disebut Colossal Shaitan, ya?" Aku menyapa dengan santai, lalu menepuk bahu sendiri. "Kayaknya aku harus mulai ngeluarin jurus-jurus baru. Dengar-dengar, mereka bilang kau kuat. Ayo, coba pukul aku duluan. Hit me, big boy!"

DUMMM!

Secepat kilat, tinjunya melesat ke arahku. Aku melompat ke samping, hampir tanpa usaha.

"Benar-benar lamban... Kayak nonton video buffering. Bisa nggak kau bergerak lebih cepat?!" seruku dengan nada mengejek. Aku berputar, menghunus pedangku, bersiap untuk menyerang balik.

"Sudah waktunya aku tunjukkan sesuatu yang spesial," gumamku.

Pedangku berkilat. Aku bersiap menggunakan jurus yang selama ini hanya tersimpan di kepala, karena takut dicap plagiat. Tapi hey, ini dunia baru, dan aku bisa berbuat sesuka hati.

"Breathing Style... Oops, maksudku, Breathing Technique: Blazing Slash!" teriakku.

Aku mengayunkan pedangku dengan cepat, menghasilkan gelombang api besar yang mengarah langsung ke tubuh raksasa itu. Gelombang itu menerpa kulitnya yang urat-uratnya menegang.

BZZZSHHH!

Tapi yang terjadi berikutnya adalah hal tak terduga. Dalam hitungan detik, kulit monster itu mulai pulih, seolah-olah jurusku tidak lebih dari goresan kecil.

"Ah, regenerasi ya?" Aku mengangguk-angguk, sambil tersenyum penuh sinisme. "Bagus juga. Bikin aku harus lebih serius. Baiklah, sekarang aku akan sedikit menaikkan level."

Dengan cepat aku memasang Ring of Cosplay, berubah menjadi sosok lain. Aku tahu ini mungkin berlebihan, tapi apa salahnya sedikit bersenang-senang?

"Dan kini, aku menjadi... Ginza Takoshi!" teriakku dengan gaya dramatis.

Tapi tentu saja, transformasi ini hanya membuatku terlihat seperti samurai pemalas dari anime yang tak perlu disebutkan namanya.

"Alright, Shaitan, siap-siap terima Atomic Strike ala aku! Eh, maksudku... I'm the Bazooka!"

Aku mengarahkan pedangku dengan kedua tangan, seolah-olah itu adalah peluncur rudal. Dengan satu hembusan napas, aku mengeluarkan ledakan besar dari pedangku yang menerjang langsung ke arah raksasa itu.

BOOOOOMMM!

Ledakan itu mengguncang seluruh ruangan, menghancurkan sebagian besar dinding dan pilar di sekitarku. Ketika asap mulai menghilang, sosok Colossal Shaitan terlihat terhuyung, tubuhnya penuh luka bakar yang membekas.

Namun, aku bisa melihat urat-uratnya mulai pulih kembali, meskipun lebih lambat dari sebelumnya.

"Wow, kau memang keras kepala ya? Baiklah, aku mulai sedikit jenuh. Jadi bagaimana kalau kita akhiri ini dengan sesuatu yang benar-benar konyol?"

Aku memutar pedangku di udara, membuat gerakan lambat yang penuh gaya. “Dan sekarang, saatnya jurus pamungkas... Black Hole Void Cutter!”

Dengan satu ayunan, pedangku menciptakan celah hitam yang tampak seperti lubang hitam mini. Gelombang gravitasi memaksa tubuh raksasa itu tersedot ke dalamnya, berputar-putar seperti kertas di hisapan vacuum cleaner.

“Goodbye, you giant piece of steak! Jangan lupa tulang punggungnya, ya!”

Dalam beberapa detik, monster itu tersedot ke dalam lubang hitam buatan itu, dan kemudian...

ZRRRTTT!

Hilang tanpa jejak.

Aku tersenyum puas, memandangi arena pertarungan yang kini kosong.

"Well, itu cukup menyenangkan. Terima kasih, author. Aku butuh ini."

Dengan satu tarikan napas dalam, aku menyarungkan pedang dan menatap puing-puing yang tersisa dari arena pertempuran. "Oke, selesai. Saatnya ngumpulin barang-barang rampasan." Aku mengangkat tanganku dan memanggil system window.

[Loot Gathering Mode: Active]

Setiap monster yang sudah kubantai mulai mengeluarkan cahaya biru tipis, menandakan drop item yang muncul dari tubuh mereka. Aku berjalan ke arah tubuh besar Colossal Shaitan yang habis tersedot lubang hitam tadi. Di antara sisa-sisa daging yang berserakan, terlihat beberapa item bercahaya yang menunggu untuk diambil.

“Wah, lumayan juga. Jadi bos ini beneran drop barang keren,” gumamku, sambil mengambil item pertama.

[Item Acquired: Colossal Heart (Rare)] "Jantung? Serius? Ini bisa laku mahal di pasar."

Aku lanjut mengambil beberapa item lagi, dan tidak lama kemudian item epic mulai muncul.

[Item Acquired: Bloodstone Ore (Epic)] "Oho, bahan crafting kelas atas. Siapa tahu bisa bikin pedang yang lebih keren."

Aku terus bergerak di sekitar arena, memunguti drop item dari monster yang sudah kuhabisi. Sistem otomatis juga sudah mengumpulkan semua koin dan resource kecil dari monster-monster kecil yang kubantai tadi.

[Gold Acquired: 5,320]

[Miscellaneous Items Collected: Beast Fangs, Sharp Claws, Monster Cores]

"Alright, semuanya udah beres. Waktunya cabut."

Aku membuka portal keluar dari dalam gate dan melangkah kembali ke dunia luar. Cahaya terang menyilaukan mataku sesaat sebelum aku muncul kembali di halaman depan Asosiasi Hunter.

Aku berjalan santai menuju meja resepsionis, suasana sama seperti biasa, dengan beberapa hunter yang mondar-mandir dan petugas yang sibuk di balik meja. Resepsionis wanita yang sudah sering berurusan denganku menyapaku dengan senyum kecil.

"Oh, Taemin-ssi, sudah selesai dengan gate Rank B-nya?"

"Ya, beres. Gatenya udah selesai." Aku mengangguk dan menyerahkan surat izin masuk gate. "Ini hasil dari dalam gate-nya."

Dia menatapku, sedikit terkejut. "Secepat itu?"

Aku hanya angkat bahu. "Kadang-kadang aku suka cepat kalau lagi mood."

Dia mengambil laporan dan mulai mengetik di komputernya. “Sebentar ya, saya hitung dulu item yang berhasil dikumpulkan.”

Aku bersandar di meja sambil melihat sekeliling. Suasana di asosiasi selalu ramai, hunter-hunter yang sibuk dengan urusan mereka, entah mengambil izin masuk gate atau melaporkan hasil gate yang sudah diselesaikan.

Setelah beberapa menit, resepsionis itu kembali dengan laporan lengkap. "Oke, semua sudah dihitung. Dari item yang kau kumpulkan, total nilainya 32 juta won."

Aku tersenyum kecil. "Cukup lumayan buat gate Rank B."

Dia juga menambahkan. "Kau dapat bonus tambahan karena menyelesaikan gate dengan sangat cepat."

[Bonus Acquired: Extra 5 Million Won for Speed Completion]

"Thanks, selalu menyenangkan dapat bonus!" Aku mengedipkan mata, membuat resepsionis itu tersipu malu, lalu aku melangkah keluar dari asosiasi dengan santai.

Langit mulai memerah ketika aku keluar dari asosiasi. Hari mulai sore, tapi aku merasa sangat puas setelah membantai semua monster di dalam gate tadi.

"Aku benar-benar butuh ini." Aku menarik napas dalam-dalam, merasa beban stres yang kurasakan perlahan hilang. "Mungkin sesekali aku harus melakukan hal semacam ini lebih sering."

Aku melihat ke arah jam tangan dan menyadari sudah cukup malam. "Hm, mungkin sebelum pulang, aku bisa cari minum dulu, siapa tahu bisa ngelampiasin sisa energi."

Aku tertawa kecil, melangkah dengan santai menuju bar terdekat, sambil merenungkan hari-hari berikutnya. Gate sudah beres, dan sekarang aku bisa menikmati hidup tanpa khawatir untuk sementara waktu.

1
rachmat hidayat
unik ceritanya. bagus dan lucu. tokoh OP yg low profile.
Big Black Cook: terimakasih yaa
total 1 replies
RYN
MC tentu op, okelah sebenernya, tapi kenapa kudu di sembunyi? saran sih, alur ceritanya jadi misteri aja. Menceritakan MC mencari tahu asal kekuatan nya, op karena alasan yang jelas lebih di sukai pembaca.

dah gitu aja.
Big Black Cook: diawala doang, itu bab 9 kedepan udah gak nyembunyiiin lagi cmiwww
total 1 replies
RYN
kayaknya udah pernah ngomong gitu? ngulang kah?
Big Black Cook: cuma penjelasan aja
total 1 replies
RYN
gak habis pikir sih ni karakter udah 4D, tau aja dia di dalam novel/Facepalm/
アディ
ntah lah aku ngerasa kayak, terlalu ber tele tele
アディ: iya sih toh mcnya terlalu op
Big Black Cook: maaf ya, itu buat kebutuhan cerita, kalo gebuk gebuk end, kayak kurang enak buat dibaca
total 2 replies
Roditya
komen ya Thor. kayak baca narasi. terus dia nyembunyikan kekuatannya ini nggak jelas gitu alurnya kalo cuma takut jadi bahan percobaan. ya kan dia sudah paling kuat, kenapa takut.

kecuali.

dia punya musuh tersembunyi. demi nemuin musuhnya ini dia tetep low profile gitu. atau di atas kekuatan dia masih ada lagi yang lebih kuat yang membuat dunianya berubah makannya untuk nemuin harus tetep low profile dan itu di jelasin di bab awal. jadi ada nilai jualnya.
Big Black Cook: siap, itu cuma di awal cerita aja dari mulai bab 6 kalo gak salah udah gak ada
Fendi Kurnia Anggara: thor cuman saran, kata author nya di hilangin aja biar lebih enak baca nga
total 9 replies
Leviathan
yu bruh, 3 like mendarat untuk mu, jgn lupa mampir juga di chat story ane dan tinggalkan like
Teh Oolong
colossal titan malah jadi shaitan
Andri Suwanto
kntl kata² setiap bab pasti di sebut 10 kali author apa coba kaga jelas
Raja Semut
malas dah
Big Black Cook: malas kenapa?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!