Jianying adalah seorang permaisuri dari dinasti Han yang sangat dibenci oleh suaminya sendiri, yaitu Kaisar Han.
Semua itu karena Jianying adalah putri dari kaum kafir, kaum yang dari dulu selalu menentang kedaulatan Kerajaan.
Jianying yang cinta mati pada Kaisar melajukan segala cara untuk menarik perhatian Kaisar sampai harus berbuat hal kejam dengan mencelakai selir kesayangan Kaisar yaitu Limei.
Kaisar yang marah besar lantas menghukum mati Jianying dan seluruh keluarganya.
Tapi bagaimana jika Jianying yang telah di penggal kepalanya oleh Kaisar ternyata di beri kesempatan hidup ke dua?
Apa yang akan dilakukan oleh Jianying untuk merubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semuanya berubah
Setelah sekian malam berlalu, Shun Yuan di kabarkan akan kembali membawa kemenangan bersama seluruh prajuritnya yang tersisa. Kemenangan itu tentunya karena kecerdasan Shun Yuan mengatur strategi juga ribuan prajurit hebat didikan dari Jian Ying si kaum kafir.
Semua sesuai dengan yang ada di dalam masa depan Jian Ying bahwa Shun Yuan akan memenangkan perebutan wilayah dengan Kerajaan Fang. Dan Kerajaan yang di pimpin Oleh Shun Yuan semakin luas dan semakin kuat. Harusnya Shun Yuan sadar kalau semua itu ia dapat karena bantuan dari prajurit kaum kafir yang sudah terlatih. Tapi kenapa Shun Yuan seolah buta akan hal itu.
Semua orang telah menunggu di gerbang Istana termasuk Ibu Suri, Selir Li Mei dan tentu saja Jian Ying.
Dia merasa hatinya tercabik-cabik saat harus mengulang kejadian hari ini. Di mana dia terlihat begitu rendahan karena tak bisa menahan diri untuk memeluk Shun Yuan dan mengungkapkan segala kerinduannya, tapi dia justru mendapat hinaan dan tanggapan sinis dari Shun Yuan.
Perhatian Pria itu hanya tertuju pada Li Mei. Hanya wanita itu yang Shun Yuan rindukan. Tak sedikitpun Shun Yuan menghargai perasaan Jian Ying yang begitu merindukan setitik perhatian darinya
"Kaisar telah tibaaaa!!!" Teriak salah seorang prajurit dengan lantang.
Yang ada di dalam istana pun semakin antusias untuk menyambut Shun Yuan. Tapi berbeda dengan Jian Ying, wanita itu hanya duduk di kursi belakang tanpa ingin berdesak-desakan.
Tak ada sedikitpun niatan bagi Jian Ying untuk maju ke depan sana padahal dialah yang wajib melepaskan perisai di tubuh Kaisar dan menggantinya degan jubah yang baru dan bersih.
Suasana semakin khidmat ketika gerbang Istana yang tinggi menjulang mulai terbuka. Barisan terdepan yang mulai masuk tentu saja Panglima Weisheng. Dialah yang memimpin selama peperangan. Kemudian di ikuti dengan kereta kuda milik Kaisar.
"Kaisar, putraku" Lirih Ibu Suri dengan haru.
Begitu pun dengan Li Mei yang ikut menitikkan air matanya.
Apa yang mereka lakukan itu berbeda jauh dengan Jian Ying yang hanya terdiam sambil menatap kereta kuda itu dengan datar.
Jian Ying sudah pernah ada dalam masa ini. Tentu saja dia tidak mau kesakitan untuk yang ke dua kalinya.
"Selamat datang Kaisar. Selamat atas kemenangan Kaisar" Ucap Para menteri dengan serempak saat Shun Yuan telah turun dari keretanya.
"Kemenangan kita semua!!" Ucap Shun Yuan yang membuat susana semakin riuh.
Tapi mata Shun Yuan justru bergerak mengitari orang-orang yang ada di sana. Mencari seseorang yang begitu ia rindukan.
Deg...
Mendadak hati Shun Yuan terasa perih. Di saat yang lain menyambutnya dengan suka cinta, di kejauhan sana Jian Ying justru seperti enggan menghampirinya. Tatapannya yang datar dan kosong itu seperti sedang menghunus ke arahnya.
Padahal sebelumnya, Jian Ying selalu berdiri di barisan paling depan untuk menyambut kedatangannya.
Jian Ying baru mulai bergerak mendekat setelah di minta oleh jajaran menteri untuk memasangkan jubah bagi kaisar.
Saat mereka berhadapan pun, tak ada suara yang keluar dari Jian Ying barang menanyakan bagiamana kabar Shun Yuan sedikitpun.
Padahal jelas di mata Jian Ying jika wajah Shun Yuan banyak tergores luka meski tipis. Tangan serta bagian lehernya juga ada yang terluka. Tapi Jian Ying benar-benar terlihat tak peduli.
Dia bukan Jian Ying yang dulu yang akan menangis ketika me lihat tubuh Shun Yuan terluka sedikit saja.
Jian Ying mulai melepas perisai yang di pakai oleh Kaisar. Meksi dia sempat terkejut dengan luka di dada Kaisar yang memang tak tertutup oleh perisai, namun Jian Ying mencoba untuk tetap tidak peduli. Dia juga tidak peduli kalau Shun Yuan terus menatapnya dengan begitu dalam.
Saat Jian Ying sudah memegang jubah di tangannya dan siap memasangkannya...
Grepp...
Shun Yuan justru menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Jian Ying. Dia memeluk tubuh Jian Ying dengan kesadaran penuh atas keinginannya sendiri.
"Aku merindukanmu"
Jian Ying mendengar suara lirih Shun Yuan yang begitu halus di telinganya.
"Apa lagi ini?" Jian Ying bertanya-tanya dalam hati.
"Kenapa semua tak berjalan seperti dulu? Ibu Suri yang mendadak menyerahkan tugasnya kepadaku padahal sebelumnya Ibu Suri masih menjabat sampai tahun depan, Shun Yuan yang datang sendiri ke kamarku dan pelukan ini? Apa yang terjadi sebenarnya?"
Jian Ying bingung karena apa yang terjadi saat ini begitu berbeda dengan yang sebelumnya. Alur cerita hidupnya jelas sudah berubah, Jian Ying mulai menyadari itu setelah Ibu Suri memintanya untuk menggantikan posisinya.
"Apa semua ini karena aku merubah diri sehingga semuanya menjadi ikut berubah?" Sungguh semua ini terlalu membingungkan bagi Jian Ying.
"Tolong lepaskan Kaisar. Semuanya sudah menunggu"
Shun Yuan seakan mendapatkan kembali kesadarannya. Dia juga heran kenapa bisa lepas kendali dengan memeluk Jian Ying di hadapan semua orang.
Shun Yuan pun beralih menatap Li Mei yang menatapnya dengan sendu. Kemudian kembali lagi menatap Jian Ying yang sedang memasangkan jubah untuknya dengan begitu datar.
Kenapa Shun Yuan justru merasakan sakit saat menatap mata tak bernyawa dari Jian Ying daripada tatapan sendu dari Li Mei.
Malam harinya, Istana mengadakan acara kelanjutan dari penyambutan Kaisar tadi siang, yaitu makan bersama atas kemenangan dan juga kembalinya Kaisar mereka dengan selamat.
Meski semua sudah tiba di sana, dia masih belum melihat keberadaan Jian Ying di sana. Tentu saja itu membuat Shun Yuan ingin sekali datang ke kamar istrinya itu lali menariknya keluar.
Semakin hari Shun Yuan semakin merasa aneh dengan sikap dan perubahan dalam diri Jian Ying. Wanita itu sungguh tidak bisa di tebak.
"Kasim Bao, ikut aku ke Harem untuk menjemput Permaisuri!" Ucap Shun Yuan pada orang kepercayaannya itu.
"Tidak perlu Kaisar, saya sudah ada di sini!" Jian Ying menghentikan Shun Yuan yang sudah ingin beranjak sari Singgasananya.
Shun Yuan pun kembali duduk meski hati penuh dengan kemarahan yang tak bisa keluar dari mulutnya.
Awalnya perjamuan makan malam itu berlangsung lancar meski di dalam hati Kaisar masih menyimpan kekesalan pada Permaisurinya itu. Hingga sebuah kabar yang di sampaikan oleh menteri keuangan membuat perjamuan makan malam itu menjadi berantakan.
"Apa yang ingin kau sampaikan Menteri?" Tanya Shun Yuan dengan suara beratnya yang datar.
"Hamba ingin menyampaikan pemeriksaan keuangan yang telah kami lakukan kepada seluruh penghuni Istana. Di sini kami menemukan bahwa Permaisuri Jian Ying telah melakukan penggelapan dan pemerasan terhadap para siswa dengan meminta upeti. Kami menemukan bukti di kamar Permaisuri Jian Ying yaitu koin yang terkumpul dari hasil pemerasan san penggelapan itu Kaisar"
"A-apa?!!!! Aku tidak pernah melakukan itu semua!!" Bantah Jian Ying.
Kaisar pun ikut menoleh pada Jian Ying yang sedang membantah tuduhan yang di berikan Menteri keuangan.
terimakasih atas karya nya kak, terimakasih jg sdh buat aq tertarik baca kisah seperti ini karena jujur ini pertama kali nya aq baca novel dgn alur cerita kerajaan 🥰🥰🥰
ganteng bgtttt. lebih cocok d gombalin sih ini thorrr🤣🤣🤣😅😅😅
a Ying biadab