Setelah lulus SMA, Syafana menikah siri dengan kekasihnya yang baru saja lulus Bintara TNI-AD. Sebagai pengikat bahwa Dallas dan Syafana sudah memiliki ikatan sah. Pernikahan itu dirahasiakan dari tetangga maupun kedinasan.
Baru beberapa hari pernikahan siri itu digelar, terpaksa Dallas harus mengikuti pendidikan selama dua tahun. Mereka berpisah untuk sementara.
"Nanti setelah Kakak selesai pendidikan dan masa dinas dua tahun, kakak janji akan membawa pernikahan kita menjadi pernikahan yang tercatat di secara negara," janji Dallas.
"Kak Dallas janji, harus jaga hati," balas Syafana.
Namun baru sebulan masa pendidikan, Dallas tiba-tiba saja menalak cerai Syafana. Syafana hilang kata-kata, sembari melepas Hp nya ke ubin, tangan Syafana mengusap perutnya yang kini sudah ditumbuhi janin. Tangis Syafana pecah seketika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Mengenai Mimpi Daisya dan Sakala
Daisya masih berada di rumah Dallas, ia tidak tega meninggalkan adik semata wayangnya bersedih. Kehadirannya bersama Amira, sedikit banyak bisa menghibur kesedihan Dallas.
Mereka kini berada di meja makan, Daisya tadi menyiapkan makanan untuk Dallas. Hanya cukup membuat ayam goreng dan capcay yang dibuat Daisya tanpa susah payah.
"Lalu mengenai anak yang mirip kamu itu bagaimana, apakah kamu ada firasat tentang dia? Dulu, 13 tahun lalu saat kamu akan menikahi Dista, Mbak pernah bermimpi bertemu dengan seorang anak kecil yang mirip kamu, lalu di dalam mimpi itu dia menghampirimu dan memanggil kamu papa, apakah kamu masih ingat?" ungkit Daisya mengenai mimpinya beberapa tahun lalu.
"Ya, Als masih ingat, Mbak. Lalu apa maksud Mbak?" Dallas seakan kosong dan tidak paham dengan apa yang diobrolkan sang kakak, saking pikirannya sudah mumet memikirkan dirinya yang belum move on dari Syafana.
"Baiklah, alangkah lebih baiknya kita makan dulu." Daisya paham, terlebih di meja makan ini tidak hanya dirinya dan Dallas, ada Amira yang tidak boleh sembarangan mendengar pembicaraan tentang orang dewasa.
Setelah mereka makan, Amira terlihat mengantuk dan mengajak pulang. Tapi Daisya membujuknya supaya Amira tidur di pangkuannya.
"Amira tidur saja di pangkuan bunda. Nanti setelah Amira lelap, kita pulang ke rumah, ok," bujuknya. Amira mengangguk. Tidak lama kemudian, Amira mulai tertidur.
Dallas dan Daisya melanjutkan kembali obrolan mereka yang tertunda tadi di meja makan.
"Mimpi Mbak kalau dikaitkan dengan Catam yang kemarin kamu bilang gugur itu, yang wajahnya mirip kamu, apakah kamu tidak punya firasat bahwa mimpi dan Catam itu sebuah petunjuk?" singgung Daisya sembari menatap Dallas tajam.
Dallas termenung sejenak, ia berpikir. Semua ucapan Daisya, ia susun kembali bagai sebuah puzzle yang acak-acakan. Setelah merasa tersusun, Dallas menghela nafasnya dalam. Ia seperti menemukan sebuah petunjuk atas ucapan kakaknya itu.
"Iya, Mbak, Als ingat. Catam yang gugur kemarin yang mirip dengan Als itu, sepertinya petunjuk buat Als. Anehnya Als pun merasa, dia begitu dekat dengan Als." Dallas mengakui.
"Kenapa tidak kamu mulai cari tahu dari dia saja, Als? Mbak rasa tidak ada salahnya diam-diam kamu buntuti dia, di mana kediamannya." Daisya kembali memberi usul.
"Iya, Mbak. Als memang berencana seperti itu. Tapi sepertinya harus menunggu dia daftar bintara dulu. Als baru bisa menjalankan rencana itu. Tapi, sebetulnya ada yang aneh dengan Sakala," ungkap Dallas.
"Sakala, siapa Sakala?"
"Sakala, Catam yang kemarin gugur yang wajahnya mirip Als," ujar Dallas.
"Kenapa dengan dia, aneh kenapa?" Daisya penasaran.
"Als merasa bingung dengan nama ayah Sakala. Ayah Sakala di kartu keluarganya mirip dengan ayah Syafana."
"Siapa namanya?" Daisya semakin penasaran dan ingin segera mendengar apa yang akan dikatakan Dallas.
"Nama ayah Syafana dan Sakala adalah sama-sama Syakir. Als menduga mungkin kebetulan sama. Nama Syakir juga banyak dimiliki orang lain. Tapi, anehnya lagi kenapa wajahnya begitu mirip dengan Als?" ungkap Dallas.
"Begitu, ya? Kamu tahu nama ibunya Syafana siapa, dan ibunya Sakala siapa?" tanya Daisya penasaran.
"Als kurang tahu nama ibunya Syafana, karena dulu Als tidak dikenalkan nama ibunya. Als hanya tahu nama bapaknya saja. Sedangkan ibunya Sakala adalah Mak Sarma Lela, dan ayahnya Syakir," jelas Dallas.
Daisya manggut-manggut berusaha mencerna ucapan Dallas.
"Andai saja kamu tahu nama ibunya Syafana siapa, mungkin saat ini kita tidak kebingungan seperti ini," balas Daisya yang diangguki Dallas.
Daisya akhirnya pulang, karena waktu semakin sore dan suaminya sebentar lagi pulang dari pekerjaannya.
"Als, mbak harus pulang. Lagipula Amira nyenyak banget dalam gendongan." Daisya berpamitan.
"Biar Als antar, Mbak."
"Tidak usah. Biarkan saja Mbak jalan kaki. Lagipula mbak bawa gendongan untuk menggendong Amira. Baiklah, mbak pulangnya. Kamu jangan sedih-sedih lagi. Assalamualaikum," pamit Daisya diantar Dallas sampai pintu depan.
Setelah Daisya dan Amira pulang, suasana rumah Dallas kembali sepi. Dallas kembali larut dalam renungan.
jejak dlu ka ya Lina, iklan mndarat salam dari Sebatas Istri Simpanan.. 🤗