Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Deni mengendarai mobil bersama Daniel menuju Rumah Mama Nadyn.
Didalam mobil, Daniel merenung kehidupan rumah tangganya seperti sandiwara. Dulu tepat satu tahun pernikahannya dengan Almira di tinggal pergi untuk selamanya. Dan tepat satu tahun pula, pernikanya yang kedua kini sudah di ujung tanduk.
Daniel berkali kali menghela nafas. Tetapi mau bagaimana lagi semua sudah takdir yang harus tetap di jalani.
"Sudah sampai bang" Ucap Deni, mengagetkan lamunan Daniel. Daniel turun dari mobilnya dan bergegas masuk kedalam rumah meninggalkan Denì.
"Assalaamu,alaikum"
"Waalaikumsallam"
Bi Inah membuka pintu untuk Daniel. Daniel masuk tanpa menyapa seperti biasa. Kemudian masuk ke dalam kamar.
Mama yang baru keluar dari kamar melihat anaknya dari kejauhan tidak biasa lalu mendekati Deni yang baru masuk.
"Kenapa lagi abangmu Deni?" Tanya Mama kemudian duduk di sofa ruang tamu.
"Abang bikin masalah baru Mah." Jawab Deni, lalu menjatuhkan bokongnya di sebelah Mama.
Mama mengkerutkan dahi. "Maksudnya?"
"Bang Daniel menampar Sherly berkali-kali Mah"
Mama terkejut menatap Deni tidak percaya.
"Memang apa masalahnya Den?"
Mama tidak habis pikir kalau sampai Daniel menghajar orang perempuan.
"Ternyata yang mencuri perhiasan milik Almarhumah Almira adiknya sendiri Ma."
"Mama sudah menduga Den pasti Sherly pelakunya, tapi dengan Daniel menampar Sherly pasti Pak Gunawan tidak akan tinggal diam Den."
"Itu dia yang Deni takutkan Ma, sebab Sherly ada luka dibibir, di lutut dan di pipi," Tutur Deni sedih.
Sementara Daniel selesai mandi waktu sudah jam tujuh malam.
Daniel PoV
Ya Allah...kenapa perjalanan hidupku menjadi seperti ini. Aku mematut diri di depan cermin. Benarkah wajah ku garang seperti algojo? tapi tidak! karena yang aku aniaya tadi seorang wanita. Apa yang terjadi dengan diriku sampai aku memukul wanita? walaupun wanita itu, wanita iblis seperti Sherly.
Tok tok tok
"Masuk" Aku perhatikan dari pantulan kaca tanpa menoleh ternyata Mama yang masuk.
Mama mendekat ke dua tangannya memegang pundak lalu turun melingkar di dadaku, dagunnya bertopang kepalaku. Aku memejamkan mata terasa hangat menyelusup di hatiku.
Oh ini sentuhan seorang Ibu akan selalu dirindukan walaupun usiaku yang tidak lagi muda.
Aku menjadi ingat anakku, anak yang tidak pernah mendapatkan sentuhan seorang Ibu sejak lahir. Tetapi baru saja dia mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu yang sempurna untuk dirinya. Aku malah menyia nyiakan wanita itu. Tanpa di undang air mataku menetes.
"Dan kebawah yuk, makan dulu." Mama melonggarkan pelukanya kemudian mengelus rambutku.
"Dani tidak lapar Ma" Jawabku. Sudah ayo! Icha sudah menunggu." Mendengar Icha aku langsung bangkit walaupun bagaimana aku harus memperbaiki komunikasi dengan buah hatiku.
Aku mengikuti Mama dari belakang, aku lihat Papa Icha dan Denì sudah berkumpul di meja makan.
Mama menyendok nasi kedalam piring Papa, lalu kepiringku. Aku menjadi ingat istriku, biasanya dia yang selalu melayani aku.
Lagi-lagi hatiku teriris, karena keegoisanku mengacaukan semuanya.
"Kamu lauk nya pakai apa Dan?" Tanya Mama tangannya kesana kemari meladeni suami anak dan cucunya.
"Biar aku ambil sendiri Ma." Ucapku. Aku perhatikan Papa dari tadi hanya diam, sifat humoris nya seperti menguap. Begitu juga dengan anakku tidak ada suaranya. Di meja makan keadaan menjadi kaku dan dingin.
"Sudah kenyang Uti, Icha kekamar dulu ya" Pamit Icha sama sekali tidak melirik aku.
"Iya sayang, selesai belajar terus tidur ya." Terang Mama. Icha hanya mengacungkan jempol nya sambil tersenyum.
Selesai makan aku menyusul Icha ke kamarnya.
Aku perhatikan Icha sedang belajar.
"Sedangkan belajar apa sayang?" Tanyaku sambil melihat buku yang ia pegang.
"Matematika." Jawabnya singkat.
"Perlu bantuan?" Tanyaku mengelus pangkal kepalanya.
Ia mendorong buku ke arahku, kemudian aku menarik kursi dan menjelaskan kepadanya. Ia mengguk paham. Akhirnya selesai juga PR MTK memang sangat rumit dan berbelit.
"Icha masih marah sama Papa ya?" Aku genggam tangannya yang masih memegang buku di meja belajar. Icha menggeleng, kemudian menyiapkan buku untuk esok hari. Setelah selesai aku perhatikan ia ke kamar mandi bersih-bersih tanpa di beri tau.
Aku melangkah merebahkan tubuhku di ranjangnya.
"Papa mau bobok di sini?" Akhirnya dia bersuara.
"Boleh memangnya." Tanyaku.
"Boleh" dia lalu tidur di sebelahku.
"Terimakasih ya nak, kamu mau memaafkan Papa" Aku peluk erat tubuh mungilnya.
"Icha nggak marah kok, sama Papa, Icha hanya kecewa saja" Kepalanya ia rapatkan di dadaku.
"Icha sekarang sudah tidak ada Umi, yang Icha punya hanya Papa, mungkin sudah jalan Icha begini ya Pa, tidak diberi kesempatan untuk hidup dalam pelukan seorang Ibu." Tuturnya. Aku tidak bisa menahan air mata tapi dengan susah payah menyembunyikan di hadapannya.
"Jangan bicara begitu sayang, maaf kan Papa. Dia masih betah tidur berbantalkan dadaku. Aku memilin-milin rambutnya.
"Icha tidak mau pulang tinggal sama Papa lagi?" Tanyaku.Dia menggeleng.
"Icha tinggal di sini saja Pa, kalau disana Icha pasti ingat sama Umi, kalau disini kan ada Uti, ada Akung ada bi Inah, bi Sari, Icha nggak terlalu sepi." Celotehnya.
"Nggak apa-apa sayang, kamu bebas kok tinggal di mana, yang penting Icha tidak marah lagi sama Papa.
Aku lihat Icha sudah tidur. Aku mulai besok akan tinggal di sini untuk sementara. Biar rumah Simbok yang menempati.
Aku tidak sudi lagi memberikan rumah itu untuk keluarga mantan mertuaku. Aku akan merubah surat-surat.
Rumah yang baru selesai aku bangun akan aku berikan kepada Rani. Karena itu memang sengaja aku bangun untuknya. Rencana setahun pernikahanku akan aku ajak pindah kerumah itu. Tetapi terjadi prahara dan ini aku sendiri yang menciptakan prahara itu.
Akan seperti apa jalanku ke depan biar waktu yang menjawab.
Budhe
Di rumah Pak Gunawan sangat emosi melihat keadaan anaknya. Mobil milik Sherly terpaksa ia tinggalkan di kantor Daniel. Dia naik taksi online karena Sherly tidak kuat menyetir sendiri.
"Kurang ajar! siapa yang lakukan ini?" Tampak wajah Pak Gunawan merah padam.
Sherly datang dengan tampilan berantakan, Pipi merah kanan kiri, bibirnya pecah, lututnya memar karena saat tersungkur Sherly hanya mengenakan rok mini.
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭