Alettha gadis 16 tahun yang kini duduk di bangku kelas 2 SMA itu nampak diam termenung, wajah cantiknya masih terlihat kesedihan yang mendalam.
Kehilangan Ayahnya membuat gadis itu begitu frustasi dan begitu sedih, belum lagi semua aset kekayaan ayahnya kini sudah di ambil alih oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab.
Alettha Kinaya Ayu, harus meneruskan hidup nya berapa dengan ibu tiri dan kakak tiri nya yang kurang menyukai nya itu, entah apa yang akan terjadi pada gadis malang itu.
Yuk mampir di cerita pertama ku semoga kalian suka❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lembayung Senjaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran Yang Menyakiti 2
Di sana gadis itu terduduk meratapi nasib nya, keadaan kamar itu benar-benar berantakan tubuh Dinda penuh dengan luka namun tak sesakit hati nya saat ini .
Rambut nya acak acakan wajah cantik nya penuh dengan memar bahkan air mata nya kini enggan untuk menetes, tak lama pintu kamar terbuka dengan keras.
Brak
Tubuh Sella berdiri kaku mulut nya menganga tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini, begitu banyak uang berserakan di lantai dan tubuh putri nya yang mengenaskan.
Meski dia bukan wanita baik baik tapi dia tetap seorang ibu yang akan terluka jika putri nya di perlakukan sama seperti dirinya, air mata Sella menetes begitu deras.
Sungguh di begitu hancur melihat keadaan Dinda semua pekerjaan menatap nanar pada gadis 16 tahun itu, bukan kado indah yang dia dapatkan namun malah malapetaka pada dirinya .
Dinda menatap semua orang dengan tatapan kosong membukus tubuh nya dengan selimut kemudian berjalan menuju pintu kamar hendak pergi ke kamar nya sendiri.
" Menyingkirkan dari ku.." Ucap Dinda menabrak tubuh Sella yang masih diam.
Sella diam dia bingung harus melakukan apa ingin rasanya memeluk gadis itu tapi melihat kondisi nya sekarang tidak memungkinkan Dinda untuk bisa di peluk dan di tenangkan.
" Maafkan kami mami, kami tidak berani melawan Mami Anya.." Gumam seorang wanita pada Sella yang menjadi emosi.
Plak
Tamparan keras mendarat sempurna di pipi wanita itu.
" Cari Anya habisi dia, kuliti sampai dia merasakan sakit yang anakku rasakan. Serahkan mayat nya padaku langsung." Ucap Sella penuh penekanan.
" Siap." Para pria berbadan besar itu langsung meninggalkan bar dan mencari Anya di kediaman nya melakukan sesuai perintah yang Sella katakan.
***
Flashback On
" Sudah puas?." Dinda berbalik menatap Arkha yang terduduk tak percaya dengan cerita Dinda.
" Aku tahu kamu tidak akan pernah percaya Arkha, itu lah kenapa aku mengubur dalam semua ini dan aku tidak ingin kamu ketahui semua nya."
Arkha menghapus air mata yang jatuh begitu saja
" Bagaimana bisa, papa melakukan itu semua padamu Dinda?".
" Muklis Wijaya, pria pertama yang menodai ku dengan paksa dan ternyata dia adalah ayah dari sahabat baik ku yang begitu aku percaya semua impian semua hidupku semua nya hilang Arkha hilang...." Pekik Dinda dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.
Arkha memeluknya dengan erat tubuh Dinda bergetar hebat mengingat bagaimana sakit nya menjadi gadis itu, Arkha juga jauh lebih sakit mengetahui kebusukan ayahnya dan juga mengetahui penderitaan sahabat nya ini.
" Maaf Dinda, aku minta maaf seharusnya aku tidak pernah bertanya apa pun padamu.." Arkha berusaha menenangkan gadis itu yang terus menangis histeris.
Mata Arkha menatap pergelangan tangan Dinda yang penuh sayatan dan itu sudah menjadi jawaban sesakit apa yang sudah di toreh kan oleh ayah nya sendiri .
" Aku akan membuat pelajaran pada bajingan itu Dinda, percaya lah aku akan membalas rasa sakit mu." Gumam Arkha.
Dinda menggeleng
" Tidak Arkha, aku tidak ingin keluarga mu hancur seperti kehidupan ku. Cukup kamu tidak pernah meninggalkan ku saja aku sudah lebih dari baik baik saja ."
Arkha menghapus air mata Dinda menatap mata sendu gadis itu dan mencium bibir merah muda tanpa make up itu dengan lembut.
Dinda diam menikmati setiap kecupan yang Arkha berikan pada nya dan itu membuat nya menjadi lebih baik, meskipun dia kehilangan harga dirinya tapi dia tidak kehilangan cinta pertama nya.
***
Di rumah Keluarga Wijaya
Malam kian larut Mona dan Arsya baru saja kembali dari makan malam bersama dengan klien mereka.
" Selama malam nyonya dan tuan muda." Sapa Alettha saat melihat Mona dan Arsya masuk kedalam rumah.
Mona tersenyum menatap Alettha yang kian hari semakin cantik menawan hatinya, seandainya dia memiliki anak perempuan mungkin saja bisa secantik Alettha.
" Kenapa kamu selalu bersikap formal padaku Alettha, kamu bisa saja memanggilku mama sama seperti Arsya dan Arkha ?."
Alettha menatap Mona dan Arsya berganti membuat nya canggung apa lagi saat mata tajam Arsya yang menatap nya diam.
" Saya rasa itu kurang sopan.." Gumam nya lirih.
" Kenapa gadis ini selalu memenuhi isi kepala ku. " Batin Arsya.
Dengan kesal Arsya berdecak mendengar perbincangan ibu nya dan Alettha itu kemudian segera beranjak pergi menuju kamar nya.
" Arsya memang seperti itu, jangan terlalu di ambil hati. Istirahat lah Alettha jangan terlalu di porsi tenaga mu." Mona tersenyum kemudian berlalu pergi menuju kamar nya.
" Keluarga yang terlihat harmonis ternyata juga bisa bertengkar, setiap rumah pasti ada sisi buruk nya sama seperti rumah ku dulu.." Gumam Alettha.
Gadis itu menatap jam dinding besar di ruang keluarga yang menunjuk pukul 20.00 malam, rumah sudah begitu sepi semua pekerjaan sudah berada di paviliun untuk istirahat atau sekedar bersantai menikmati makan dan menonton tv.
Sedangkan Alettha entah kenapa dia masih berada di rumah utama, seharian dia tidak bertemu dengan Arkha sejak pertengkaran pagi tadi.
" Apa dia pergi lalu tidak pulang, kenapa aku begini sih?." Gumam nya heran pada dirinya sendiri.
Alettha lagi lagi berjalan menuju taman bunga di belakang rumah utama di mana balkon kamar Arsya terlihat jelas.
"Cuman tempat ini yang terasa nyaman..". Alettha duduk di bangku taman sembari menatap langit yang berbintang terang.
Alettha menatap balkon kamar Arsya takut jika dia sedang berdiri di sana seperti biasanya, bisa saja Arsya berpikir jika dia sedang menggoda nya atau bahkan pemuda itu akan dengan senang hati berkata buruk tentang dirinya.
Angin menerpa tubuh Alettha dengan lembut membuat gadis itu termenung dan teringat kejadian tempo hari di mana dirinya menangis dan Arkha memeluk nya di bawah guyuran hujan, pipi nya merah mengingat kejadian itu.
" Astaga apa ini nama nya jatuh cinta, jantung ku berdebar dengan kencang mengingat bagaimana tuan muda Arkha memeluk ku.." Gumam Alettha tersipu malu.
Arkha yang merasa lelah dan kesal dengan pertemuan nya dengan Derry kemudian memilih untuk segera mandi dan Menganti pakaian santai, kemudian menyambar rokok nya dan segera menuju balkon agar bauk asap rokok tidak mengendap di dalam kamar nya.
" Bajingan itu harus segera di beri pelajaran, kehadiran nya bener benar membuka luka lama di hati ku." Ucap Arsya menghisap rokoknya.
Arsya menyadarkan kedua tangan nya di tralis yang dingin menatap tak sengaja Alettha yang sedang duduk sembari tersenyum malu malu itu, entah apa yang di pikirkan Arsya melihat gadis itu.
" Akh ....papa mama apa anak mu ini sudah besar, kenapa perasaan itu tumbuh begitu saja. Apa benar aku sedang jatuh cinta?." Ucap Alettha berlaku konyol dan memainkan rambut panjang nya itu.
Arkha diam memperhatikan tingkah konyol dan lucu Alettha, dia sendiri mendengar ucapan Alettha jika dirinya jatuh cinta pada Arkha saudara kembar nya itu.
" Gadis aneh baru bertemu beberapa hari dan dia bisa bilang jatuh cinta, apa semua gadis pada saat puder akan melakukan hal konyol seperti itu." Gumam Arsya pelan dengan terus memperhatikan Alettha dengan semua kekonyolan yang gadis itu lakukan.