Adelardo'S Obsession
Dor! Dor! Dor!!!!
Terdengar suara tembakan dari lantai bawah sehingga baby sitter yang mengasuh kedua anak pemilik Vila mewah itu pun berlari untuk mengecek apa yang terjadi. Namun, betapa terkejutnya dia saat mendapati tuan majikannya yang telah bersimbah darah dengan luka tembakan di kening dan dada.
"Kay, cepat lari dan selamatkan anak-anakku!" teriak seorang wanita yang tak lain istri dari laki-laki yang tergeletak di lantai dalam keadaan sudah tak bernyawa.
Wanita itu menoleh kearah nyonya majikannya yang sudah dalam keadaan sekarat, lantas dengan cepat dia memutar arah, berbalik, dan hendak berlari menaiki anak tangga tapi tiba-tiba...
Dor!
Sebuah tembakan tepat mengenai kepala belakangnya sehingga baby sitter itu pun langsung tergeletak, dan dapat dipastikan jika dia sudah meninggal dunia.
Seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun juga tiba-tiba muncul dari arah tangga. Dia menatap nanar kepada kedua orangtuanya.
"Bawa anak itu ke hadapanku!" titah seorang pria bertubuh kekar kepada para pengawalnya. Lantas dengan cepat pengawalnya menyeret anak laki-laki itu kehadapan tuannya.
"Mommy," ucap lirih anak itu saat melihat ibunya terluka parah. Dia pun menoleh kepada ayahnya. "Daddy..." Tangisnya pun pecah saat mendapati ayahnya tergeletak tak bernyawa.
"Uhuk-uhuk." Dalam keadaan sudah tidak berdaya wanita itu terus mengiba dan memohon agar orang-orang ber jas hitam itu mau melepaskan kedua anaknya dan membiarkan mereka untuk tetap hidup. "Tolong kasihanilah anak-anak_" Tiba-tiba wanita itu pun tergeletak dan menghembuskan nafas terakhirnya akibat tak kuat menahan penyiksaan yang dilakukan anak buah pria berpakaian serba putih itu.
"Bagaimana, Tuan? Apa yang akan kita lakukan terhadap anak ini?" tanya pria itu kepada tuanya.
"Lenyapkan anak ini juga!" perintahnya, "karena dia keturunan Leo Tan, yang jika ku biarkan untuk tetap hidup, ketika sudah dewasa dia pasti akan balas dendam atas kematian kedua orangtuanya."
Dor!
Sebuah Vila mewah yang terletak di desa terpencil nan jauh dari keramaian pun menjadi saksi bisu betapa beringas dan sadisnya seorang Chan Ryder. Hanya karena kalah tender dia tega menghabisi seluruh keluarga Leo Tan dengan cara yang keji pada saat Leo Tan beserta istri dan anak-anaknya sedang berlibur di sebuah vila.
"Telusuri semua ruangan! Jangan biarkan satu nyawa pun tersisa di Vila ini!"
Tak tinggal diam, Chan pun ikut menyusuri setiap ruangan yang ada di lantai dua. Tiba-tiba matanya terkunci pada sebuah gorden gold yang mengarah keluar balkon, lantas dia pun mendekatinya.
"Baa...!" seru seorang anak perempuan yang masih berumur sekitar tiga tahunan itu dengan memakai alat pendengar musik yang ada di telinganya. Grace menohok saat melihat kehadiran pria asing di depannya, "Uncle siapa?" tanyanya heran, tapi kemudian gadis kecil itu tersenyum lalu menarik tangan Chan Ryder dan memintanya untuk bersembunyi. "Kita harus bersembunyi supaya kakak tidak menemukan kita," pinta Grace, gadis kecil yang masih polos itu bahkan bicaranya yang belum begitu lancar.
Chan Ryder hanya melongo menatap Grace yang mengajaknya bersembunyi di bawah kolong meja tersebut, tanpa sedikitpun merasa takut terhadapnya meskipun mereka baru pertama kali bertemu.
Beberapa anak buah Chan datang dan langsung mengarahkan senjata api kepada gadis kecil itu.
"Mainan Uncle bagus!" serunya. "Aku juga punya." Gadis kecil itu berlari masuk kedalam kamar.
Seraya mengamati pergerakan Grace, pria itu perlahan menggerakkan tangannya menunggu sasaran yang tepat untuk menembaknya.
"Tahan!" Chan Ryder menghentikan anak buahnya ketika dia ingin melepaskan tembakan kepada gadis kecil itu.
Gadis itu berlari mendekati Chan Ryder. "Uncle ini mainan ku," Grace memberikan pistol mainannya kepada Chan Ryder. Dengan gerak tangan yang pelan Chan Ryder pun menerimanya.
Gadis itu menoleh kearah senjata yang dipegang anak buah Chan Ryder. "Mainan Uncle lebih bagus. Apa aku boleh meminjamnya?" tanya gadis kecil itu yang terlihat begitu sangat menggemaskan, sehingga niat Chan untuk menghabisi semua keturunan Leo Tan pun urung, saat melihat gadis kecil periang yang ada di hadapannya.
Gadis itu kembali menghampiri Chan Ryder dan merengek ingin di pinjamkan senjata api yang ada di tangan anak buahnya. "Uncle, aku juga mau mainan yang seperti itu," rengeknya seraya memegangi tangan Chan Ryder dengan manja nya.
Chan Ryder membungkukkan badan menyeimbangi ketinggian anak kecil yang masih berusia tiga tahun itu. "Apa kau mau ku belikan mainan seperti itu?" tanyanya, dan dibalas anggukan oleh gadis kecil itu. "Kalau begitu kau harus ikut denganku," ajaknya.
"Tapi..." Grace tampak enggan untuk ikut dengan Chan Ryder.
"Kenapa? Bukankah tadi kau bilang kalau kau ingin mainan seperti itu juga." Chan Ryder menunjuk kearah senjata api yang ada di tangan anak buahnya.
"Aku harus meminta ijin kepada mommy dan daddy dulu."
"Tidak perlu. Karena daddy, mommy dan kakakmu sudah pulang lebih dulu." Chan Ryder membohongi anak kecil itu, karena dia yakin anak-anak buahnya sudah berhasil mengurus jasad Leo Tan beserta anak, istri dan baby sitter beserta sopir pribadi Leo Tan yang sudah di habisi lebih dulu sebelum Leo Tan.
"Mommy..." Gadis kecil itu tiba-tiba menangis saat Chan Ryder mengatakan jika orangtuanya sudah meninggalkannya sendirian di Vila itu.
"Jadi apa kau mau ikut denganku?" tanya Chan Ryder sekali lagi, sehingga gadis kecil itu pun mengangguk karena tidak ada pilihan.
Chan Ryder menuruni anak tangga seraya menuntun anak itu. Gadis kecil itu menatap sekeliling ruang tengah yang berantakan serta banyak darah yang berceceran disana.
"Kenapa banyak darah?" Gadis kecil yang masih polos itu menatap heran ke sekeliling.
"Itu bukan darah, tapi pewarna pakaian." Lagi-lagi Chan Ryder membohongi gadis polos itu.
Saat Chan ingin membawa Grace masuk kedalam mobil, tiba-tiba anak itu kembali enggan untuk ikut bersamanya.
"Ada apa? Apa kau takut denganku?"
Grace menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu cepatlah masuk. Akan ku perkenalkan kau dengan putraku supaya kau tidak kesepian." Chan membawanya masuk kedalam mobil.
***
Setibanya di mansion megah miliknya, Chan Ryder memperkenalkan gadis kecil itu kepada istri dan putra tunggalnya. Namun putra tunggal Chan tampaknya tidak menyukai kehadiran Grace yang usianya tujuh tahun lebih muda darinya karena takut tersisihkan.
"Siapa dia? Kenapa Daddy membawanya kemari?" tanya seorang anak laki-laki yang sudah berusia sepuluh tahun.
Grace menghampiri anak laki-laki itu dan mengulurkan tangannya. "Namaku Grace," ucapnya mengajak berkenalan.
Namun bukannya menerima uluran tangan dari gadis kecil itu, anak laki-laki itu malah menepisnya. "Anak Daddy hanya aku! Tidak boleh ada anak kecil lain yang boleh tinggal dirumah ini!" teriaknya, kemudian dia pun berlari masuk kedalam kamar.
"Delard!" panggil Azura yang tak lain adalah ibunya. Tak ingin Adelardo salah paham dengan kehadiran Grace, cepat-cepat Azura mengejarnya untuk memberikan pengertian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments