"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sumpah Otak Kamu Rusak
Pertemuannya dengan Joon Young membuatnya menemukan teman baru, dan mereka berjanji untuk bertemu lagi di akhir pekan di cafe yang sama. Tapi hal itu tidak mengubah fakta bahwa hatinya masih hancur, hubungan yang di bangga-banggakannya berakhir dengan sangat menyakitkan, tidak ada perlawanan dari Bryan, ia tidak membujuk Tania sama sekali, tidak mengirim pesan, tidak menelepon, bahkan tidak mendatangi apartementnya. Sudah jelas apa yang terjadi selanjutnya, mengadu pada bantal, hingga pagi dan pergi bekerja dengan mata yang bengkak.
"Begadang lu?", tanya Khael rekan kerjanya.
"Gua ngga niat ngomong, dan ngga niat ngeladenin lawakan lu, anggap aja lu se tim sama pohon hari ini." seru Tania meletakkan tisu basah di matanya dan menengadah ke langit-langit.
"Pohon lebih cakep kali Tan, dari pada elu."
"Khael ...!!!", kesal Tania membuka tisu yang menempel di matanya.
"Ciyee bengkak ciyee....", ledek Khael sembari berlari menjauhi Tania dengan ledak tawanya.
Ditengah penuhnya otaknya, beradu antara Bryan dan data-data di komputernya yang minta di proses, ia terbayang kembali pada pria tampan yang ia temui kemarin sore, teringat bagaimana Joon Young membeku ketakutan di pelukannya, entah dapat ilmu dari mana ia menolong orang dengan cara seperti itu, herannya diagnosisnya malah tepat, panic attack.
"Jung Joon Young...", lirihnya sambil menatap layar.
Khael
🌼🌼
Hal yang sangat di luar ekspektasinya terjadi, Bryan menungguinya didepan gedung, bersandar pada Lexus miliknya. Jaket oversize hitam dipadukan dengan ripped jean abu lapuk, ohh pria ini meskipun kelakuannya seperti setan dengan tampilan seperti itu Tania kembali maju mundur cantik akan keputusan yang ia buat.
Ketika melihat presensi wanita itu, ia segera menghampiri dengan wajah lesu.
Deg
"Mantan gue... hiks." jerit Tania dalam hati.
"Boleh kita bicara sebentar Boo?", seru Bryan.
"Namaku Tania, kalo kamu lupa. Udah malem, aku mau pulang. Permisi."
"Tan ...", Bryan menahan satu lengan Tania.
"Kamu ngabaikan aku gitu aja? Aku Iyan kamu Tan..."
"Hah? Jadi maksud kamu aku harus kegirangan jungkir balik gitu ketemu kamu lagi? Setelah semua yang kamu lakuin? Kamu bukan Iyan aku lagi Bryan, sedari awal juga kayaknya bukan."
"Boo...", mohon Bryan.
"Stop, jangan panggil aku pake nama itu lagi. Please, Bryan. Jangan buat aku makin muak. Harusnya kamu malu ketemu aku."
"Tania !!!", bentak Bryan.
" Apa?! Apa!! Apa!!!!",bentakan Tania lebih kokoh. "Malu Bryan, malu. Punya malu dikit ngga?! Sumpah, otak kamu rusak banget."
"Okay kalau itu mau kamu. Kita emang harus bener-bener putus. Aku ngga akan datengin kamu lagi. Kamu jangan nyesal!", Bentak Bryan.
"Bodo amat." balas Tania pendek dan melangkah pergi. Entah karena kesal atau apa Bryan memacu mobilnya dengan kencang dan berisik sekali ketika melewati Tania.
Sementara gadis itu melangkah gontai, menghempas napasnya yang besar, ia berhasil menyelesaikan semuanya hari ini. Bagaimana keadaan hatinya? Jelas berdarah-darah. Mencintai setulusnya bertahun lamanya, bahagia bersama, tapi ternyata semuanya palsu, wahh sakitnya to the bone ga sih.
Penat sudah pasti, dan ia tidak ingin pulang dulu ke apartemennya. Ia menghentikan taksi yang ditumpanginya tepat didepan Jessie Cafe.
Kring ... lonceng berbunyi ketika ia membuka pintu, Jessie pun berbalik ketik mengetahui ada orang yang masuk. Gummy smile gadis itu mengembang ketika mengenali siapa yang datang.
"Ehh ada mba dokter." seru Jessie menghampirinya.
"Ngga usah sebut dokter deh mba, aku alergi. Ngga dulu."
"Mau minum apa?"
"Beer ada ngga mba?"
"Hah? Kamu suka minum juga?"
"Heheh, engga kok mba aku becanda. Apa aja deh mba pokonya yang manis. Kalo bisa extra sugar."
"Okay sebentar ya."
Kira-kira 10 menit, Jessie datang dengan pesanan Tania plus matcha cake.
"Aku ngga pesen cake mba."
"Itu gratis, makan aja, lagian cafe juga sepi, dari pada ntar basi, mending kamu makan, masih seger tuh."
"Tengkiyu, emang paling bener itu makanan yang paling enak ya, gratisan." kekeh Tania.
"Cowo korea itu mana?"
"Joon Young? Aku ngga tahu mba, sama kayak mba, aku juga baru kenal. Kan kemarin janjiannya ketemu hari Sabtu nanti disini. Ngga tahu dia beneran datang atau ngga."
"Tan, sebenernya dia itu kenapa sih? Kemarin itu aku mau tanya tapi ngga enak. Serem banget. Aku kirain kesurupan tau ngga."
"Heheheh, kesurupan. Dia itu ngidap serangan panik, untungnya dia cepet sadar mba."
"Kok kamu bisa tahu? Kamu beneran dokter ya?", tuding Jessie.
"Aku bukan dokter mba, tapi aku pernah pacaran sama dokter, dan kadang aku iseng baca-baca bukunya, mungkin aku belajar secara ngga langsung aja dari sana. Tapi ..." Tania menghentikan kalimatnya disana. "Umm ngga mba, sorry jadi curhat heheh." tiba-tiba menghapus air matanya. Jessie meletakkan tangannya diatas punggung tangan Tania dan tersenyum.
"It's okay Tan. Kadang ngomong ke orang asing lebih mudah ketimbang oranf terdekat kita. Kamu bisa cerita ke aku, toh aku juga ngga kenal, setidaknya hati kamu agak lapang."
"Hiks..."
Tania memulai sesi curhatnya, sesama perempuan mereka sangat nyambung satu sama lain. Ia menjabarkan garis besar yang ia alami selama dua tahun ini dan puncaknya sore ini.
"Tan, Tuhan matahin hati kamu sepatahnya supaya kamu bertemu orang yang tepat. Mungkin bukan sekarang, tapi pasti ada, dan ngga akan kayak Bryan itu."
.
Yang patah hati ketika lagi sayang-sayangnya boleh nguat-nguatin hati,jiwa, raga, pakai kalimatnya mba Jessie ya.
Ada benernya soalnya.
.
Tbc ... 🌼