Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Trauma
Arion meraih remote pendingin ruangan yang terletak tidak jauh dari tempat ia duduk. Arion menurunkan suhu ke batas minimal agar Amber merasa nyaman.
"Sudah lebih baik?" tanya Arion.
"Hmm." Amber mengangguk, senyum merekah itu tidak pernah luntur dari bibirnya.
"Nona Amber," ucap Arion sambil menatap wanita itu lekat. Ia melihat wajah cantik Amber dengan jantung berdebar, kedua tangannya terulur dan memegang bahu Amber. Kini mereka berdua saling berhadapan.
"Ada apa?" tanya Amber sambil memiringkan kepalanya. Wanita itu tersenyum, terlihat dengan jelas bahwa kesadarannya sedikit menurun akibat minuman yang baru saja ia tenggak.
"Kau cantik, dan menggoda. Laki-laki bodoh mana yang membuatmu terluka sampai kau menuntut cerai darinya?" tanya Arion penasaran. Tidak sedikitpun ia melihat kekurangan Amber dalam segi fisik, namun ia ingin sekali mengetahui alasan wanita itu berpisah dari mantan suaminya.
"Aku terpaksa menikah dengannya karena wasiat orang tuaku. Dia terpaksa menikah denganku karena desakan keluarganya. Dia punya wanita lain, yang mungkin lebih dari segala-galanya dariku."
"Aku berusaha menerima pernikahan itu dengan lapang dada. Mengabdikan hidupku untuknya. Aku berusaha mencintainya."
"Tapi semuanya tidak sesuai harapanku. Dia sering bersikap kasar padaku, memukulku dengan kejam, bahkan membawa kekasihnya pulang dan berhubungan di hadapanku."
"Dia tidak akan segan-segan menarik ikat pinggangnya dan mencambukku setiap kali aku protes," jawab Amber. Wanita itu mengungkap kepedihan hatinya dengan mata berkaca-kaca.
Arion mendesah pelan, ia membayangkan kehidupan berat yang telah di lalui oleh wanita di hadapannya.
"Aku takut," gumam Amber sambil mengusap air mata yang terjatuh di kedua pipinya.
"Kau aman sekarang. Keputusan terbaik adalah lepas dari baji*ngan sepertinya," ucap Arion. Ia menarik tubuh Amber dan memeluk wanita itu.
Segala hal yang telah terjadi di pernikahan yang ia harapkan akan menjadi pernikahan sekali seumur hidup, membuat Amber merasakan trauma mendalam.
Wanita itu yatim piatu, tanpa sanak dan saudara. Ia tidak tahu harus lari ke mana untuk mencari pertolongan. Bahkan keluarga dari mantan suaminya pun enggan membantunya. Mereka semua seakan pasrah, meski mengetahui bahwa Amber di perlakukan semena-mena.
Amber menangis beberapa saat di dalam dekapan Arion. Wanita itu meluapkan segala hal yang menyesakkan dadanya. Trauma dan rasa takut yang selalu menghantuinya hingga ia enggan menjalin hubungan serius dengan laki-laki manapun yang berusaha mendekatinya.
Amber sedikit mundur, menatap Arion dengan mata yang basah.
Arion mendekatkan wajahnya, mencium bibir Amber perlahan. Tidak seperti sebelumnya, kini Amber membalas ciuman itu dengan suka rela.
Wanita itu bernapas tenang, membiarkan Arion bermain lidah dan mencumbunya.
Namun, karena kondisi Amber yang tidak benar-benar baik, Arion menahan diri. Ia berusaha menahan seluruh keinginannya demi menghargai perasaan Amber. Arion ingin melakukan semua hal bersama dengan Amber saat wanita itu benar-benar dalam keadaan sadar. Karena ia tidak ingin ada penyesalan di antara mereka.
"Istirahatlah," pinta Arion. Ia membaringkan tubuh Amber di sofa panjang itu.
"Hmm." Amber mengangguk, memiringkan tubuhnya hingga rok yang ia kenakan tersingkap naik, memperlihatkan sedikit tali berwarna merah.
Arion menarik napas dalam. Ia mendaratkan satu ciuman di kulit putih itu lalu menutupnya. Laki-laki itu keluar dari sana dan mengambil selimut, menutupi tubuh Amber agar tidak kedinginan.
Melihat Amber tidur dengan nyenyak, Arion meninggalkan wanita itu. Ia memutuskan tidur di kamarnya dan membiarkan Amber beristirahat dengan tenang.
...🖤🖤🖤...