Seorang gadis bernama Sheritta yang bekerja di sebuah toko pastrynya bersama dengan kedua orang temannya yaitu Ethelia dan Vienna yang juga membantunya untuk membuka toko itu sampai akhirnya sekarang dapat berjalan dengan beberapa karyawan lainnya.
Ia menyadari pria yang lebih tua darinya 2 tahun yang merupakan langganan toko pastrynya itu ternyata adalah orang yang sama yang dulu pernah menyelamatkannya dari sebuah musibah.
Pria itu bekerja di perusahaan kosmetik yang di mana terdapat suatu rahasia yang selalu ditutup oleh perusahaan kosmetik yaitu portal yang berada di sebuah ruangan diskusi dipercaya pada zaman dulu portal itu selalu terbuka lebar dan tidak pernah tertutup.
Apakah isi dari portal itu? Bagaimana bisa terdapat portal rahasia di sana? Dan apakah kehidupannya Sheritta berubah total setelah kejadian aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 5 - REAL FRIEND OR OLD FRIEND?
Hari sudah mulai berganti siang, di dalam ruangan A100 di perusahaan tari balet tersebut. Semua calon ballerina sudah menandatangani kontrak dan memberikannya kembali kepada pak CEO.
“Baiklah jika tidak ada yang memiliki pertanyaan, saya harap kami bisa tetap bekerja sama sampai akhir dalam 3 bulan ke depan. Semoga kalian sehat selalu dan tidak terbebani oleh pekerjaan ini. Salam sekian dari saya, kalian sudah boleh kembali” katanya sambil tersenyum lebar dan menutup kedua tangannya.
Kami semua pun akhirnya beranjak dari tempat masing-masing dan berjalan menuju pintu keluar untuk pulang. Tak lama setelah kami keluar ruangan itu dan menuju lift, calon ballerina yang terpaksa suka balet dan menyanyi itu tadinya sedang berjalan dengan santai di depanku namun ia tiba-tiba berhenti dan menghalangi jalanku dengan berdiri di depanku.
Penglihatanku yang dalam kondisi buram itu menjelaskan bahwa saat di sana aku sedang tidak bisa melihat dengan jelas jika ada orang yang tadinya sedang berjalan tiba-tiba berhenti di depanku, aku pun tidak sengaja menabraknya.
Dukkk...
Di saat itu, aku menabraknya dari belakang dan posisiku juga hampir saja terjatuh namun calon ballerina itu dengan sigap melihat situasi di sekitar dan memegang tangan kananku sebelum aku benar-benar jatuh, lalu setelah itu ia pun berkata kepadaku agar lain kali berhati-hati jika sedang berjalan.
Aku pun tersenyum pasrah karena dia tidak tahu keadaanku begini karena apa, lalu refleks merangkulnya dan menanyakan namanya, “Oh iya maaf ya, nama kamu siapa kalo boleh tahu?”
Calon ballerina itu pun melepas rangkulanku dan langsung menggandeng tanganku lalu menjawab, “aku Celline, jangan bilang kamu lupa. Aku tidak tahu kamu tumbuh secepat ini, apalagi tanpa aku kamu malah begini”
Warna suaranya yang awalnya kuning karena dia senang aku mengenalinya tapi saat dia menyadari aku sedang sakit, warnanya berubah menjadi biru tua karena sedih melihatku malah sakit. Aku pun dengan cepat menjawabnya sambil senyum, “Ga kok ini emang aku juga tidak menyadarinya, aku senang ketemu kamu lagi”
Entah kenapa tiba-tiba napasku menjadi sesak, kurasa karena kelamaan tidak berada di RS. Namun aku masih bisa mengontrolnya, apalagi sebentar lagi liftnya sampai.
Saat kita sudah sampai di lantai dasar, Nemilia menghampiriku dan berkata bahwa ia izin pulang terlebih dahulu karena ada urusan di rumah. Tak lama setelah itu, Celline menatapku dalam-dalam dan berkata bahwa ia ingin ikut denganku ke RS. Namun di saat itu aku tidak bisa menahannya lagi, penglihatanku langsung berubah menjadi hitam semua dan aku hampir terjatuh karena pingsan, namun temanku Celline ini langsung refleks menangkapku dan tak lama, Elio mendatangi Celline untuk membawaku ke dalam mobil. Celline dengan berani bertanya, “Ko, aku boleh ikut sama Sheritta tidak?”
Elio mengangguk yang berarti iya, Celline pun langsung masuk ke dalam mobilnya Elio.
...***...
Pada jam 11.00 siang, seorang pria yang mengenakan kemeja biru muda dan blazer putih rapi serta celana panjang berwarna coklat susu itu sedang mengumpulkan beberapa laporan dari hasil karya desain merek produk kosmetiknya dan ingin segera memberikannya kepada bapak CEO untuk dicek terlebih dahulu apakah desain ini sudah bisa masuk ke pasar penjualan karena menurut divisi pemasaran, hasil desainnya sudah oke. Ia merupakan seorang ketua divisi desain grafis yang cukup dekat dengan bapak CEO itu.
Saat pria itu masuk ke ruangan CEO, ia tidak melihat adanya bapak CEO sama sekali, jadi ia langsung masuk dan menaruh laporannya di atas meja CEO tersebut. Namun pada saat ia ingin balik, tiba-tiba ia tersandung meja CEO itu dan terjatuh, serta tidak sengaja menjatuhkan sebuah cermin yang berada di atas meja itu. Cermin itu terbelah menjadi beberapa pecahan. Saat pria itu ingin berdiri, ia menyadari bahwa cerminnya telah rusak, ia pun memungut kepingan kaca itu untuk dibuang.
Tiba-tiba ia menyadari kalau ternyata di dalam cermin ini terdapat energi magis dan ketika pecah, energi magis ini pergi ke tubuh pemiliknya. Namun karena bukan bapak Marvin yang memilikinya, jadi energi yang diserap oleh bapak Marvin ini ikut keluar dan pergi ke pemilik aslinya.
Di sana, saat pria itu memungutnya, tiba-tiba bapak Marvin yang sedang bekerja di ruangannya merasakan suatu energi yang sangat tidak menyakitkan dan di saat itu lah ia mengetahui kalau cermin yang sering ia gunakan untuk mengambil kekuatan magis telah pecah. Ini bukan pertanda baik untuknya karena di saat benda itu pecah, semua energi yang terkurung di cermin itu akan kembali ke tempat asalnya.
Bapak Marvin pun mengambil pisau dari laci meja kantornya dan berlari ke ruangan pak CEO dan berharap bisa membunuh bapak CEO dengan tangannya sendiri untuk mendapat kekuasaannya menjadi seorang CEO.
Sekretaris CEO yang baru saja balik setelah menemani pak CEO menghadiri rapat bersama di lantai 35, merasa terkejut atas apa yang telah dilihat. Bapak CEO itu sedang ingin makan siang terlebih dahulu di kantin, jadi ia menyuruh sekretarisnya untuk kembali ke ruangannya dulu tanpa dirinya.
Sekretaris CEO itu pun mendorong pria itu karena bapak Marvin ingin membunuhnya.
Bapak Marvin yang gagal menusuknya langsung melihat sekretaris CEO dan refleks menargetnya. Sebelum ia menusuk sekretaris CEO itu, rambut bapak manajer umum itu langsung ditarik oleh pria itu. Sekretaris CEO itu langsung mengambil pisaunya, namun tidak berhasil.
Kekuatan yang diserap bapak Marvin itu terlalu kuat, bahkan setelah rambutnya dijambak, ia masih bisa menusuk perut sekretaris CEO itu sampai mengeluarkan darah dari mulutnya dan pada saat bapak Marvin mengeluarkan pisau dari tubuhnya sekretaris CEO itu, energi yang diserap oleh bapak Marvin itu perlahan meninggalkan badannya.
Sekretaris CEO itu pun langsung jatuh ke lantai dengan tangan yang penuh darah karena memegang perutnya yang sudah berlumuran darah. Pria itu refleks membantu sekretaris CEO itu dengan langsung memanggil ambulans lalu setelah itu ia juga menghubungi temannya yaitu Ethan yang merupakan ketua divisi HRD dan saat ini sedang berusia 24 tahun itu untuk segera menyusul ke RS karena ia telah menelepon ambulans dan akan datang dalam waktu cepat. Bapak Marvin perlahan jatuh ke lantai dan terbaring lemas karena energinya semakin lama semakin meninggalkan tubuhnya.
Orang-orang di luar yang mendengarkan kerusuhan ini semakin berisik dan mempertanyakan apa yang terjadi, lalu terdapat satu orang datang untuk mengintip dari jendela ruangan CEO itu untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam.
Lalu orang itu pun terkejut melihat apa yang ada di depan matanya, ia langsung menyebarkan dan membicarakan kabar ini kepada rekan kerjanya yang lain, Orang itu adalah ketua divisi pemasaran yang sangat terkenal di perusahaan kosmetik itu.
Tiba-tiba Virissa mendapat pesan dari ketua divisi pemasaran itu terkait tentang apa yang telah terjadi di ruangan CEO itu, ia pun langsung gerak cepat berlari ke ruangan CEO itu untuk membantu sekretaris CEO agar dapat bertahan sebentar lagi.
Sesampainya di ruangan CEO, ia melihat posisi bapak Marvin yang telah tergeletak di lantai dan sekretaris CEO di samping pintu masuk ruangan CEO itu terbaring di lantai berusaha sebaik mungkin untuk tetap bertahan dengan kedua tangannya memegang perutnya untuk menahan rasa sakit itu.
Virissa pun datang menghampiri sekretaris CEO itu dan dengan ketakutan ia menjerit, “RASHILLAAA!! PLISS KAMU PASTI BISA, JANGAN NYERAH DULU”
Setelah itu, Virissa langsung memegang tangannya Rashilla dengan kedua tangannya yang merupakan sekretaris CEO itu.
Rashilla pun menggelengkan kepalanya lalu air mata perlahan mengalir dari matanya, setelah itu ia berkata dengan terbata-bata, “ti-dak bisa saa, aku ti-dak yakin”
Sesaat setelah Rashilla mengatakannya, ia pun menghela napasnya dan matanya perlahan mulai menutup, pandangannya seketika menjadi gelap. Di saat itulah, ia langsung tidak sadarkan diri, serta banyak darah mulai muncul keluar dari mulutnya.
Virissa dan ketua divisi desain grafis itu pun refleks memanggil Rashilla untuk membangunkannya kembali.
yuk mampir kenovel aku