Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
Ketika sampai rumah aku langsung menuju kamar, kurebahkan tubuhku diatas dipan sederhana peninggalan nenekku.
Kutatap langit-langit kamar, pikiranku kembali ke pertemuanku dengan Roy tadi di kampus. Setelah menghindari beberapa kali dan aku menyibukkan diri dengan pekerjaan, kupikir aku sudah melupakan pria itu. Aku selalu baper dengan perhatian-perhatian kecilnya.
" Huuhhhh " kuhembuskan nafas panjangku.
Aku menutup mata, mungkin efek kelelahan aku tertidur.
Ibu membangunkanku saat Azan magrib berkumandang, segera aku bergegas membersihkan diri dan siap-siap menunaikan kewajibah sholat magrib.
Hari ini aku masih libur kerja, jadi aku bersantai di rumah sambil rebahan. Aku mengambil album foto semasa SMA,tampak foto-foto perpisahan sekolah disetiap lembaran. Tak banyak teman pergaulanku. Aku hanya memiliki dua sahabat dekat Roy Dan Ana. Ana memiliki kehidupan yang sama denganku, hidup pas pasan.
Bedanya Ana memilih untuk menerima pinangan pria yang dijodohkan dari kampung halaman ayahnya, dia tidak ingin melanjutkan kuliah karena alasan yang sama denganku yaitu masalah ekonomi. Jadi Ana memilih menikah di usia muda, untuk mengurangi beban keluarganya.
Sejak menikah Ana ikut ke kampung halaman suaminya, sehingga komunikasi kami terputus. Hanya tinggal Roy satu-satunya temanku pada saat itu.
Alhamdulillah ketika aku memasuki masa kuliah, aku mulai membuka diri sejak berkenalan dengan Cecil yang kepribadiannya ceria gampang bergaul.
Tok tok
Pintu kamarku diketuk dari luar
" Dara, mari nak kita makan malam bersma " terdengar suara ayah memanggilku
Aku bergegas keluar, tak ingin ayah menunggu lama di depan pintu kamar
"iya ayah " sahutku
Aku menuju dapur, tampak ibu menggelar tikar di lantai. Kubantu ibu menata makanan dan piring di atas tikar.
Lalu kami berlima aku ayah ibu dan kedua adikku duduk melingkar di atas alas tikar. Kakak tertuaku setelah menikah ikut tinggal dengan suaminya ngontrak di kampung sebelah, tidak jauh dari rumah kami. Karena kamar di rumahku hanya ada 2, satu untuk ayah ibu dan satu untuk anak-anak. Beruntung kami bersaudara 4 perempuan semua, jadi bisa tidur sekamar.
Setelah makan, aku membantu ibu membereskan perlengkapan makan, adik-adikku lanjut belajar di ruang depan.
" bagaimana kualiahmu hari ini nduk " tanya ibu
" Alhamdulillah lancar bu " jawabku
" Terus, bagaimana kerjaanmu, apa mau dilanjutkan? " tanya ibu lagi
" Insya Allah bu aku lanjut kerja sambil kuliah, tadi sudah ada pembagiaan jadwal kuliah "
" Jadi aku tinggal mengatur jadwal piketku di tempat kerja menyesuaikan dengan jadwal yang kosong buk " tambahku lagi
" Semoga lancar ya nduk, kamu jangan terlalu memforsir tenagamu, jangan lupa tetap ibadah dan istrahat"
"Kesehatan juga penting ndu" nasehat ibu lagi
" baik bu , tapi maaf Dara akan jarang bantu-bantu ibu masak sama bersih-bersih rumah "
" ga papa nak, yang penting kamu harus pintar bagi waktu kerja dan kuliah, yang terpenting jangan lupa sholat ya nak "
"iya buk " jawabku
"gih sana, kamu cepat istrahat seharian kamu di kampus tadi "
" sebentar bu, habis nyuci piring ini"
" tidak usah dilanjutkan nak, adik-adikmu sudah berbagi tugas membantu ibu juga. Katanya mereka mau gantikan tugas kamu di rumah " kata ibu sambil tersenyum
"kasian mereka bu masih kecil" jawabku
" mereka ikhlas nak, sebagai latihan juga buat mereka jadi mandiri, sekaramg kamu istrahat gih ayok " ibu menyuruhku
"Iya bu"
Aku menuju kamar kurebahkan kembali tubuhku. Kembali bayangan Roy menari-nari dipikiranku. Aku semakin jengah tak bisa menghilangkan wajah pria itu di mataku.
Kualihlan perhatianku demgan membaca buku, masih tetap terbayang senyumnya .
"Arghhh, aku bisa apa Roy jika begini? Harus dengan cara apa aku lupain kamu?" batinku
Tanpa terasa malam kian larut. Adik-adikku sudah masuk kamar dan tidur bersamaku.
Piip
Pip
Pip
Suara klakson mobil Cecil di depan rumah ku
Aku beranjak keluar menghampiri setelah pamit dari ibu.
Hari-hari aku menjalani rutinitasku sepulang kuliah aku langsung menuju tempat kerjaku di cofeeshop milik kakaknya Roy.
Pertemuanku dengan Roy semakin berkurang, beruntung aku memilih jurusan berbeda dengannya, sehingga aku dengan mudah menghindarinya.
Sekali duakali kami berpapasan di parkiran, itupun hanya bertegus sapa, aku merasa Roy seakan menjauh dariku. Di satu sisi ini adalah hal yang baik untukku, dengan begini aku akan melupakan perasaanku. Namun disisi lain aku tetap rindu pada sahabatku itu. Beruntung ada Cecil yang setia menemaniku di kampus, meski Cecil sudah mulai populer, dia tetap masih jadi sahabatku.
Kadang saat aku off kerja, Aku menyempatkan diri jalan bareng Cecil.
Sedangkan Eko, aku tak pernah bertemu dia lagi sejak pertemuan pertama dengan Roy, yang kudengar dari Cecil dia aktif di hampir semua organisasi baik intra kampus maupun organisasi luar kampus.
Tapi aku tak mempedulikannya, bahkan aku sudah lupa bagaimana wajahnya, sehari-hariku hanya di Fakultas hukum kalau bukan di ruang kuliah pasti di perpus. Sisa ya aku ke tempat kerja.
Aku benar-benar menepati janjiku pada diriku sendiri, aku hanya ingin fokus kuliah dan kerja.
Tanpa terasa sudah memasuki semester 7, aku mulai intens ke kampus karena semakin banyak mata kuliah dan tugas kelompok.
Aku mulai magang di Bank bagian fidusia berbeda dengan Cecil yang mengambil konsentrasi pidana, dia magang di kantor pengacara. Untuk sekali ini aku berpisah dengan sahabat kecilku itu.
Tidak kusangka ditempat magang aku bertemu dengan Roy.
Entah kebetulan atau memang Roy sudah tau aku akan magang di kantornya, kami berpapasan di pintu masuk pagi ini
" hy Dara my lovely friend" sambut Roy padaku dengan heboh
"hey, apa kabar?" aku mengulurkan tangan menyalami
Namun tak kusangka Roy justru memelukku erat, di depan teman-teman magang lain. Aku berusaha melepaskan dari pelukan Roy, aku takut dia bisa merasakan detak jantungku ketika dipeluk olehnya.
" kenapa? Kamu ga kangen aku?"
"sombong ya udah punya teman selain aku?" Roy mencecarku tak terima aku ingin lepas dari dekapannya sambil masih tetap memegang erat kedua tanganku
" roy, apaan sih kamu "
"malu tauu"
" hellow, kemarin-kemarin ga gini, kamu biasa aja tuh aku peluk"
"kenapa? Ada hati yang dijaga?
"ada yang cemburu? " roy semakin menyudutkanku
" hey kalian semua anak2 magang, ada ga diantara kalian pacarnya Dara?" Roy semakin menggila teriak teriak di kantor gak tau malu
" ga ada pak" jawab mereka serempak
"ayok masuk," ajak Roy
Ke ruangan aku dulu ya, aku mau curhat nih
Jangan gila deh Roy, aku kesini mau kerja , mau cari nilai. Curhatnya nanti aja deh bye " aku pergi meninggalkan Roy menuju teman-temanku.
Kulihat dia cemberut, setelah itu memberi tanda jam tangan, pertanda dia akan menungguku jam istrahat.
Aku tak tau harus bagaimana, baru saja aku hidup tenang mulai melupakannya, tapi dia kembali hadir memporak loradanakan hatiku seperti ini.
Jam istrahat pun tiba Roy yang sudah berdiri di depan pintu ruangan melangkah menuju tempatku, sepertinya jam 12 teng dia sudah menungguku di depan.
" Dara ayok " ajaknya
Aku menoleh ke teman-teman magangku, mereka mengangguk pertanda setuju jika aku tak bisa bergabung bersama mereka untuk istrahat bersama.
Roy menggandeng tanganku, berjalan menuju luar gedung.
" hey, kita mau kemana? " tanyaku
" makan di depan " jawab Roy tampak cuek
" jangan lupa loh, aku istrahatnya cuma sejam ya, aku belum sholat zhuhur juga" protesku ke Roy karena dia dengan seenaknya mengajak aku keluar gedung perkantoran tanpa persetujuanku.
"iya, kita cuna makan doank, makan kesukaanmu Dar "
"Terus bekal aku yang di buat ibu? "
"disimpan dulu kita makan sore, nanti sore pulang bareng aku ya? Yah? "
Aku tak mampu menolak permintaan sahabatku ini
Mau bagaimana pun aku menghindar, dia tetap memaksa bersama.