NovelToon NovelToon
Jejak Kode

Jejak Kode

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:646
Nilai: 5
Nama Author: Faila Shofa

Laila, seorang gadis muda yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, tiba-tiba terjebak dalam misteri yang tak terduga. Saat menemukan sebuah perangkat yang berisi kode-kode misterius, ia mulai mengikuti petunjuk-petunjuk yang tampaknya mengarah ke sebuah konspirasi besar. Bersama teman-temannya, Keysha dan Rio, Laila menjelajahi dunia yang penuh teka-teki dan ancaman yang tidak terlihat. Setiap kode yang ditemukan semakin mengungkap rahasia gelap yang disembunyikan oleh orang-orang terdekatnya. Laila harus mencari tahu siapa yang mengendalikan permainan ini dan apa yang sebenarnya mereka inginkan, sebelum dirinya dan orang-orang yang ia cintai terjerat dalam bahaya yang lebih besar.

Cerita ini penuh dengan ketegangan, misteri, dan permainan kode yang membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang penuh rahasia dan teka-teki yang harus dipecahkan. Apakah Laila akan berhasil mengungkap semuanya sebelum terlambat? Atau akankah ia terjebak dalam jebakan yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pesan tersembunyi

Malam itu, pikiran mereka dihantui oleh informasi yang mereka dapatkan dari ibu Rasya. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di benak mereka, namun jawaban terasa begitu jauh.

Keesokan harinya, Laila, Rifki, Rio, Keysha, dan Damar datang lebih awal ke sekolah, sesuai rencana. Mereka ingin memeriksa laci meja Rasya, berharap menemukan sesuatu yang dapat membantu mengungkap misteri ini.

Suasana sekolah masih sepi. Mereka dengan hati-hati masuk ke kelas Rasya.

“Cepat, sebelum ada yang datang,” desis Laila sambil berjaga di pintu kelas.

Rifki mendekati meja yang disebut ibu Rasya. Dengan hati-hati, ia membuka laci meja itu. Di dalamnya, ada sebuah amplop kecil yang terlihat sudah agak lusuh.

“Ini dia,” Rifki berbisik, mengangkat amplop itu.

Mereka berkumpul di sekitar meja, memeriksa isinya. Di dalam amplop, ada selembar kertas dengan angka-angka yang tertulis rapi.

172 5 192 4 12 1 18

“Apa-apaan ini?” tanya Rio dengan nada bingung.

“Sepertinya ini sandi angka,” jawab Rifki sambil mengingat informasi yang mereka baca di perpustakaan. “Tapi, sandi ini bisa punya banyak pola. Kita harus tahu konteksnya.”

“Tapi gimana kalau kita nggak ngerti polanya?” tanya Keysha, mulai panik.

“Gue inget ada buku soal sandi di perpus,” ujar Damar. “Tapi waktu kita cari kemarin, nggak ada yang spesifik soal angka ini.”

Mereka terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang harus dilakukan.

Saat mereka kembali ke kelas, percakapan mereka ternyata didengar oleh salah satu teman sekelas, seorang perempuan bernama Clara.

“Apa yang kalian bicarakan soal sandi angka tadi?” tanya Clara, tiba-tiba menghampiri mereka.

Mereka semua terlihat canggung.

“Kenapa lo nanya?” Rio mencoba mengalihkan perhatian.

“Aku nggak sengaja denger. Aku suka baca buku soal teka-teki kayak gitu. Kalau kalian bingung, mungkin aku bisa bantu,” Clara menjawab dengan nada santai.

Rifki dan Laila saling melirik, mencoba membaca situasi. Akhirnya, Laila berkata, “Oke, ini rahasia. Tapi kalau lo mau bantu, kita butuh jawaban cepat.”

Clara mengangguk, antusias. Mereka menunjukkan angka-angka yang mereka temukan di laci Rasya. Clara memeriksa dengan seksama.

“Hmm… ini kayaknya pola sandi sederhana. Kalian tahu alfabet kan? Coba hubungkan angka ini ke huruf alfabet. Misalnya, 1 itu A, 2 itu B, dan seterusnya,” jelas Clara.

Mereka segera mencoba menerjemahkan angka-angka itu.

172 \= “Q”

5 \= “E”

192 \= “S”

4 \= “D”

12 \= “L”

1 \= “A”

18 \= “R”

“QESDLAR? Apa maksudnya?” tanya Keysha dengan nada frustrasi.

“Kayaknya ada sesuatu yang salah,” kata Rifki. “Kalau pakai alfabet biasa, angka 172 nggak masuk akal. Huruf cuma sampai 26.”

Clara berpikir sejenak. “Mungkin ini salah satu variasi sandi angka. Ada metode di mana kalian harus memecah angka besar jadi kelompok kecil. Contohnya, 172 bisa jadi 17 dan 2.”

Mereka mencobanya lagi:

17 \= “Q”

2 \= “B”

192 \= “S” (pecah jadi 19 dan 2)

4 \= “D”

12 \= “L”

1 \= “A”

18 \= “R”

“QBSDLAR? Tetap nggak jelas,” ujar Rio dengan wajah bingung.

“Bisa jadi ini anagram,” kata Clara tiba-tiba. “Kalian tahu anagram kan? Susunan hurufnya harus diacak supaya membentuk kata yang masuk akal.”

Mereka mencoba menyusun ulang huruf-huruf itu. Setelah beberapa saat, Clara berkata, “Coba ini: LARASDBQ.”

“Laras?” Laila membaca. “Apa artinya?”

Clara tersenyum kecil. “Mungkin ‘Laras’ adalah nama seseorang. Tapi, gue nggak yakin soal ‘DBQ’. Mungkin itu inisial?”

Rio menggeleng. “Gue nggak kenal siapa pun namanya Laras di sini.”

“Kalau gitu, kita harus cari tahu lebih jauh,” ujar Rifki. “Mungkin Laras ini ada hubungannya sama Rasya.”

Laila mengangguk. “Besok, kita coba cari tahu. Kalau memang ada murid atau seseorang bernama Laras, kita bisa tanya dia soal ini.”

Mereka semua setuju untuk melanjutkan penyelidikan mereka, meskipun semakin dalam mereka terlibat, semakin banyak misteri yang belum terpecahkan.

Pagi yang cerah berubah menjadi sarat ketegangan bagi Laila, Rifki, Keysha, Rio, dan Clara. Setelah menemukan kata “Laras” dari sandi angka di laci Rasya, mereka memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut siapa atau apa hubungan nama tersebut dengan peristiwa yang menggemparkan sekolah.

Di kelas, suasana tampak seperti biasa. Namun, Laila yang duduk di bangku depan tidak bisa menahan rasa penasarannya. “Apa mungkin Laras itu seseorang dari sekolah ini?” gumamnya pelan.

Rifki yang duduk di belakangnya mendengar dan menyela, “Gue pikir juga gitu. Tapi kalau dia memang penting, kenapa nggak ada yang pernah ngomongin dia sebelumnya?”

Keysha yang duduk di samping Laila ikut angkat bicara. “Kita perlu tanya ke guru atau admin. Pasti ada daftar nama murid atau staf yang pernah ada di sekolah ini.”

“Bisa jadi, tapi jangan terlalu terang-terangan,” Clara memperingatkan. “Kalau Laras ini emang bagian dari teka-teki, bisa aja ada orang lain yang nggak mau kita tahu soal dia.”

Sepulang sekolah, mereka sepakat pergi ke ruang arsip sekolah. Ruang itu terletak di lantai tiga, jarang dikunjungi siswa, dan penuh dengan dokumen lama.

Saat mereka masuk, debu menyelimuti udara, membuat Rio terbatuk pelan. “Astaga, kapan terakhir kali ruangan ini dibersihin?”

Rifki memeriksa lemari arsip dengan hati-hati. “Kita cari daftar nama murid. Fokus di sekitar tahun Rasya mulai sekolah di sini.”

Butuh waktu hampir satu jam sebelum Keysha menemukan buku tebal bertuliskan Daftar Alumni dan Siswa Aktif. Dengan teliti, mereka mencari nama Laras di halaman-pelajaran.

“Ada di sini!” seru Keysha, menepuk halaman dengan antusias. “Laras Maharani. Dia murid kelas XI yang berhenti tahun lalu.”

“Berhenti? Kenapa?” tanya Laila sambil mendekati buku itu.

“Di sini nggak ada alasannya,” Keysha menjawab.

Penasaran dengan Laras Maharani, mereka memutuskan untuk bertanya secara tidak langsung kepada salah satu guru mereka, Bu Lestari, yang dikenal dekat dengan para siswa.

Saat istirahat, Laila menghampiri guru itu di ruang guru. “Bu, saya mau tanya. Ibu masih ingat Laras Maharani, nggak?”

Bu Lestari terdiam sejenak, lalu menjawab hati-hati, “Kenapa kamu nanya soal Laras?”

“Enggak, Bu. Cuma penasaran aja. Ada yang bilang dia murid pintar,” Laila mencoba bersikap santai.

“Dia memang murid pintar,” kata Bu Lestari sambil menghela napas. “Tapi hidupnya nggak mudah. Tahun lalu dia berhenti karena ada masalah keluarga. Setelah itu, nggak ada yang dengar kabarnya lagi.”

“Masalah keluarga apa, Bu?” Laila bertanya dengan hati-hati.

“Maaf, Laila. Itu terlalu pribadi untuk dibahas,” jawab Bu Lestari sambil menutup buku catatannya.

Di malam harinya, ketegangan kembali meningkat. Saat mereka sedang berdiskusi di grup chat, Rifki menerima pesan tanpa nama.

Pesan itu hanya berupa deretan angka:

3-1-14-20-9-11-1

“Apa lagi ini?” Rifki langsung mengirim tangkapan layar pesan itu ke grup.

“Kayaknya ini sandi angka lagi,” komentar Clara.

“Gue coba terjemahin,” kata Keysha. Ia langsung mencocokkan angka itu ke alfabet.

C-A-N-T-I-K-A

“Cantika?” tanya Keysha bingung. “Siapa lagi itu?”

“Jangan-jangan orang ini korban berikutnya,” ujar Laila dengan nada tegang.

Keesokan paginya, sekolah digemparkan oleh kabar bahwa seorang murid bernama Cantika tidak hadir tanpa alasan. Bahkan, wali kelasnya, Pak Johan, mengaku tidak bisa menghubungi orang tuanya.

“Ada apa ini?” Rifki bergumam saat mereka mendengar kabar itu.

“Cantika benar-benar hilang?” tanya Rio sambil menatap Laila dengan serius.

“Kita harus lapor ke guru,” usul Keysha.

“Tunggu dulu,” Clara menyela. “Kita belum punya bukti cukup. Kalau tiba-tiba kita bilang soal sandi angka, mereka mungkin nggak akan percaya.”

“Kalau gitu, kita cari petunjuk sendiri,” kata Laila tegas.

Mereka sepakat untuk menyelidiki kasus ini lebih dalam, sambil berharap Cantika bisa ditemukan dengan selamat.

1
secret enjel
seruu kak, aku bakal bacaa sampai habis
michiie
gk paham jir
michiie
bagusssssss
Sa'diah Sasa
seru nih, aku suka yang teka-teki yang begini
Aulia Nur
aaahh... seru! 🥰
Aimee
Penasaran
Aimee
Misteri apa yang ada di baliknya?
miilieaa
thor...
apa rahasianya bisa nulis banyak novel?
Violence: ga ada sih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!