Laura, adalah seorang menantu yang harus menerima perlakuan kasar dari suami dan mertuanya.
Suaminya, Andre, kerap bertangan kasar padanya setiap kali ada masalah dalam rumah tangganya, yang dipicu oleh ulah mertua dan adik iparnya.
Hingga disuatu waktu kesabarannya habis. Laura membalaskan sakit hatinya akibat diselingkuhi oleh Andre. Laura menjual rumah mereka dan beberapa lahan tanah yang surat- suratnya dia temukan secara kebetulan di dalam laci. Lalu laura minggat bersama anak tunggalnya, Bobby.
Bagaimana kisah Laura di tempat baru? Juga Andre dan Ibunya sepeninggal Laura?
Yuk, kupas abis kisahnya dalam novel ini.
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Insiden bulan madu.
"Rasa ini telah membutakan hati. Tidak ingin berpaling oleh keindahan yang lain. Rasa yang membuat hati terbakar. Jika ada senyum lain yang mencoba membuat berpaling."
"Hore, bener Pah, kita mau liburan?" beliak Carry saat Mark mengumumkan rencana liburan.
"Iya, tanya sendiri sama mama." Carry berpaling ke Laura. Bertanya lewat matanya. Laura tersenyum menganggukan kepalanya.
"Asyik! Kemana kita liburan, Ma?"
"Tanya, Papa deh. Papa pelit gak mau ngasih bocoran sama, Mama." cebik Laura, pura-pura cemberut.
"Is, gak enak. Papa dan Mama kok, sama aja," ucap Carry saat papanya memberi kode tutup mulut.
"Udah, deh kak yang penting liburan," celetuk Bobby menghibur Carry.
"Ya udah, kita mogok aja dek, gak ikut sekalian." Carry ngambek. Gondok juga dia gegara papa dan mamanya tidak mau membocorkan kemana mereka liburan.
"Aih, sini peyuk, Mama. Putri cantik Mama gak boleh ngambek ya. Papa, jahat sih." Laura menghibur putri sambungnya itu. Pura-pura menyalahkan suaminya. Mark cuma cengegesan melihat putrinya, Carry, manjanya melebihi Bobby.
"Ya, udah sini Papa, bocorin. Kita mau liburan ke Parapat, Danau Toba."
"Yes! Asyik!" teriak Carry dan Bobby. Tapi wajah Laura mendadak berubah, begitu Mark menyebut tujuan liburan mereka. Hanya saja dia coba sembunyikan, saat melihat Carry dan Bobby yang menyambutnya dengan riang.
"Kalau begitu, aku bereskan dulu barang-barangku apa yang mau dibawa. Ayo dek, kakak bantu kamu nanti siapkan bawaanmu," ucap Carry. Disambut riang Bobby.
"Oke, kak." keduanya berlari ke arah kamar Carry.
"Kenapa sayang? Kok wajah kamu kayaknya mendung gitu. Gak suka kita kesana?" Mark menatap bola mata Laura intens. Laura mengerjapkan kedua bola matanya.
Bukan tidak suka hanya saja, Laura, enggan ke arah sana. Karena dekat dengan Kota Medan. Hanya beberapa jam perjalanan.
"Kita batalkan saja kesana. Ayo, kamu pilih saja tempatnya yang kamu suka, oke." Mark mengerti mengapa Laura enggan kesana. Salahnya sendiri, tidak tanya duluan. Maksudnya buat kejutan.
"Gak papa kok, Pa. Kalau memang mau kesana."
"Betul. Mama gak keberatan kita kesana?" Laura menganggukkan kepalanya. Mark memeluk Laura. Dia paham, kalau istrinya seperti masih trauma dengan pernikahan pertamanya
Padahal, jarak dari Medan ke Parapat jauh. Jadi tidak ada kemungkinan untuk bertemu atau berpapasan dengan Andre mantan suaminya.
Kecuali memang kalau kebetulan bertemu disana. Siapa yang tahu?
***
Udara dingin yang sejuk menyambut kedatangan Mark dan keluarganya di Parapat. Hari sudah menjelang sore. Suhu udara semakin dingin menjelang malam.
Mark membawa keluarganya untuk menginap di sebuah hotel yang telah dia pesan sebelumnya. Selain karena dingin dan lapar.
Mereka juga lelah setelah menempuh perjalanan kurang lebih delapan jam. Karena mampir dulu dibeberapa tempat wisata sepanjang perjalanan.
Mereka mampir di Salib Kasih hampir satu jam.
"Huh! Capek juga ya, Ma. Seharian dalam mobil." Carry menjatuhkan dirinya diatas ranjang, diikuti Bobby.
"Sayang, nenek gak mau ikut." ungkap Bobby murung.
"Nenek sudah tua, sayang. Gak kuat lagi perjalanan jauh." hibur Laura. " Ayo, istrihat dulu, biar lelahnya hilang."
"Iya, Ma, Carry mau tiduran dulu."
"Kalau ada apa-apa mama dan papa ada disebelah." tunjuk Laura pada kamar sebelah. Kamar yang mereka huni adalah kamar rangkap.
"Iya, Ma," sahut Carry dengan mata terpejam.
Laura memasuki kamarnya. Dia melihat suaminya terbaring diranjang. Melepas penat juga.
"Capek ya, Pa?" Laura memijat kaki Mark lembut. Mark yang setengah tertidur membuka matanya. Seulas senyum menghias sudut bibirnya.
"Sini, Mah." Mark menunjuk kesampingnya. Berbantalkan lengan Mark, Laura berbaring di sisi suaminya.
"Gak papa, Mama baring disini. Papa 'kan dah capek seharian nyetir." Elus Laura pada jemari Mark
"Apa mama pikir, Papa seloyo itu, hem?" Mark membisikkan sesuatu ke telinga, Laura.
"Is, dasar mesum." rajuk Laura manja.
"Sama istri sendiri kok, mesum." Mark mengungkung tubuh istrinya dengan lengan kekarnya. Laura meronta, membuat Mark makin memeluknya erat.
"Ampun, Pa. Mama gak bisa bernapas, nih." Laura gelagapan saat Mark menarik tubuhnya kedalam pelukan suaminya. Tubuh mungil, Laura terbenam dalam rengkuhan Mark, membuatnya sulit bernapas.
Mark tertawa gemas melihat istrinya, lalu menyingkapkan rambutnya yang tergerai menutup hampir seluruh wajahnya, atas ulahnya. Membenamkan wajah Laura dalam pelukannya.
"Ih, Papa nakal sekali." Laura memukul dada bidang suaminya. Ulah Laura malah membuat Mark makin terpancing hendak melahap istrinya.
Akhirnya bisa ditebak. Keduanya jadi berselancar dalam nikmatnya gelora hasrat. Seperti suntikan vitamin yang membuat stamina Mark on kembali.
Laura terjaga dari tidur setelah hari menjelang malam. Ketika perutnya mendadak ada acara konser. Laura melirik kasampingnya. Mark masih tertidur lelap.
Perlahan Laura bangkit dan berjalan ke pintu doble ke kamar Carry dan Bobby. Mereka belum bangun juga.
Laura mengeluarkan handuk dari tas, bergegas pergi mandi. Saat mendengar percikan suara air dari kamar mandi, Mark terjaga. Ternyata hari sudah gelap.
Mark, mengumpulkan kesadarannya sehabis tidur. Ketika aroma wangi sabun dan shampo menguar didalam kamar.
"Mama sudah selesai, mandi? Anak-anak sudah bangun gak? Mark berdiri, hendak mandi juga.
"Tadi, belum sih, Pa. Bentar lagi, Mama bangunkan. Papa, gih mandi sana. Bau kecut tuh," goda Laura.
"Mandiin dong, Ma." Mark merengek, menggoda Laura. Memeluk istrinya dari belakang.
"Hello, Mama dan Papa!" tiba-tiba pintu doble terbuka. Muncul Carry dan Bobby bersamaan. Keduanya langsung menutup mata masing-masing.
"Ih, Papa dan Mama pacaran. Kabur yuk!" Carry dan Bobby balik lagi kekamar mereka. Membuat Mark dan Laura terbahak-bahak.
***
Udara dingin, sejuk dan menyegarkan, mengawali hari saat Mark dan keluarganya menapakkan kaki mereka menyusuri pinggiran danau Toba. Lewat anak-anak tangga yang naik turun. Dibawah naungan pepohonan pinus.
Mark dan keluarganya menikmati indahnya pemandangan Danau Toba. Danau terbesar di Indonesia.
"Ayo, anak-anak kita naik kapal pesiar. Biar kita menjelajahi keindahan Danau ini." Mark menuju kepelabuhan, untuk membawa anak dan istrinya mengitari danau dengan kapal pesiar model rumah Batak itu.
Mereka juga singgah di Samosir. Pulau vulkanik ditengah danau. Menikmati beberapa hiburan, berselfi-ria dengan patung si Gale-gale.
Seharian menjelajah dan baru menjelang sore kembali ke hotel.
Kesokan harinya, Mark dan Laura berburu makanan khas batak serta beberapa souvenir di pasar tradisional.
Saat asyik menikmati kuliner khas batak disalah satu rumah makan di pinggiran Danau Toba, tiba-tiba Mark seperti melihat sosok seseorang.
Tengah jalan bersama seorang lelaki seusianya. Mark, sangat kaget! Dia seperti kenal sosok perempuan itu.
Mark mengucek kedua matanya. Pandangannya tidak berubah. Tanpa sadar, Mark berdiri. Kakinnya seolah gemetar.
"Ada apa, Pah?" Laura bertanya heran melihat perubahan mendadak suaminya.
"Arumi?" desis Mark tertahan. Membuat Laura bingung, dan mengikuti arah pandangan, Mark.***