NovelToon NovelToon
Adelardo'S Obsession

Adelardo'S Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: RD Junior

Grace, kini harus menjadi anak yatim piatu setelah kedua orangtuanya di habisi secara keji oleh Chan Ryder, hanya karena kalah tender. Sejak kecil Grace di urus dan dibesarkan oleh orang yang telah membunuh kedua orang tuanya, bahkan kakaknya pun ikut menjadi korban. Bagaimana jadinya jika Grace tahu jika orang yang sudah merawatnya adalah orang yang sudah tega memisahkan ia dan keluarganya?

Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Yuk langsung baca. Jangan lupa like, komen, vote, dan kasih ulasan terbaiknya. oke👌😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

***

"Jadi kapan kau akan membantu Daddy memimpin perusahaan?" Pertanyaan itu mungkin sudah dilontarkan Chan Ryder puluhan, bahkan mungkin ratusan kali kepada putranya.

Delard tertegun sejenak, entah karena bosen mendengar pertanyaan itu yang sering terucap dari daddy nya, hingga kini dia mengiyakan Chan Ryder untuk membantunya memimpin perusahaan. "Baiklah, besok pagi Daddy bisa memperkenalkan aku kepada semua rekan-rekan bisnis Daddy, dan aku pun siap membantu Daddy mengurus perusahaan."

Dengan bangga Chan Ryder menepuk bahu putranya. "Daddy sangat senang mendengarnya. Kalau begitu, Daddy akan menyuruh Dito mempersiapkan ruangan khusus untukmu agar kau bisa bekerja dengan nyaman."

"Tapi aku punya permintaan," kata Delard, "aku hanya ingin bekerja dikantor separuh waktu saja, sedangkan untuk separuh waktunya lagi aku kerjakan dirumah," lanjutnya.

"Itu tidak masalah. Yang penting kau mau membantu Daddy untuk memimpin perusahaan saja Daddy sudah sangat senang," imbuhnya.

Azura tersenyum melihat sikap Delard yang sudah lebih bijaksana karena mau membantu daddy nya untuk memimpin perusahaan.

Ryder Crop adalah perusahaan terbesar dan ternama di kota itu yang memiliki beberapa cabang di berbagai daerah. Produk yang dijual pun memiliki kualitas bagus dengan harga jual yang tak terlalu tinggi, tak heran jika produk-produk yang diedarkan Ryder Crop sangat laku keras dipasaran.

Sementara itu, Grace dan teman-temannya sudah masuk kelas untuk memulai pembelajaran.

"Stt-stt..." panggil Laura dengan sangat pelan, karena takut guru yang sedang menerangkan mendengarnya.

Grace menoleh, karena jarak tempat duduk keduanya hanya beberapa sentimeter saja. "Apa?" tanyanya dengan mulut yang menganga namun tanpa mengeluarkan suaranya.

Laura menatap kearah guru yang sedang menulis di white board seraya menerangkan, dia pun memberikan ponselnya kepada Grace dan memintanya untuk melihat koleksi terbaru yang ada di ponselnya.

"Aishh sialan! Aku pikir apaan," umpat Grace secara spontan ketika melihat video yang ada di ponsel milik Laura.

"Grace?" Guru nya pun menghampiri ketika mendengar umpatannya.

Dengan cepat Grace menyembunyikan ponsel Laura dibawah ransel. 

"Isi jawaban nomer 4," pinta gurunya.

"Baik Miss." Grace berdiri dari duduknya, namun sial dia tersandung kaki kursi sehingga tangannya menyangga kearah ransel, dan tidak sengaja video itu pun terputar bahkan volumenya pun mengeras.

"Ah-ah... ah-ah..." Suara desa-han itu terdengar jelas ditelinga gurunya, bahkan ditelinga semua teman-teman sekelasnya.

Laura dan Grace membulatkan mata dan saling melemparkan pandangan.

Laura nampak menggigit ujung bibirnya seraya geleng-geleng kepala, sementara Grace Cengar-Cengir karena malu bercampur takut, takut jika gurunya akan menghukumnya.

Miss Dara mengambil ponsel itu. "Apa-apaan ini?!" bentaknya. "Grace ikut Miss keruang BP," titahnya.

Sebelum pergi Laura berbisik ditelinga Grace agar dia tidak membawa-bawa dirinya. Bukan karena tidak solidaritas, hanya saja Laura memiliki ibu tiri yang galak. Jika sampai Laura memiliki masalah disekolah, sudah dipastikan ibunya pasti akan memukulnya.

Ruang BP.

"Apa ini ponselmu?" tanya guru BP kepada Grace.

Grace mengangguk, "iya, Bu."

Seketika Guru BP itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bukannya belajar kau malah asyik menonton film adegan panas! Mau jadi apa kau ini jika sudah dewasa nanti, hah?!" bentaknya.

"Maaf, Bu." Grace tak berani menatapnya.

"Aku akan memanggil orangtua mu dan mengadukannya kepada mereka."

"Tolong jangan, Bu." Grace tampak memohon.

"Kesalahan mu ini tidak bisa ditoleransi, karena akan membawa pengaruh buruk disekolah ini."

"Aku mohon Bu, hanya kali ini saja! Setelah ini aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama," Grace tampak bersungguh-sungguh.

"Tapi Ibu harus tetap menghubungi orangtua mu." Guru itu merogoh ponselnya lalu melakukan panggilan kepada Chan Ryder, namun tidak mendapatkan jawaban.

"Daddy pasti sedang meeting dikantor, makannya dia tidak mengangkat panggilan," batin Grace.

Guru BP mencoba untuk menghubungi nomer Azura, tapi nomernya ternyata tidak aktif. Akhirnya Grace pun tersenyum lega. "Bukankah kau masih mempunyai sodara laki-laki? Jika ya, sekarang kau hubungi dia," titahnya.

"Apa?!" Grace terkejut ketika mendengar Guru BP memintanya untuk menelepon nomor Delard. "Tidak bisa Bu, karena kakak ku sedang berada diluar negeri," jawab Grace berbohong.

"Jika kau berbohong, maka Ibu akan menambah hukuman mu," ancamnya.

"Bagaimana ini? Tidak mungkin juga aku menghubungi kak Delard dan meminta bantuannya," batin Grace, apalagi dia masih marah kepada kakak angkatnya yang sudah berkali-kali melecehkannya.

"Grace?" suara guru membuyarkan lamunan Grace.

"Iy-iya, Bu?" tanyanya secara spontan.

"Iya apa?"

"Aku akan menghubungi kakak ku," jawab Grace dengan sangat terpaksa.

_

"Apa kau tidak salah memilih wanita? Kenapa gadis yang kau kenalkan kemarin itu terlihat begitu sangat muda, bahkan dia terlihat seperti seorang pelajar."

Delard tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh temannya.

"Tapi gadis itu sangatlah cantik. Kau beruntung sekali bisa mendapatkannya." Arga berangan-angan seandainya Grace itu pacarnya.

Kring...

Kring...

Kring...

Ponsel Delard tiba-tiba berdering, dia pun melihat nama si pemanggil lalu mengangkatnya.

"Ada apa?" tanya Delard sedikit sinis, kepada seseorang dari ujung telepon.

"Apa kau bisa datang ke sekolah ku?"

"Untuk apa?" tanya Delard sedikit angkuh.

"Datang saja jika kau memang menganggapku sebagai adikmu!"  tiba-tiba Grace memutus sambungan secara sepihak.

Delard menohok sembari menatap layar ponselnya yang kembali redup.

"Siapa yang menghubungi mu? Kenapa ekspresi wajah mu seperti itu setelah kau menerima panggilan darinya?"

Bukannya menjawab Delard malah pamit untuk pergi kepada teman-temannya.

_

Lingkungan sekolah sudah agak sepi karena semua siswa dan siswi sudah pada pulang setelah alarm pelajaran berakhir.

Setelah mengetahui jika Grace berada diruang BP, Delard langsung menemuinya.

"Sebenarnya ada apa ini?" tanya Delard yang heran ketika teman-teman sekolah Grace yang lainnya sudah pada pulang, mengapa Grace malah ditahan diruangan itu.

"Apa anda kakaknya Grace?"

"Iya," jawab Delard yang sekilas menoleh kearah adiknya.

Guru BP dan Miss Dara menjelaskan panjang lebar alasan mengapa mereka meminta Delard untuk datang ke sekolah adiknya.

Delard menatap sinis kepada Grace setelah mengetahui kesalahannya. "Saya minta maaf, dan saya juga berjanji jika kedepannya kejadian ini tidak akan pernah terulang kembali," ucap Delard kepada Guru BP dan Miss Dara.

"Baik, kalau begitu Grace sudah kami ijinkan untuk pulang," ucap Guru BP. "Sekali lagi saya minta maaf karena telah menggangu waktu anda," lanjutnya.

Sementara Miss Dara tampak diam terpaku melihat sosok laki-laki tampan yang keluar dari ruangan itu. Dia tidak menyangka jika Grace memiliki seorang kakak yang begitu tampan, seketika jiwa jomblo nya pun meronta-ronta.

.

"Aku akan naik taksi, kau pulang lah lebih dulu," ucap Grace setelah sampai parkiran.

"Apa?! Kau menyuruh ku pulang lebih dulu setelah apa yang  aku lakukan untukmu?!" Delard tak mengerti dengan jalan pikiran gadis belia yang ada dihadapannya.

"Aku ada urusan, jadi tolong mengertilah!" ucap Grace tanpa menatap wajah kakaknya, sepertinya dia sudah sangat marah kepada Delard dengan tindakannya waktu itu, sehingga untuk menatap wajah Delard saja Grace seakan tak sudi melihatnya.

Delard menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. "Baiklah, kalau begitu jaga dirimu baik-baik," Pungkas Delard kemudian pergi meninggalkannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!