Hidup tanpa kebahagiaan itu bagai sayap tanpa bulu,sebuah kemustahilan yang tidak dapat masuk logika,setidak berguna sayap pada ayam yang tidak bisa terbang,setidaknya sayap itu masih memiliki bulu yang indah,begitu pun juga dengan kehidupan,seburuk-buruknya hidup,akan ada setitik cahaya kebahagiaan didalamnya,namun semua itu tidak berlaku pada kehidupan yang di jalani oleh sesorang remaja cantik bernama aleza,sebesar apa memangnya penderitaan hidup yang gadis itu alami?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin lebih dekat
"Iya,alexa nggak mau sarapan dirumah ah,alexa mau sarapn dikantin sekolag aja." balas alexa dengan sambil menenteng tas mahalnya.
"Eumm begitu ya,yaudah mau bang andrian yang antar atau bang sean aja?." Tanya andrian kepada sang adik,alexa terlihat tengah berfikir keras.
"Karena kemarin alexa udah diantar sama bang sean,jadi sekarang sama bang andrian aja deh." Putus alexa sambil menggandeng tangan kakak sulungnya.
"Yahh,kok gitu sih,padahal hari ini bang sean lagi mau ngabisin waktu sama kamu loh,bosen jika duduk terus di rumah." Balas sean dengan ekspresi merajuknya,kini usia kakak ketiganya itu sudah menginjak dua puluh tiga tahun,dirinya masih melanjutkan studi S2 nya disalah satu kampus ternama didalam negri.
"Maaf kak sean,tapi alexa juga harus adil,yaudah yuk bang,alexa takut telat." Ajak alexa,andrian tersenyum senang,ia seolah tengah mengejek sang adik.
"Yaudah deh,jangan lupa minum obat kamu yang!,jangan lupa apalagi sampai di buang!." Teriak sean mencoba mengingatkan adiknya.
Eza menatap semua interaksi adik dan kakak itu dari arah pintu dapur,ia habis membawa kotak bekal miliknya yang sudah bi surti siapkan di dapur,tapi eza malah diberikan ujian oleh tuhan dengan diperhatikannya semua interaksi itu.
Meskipun hati eza bisa di bilang sudah kebal karena ini bukan kali pertama untuknya,tapi tetap saja,rasa sakit itu masih bisa eza rasakan didalam sana,namun,ia lebih memilih abai akan rasa sakitnya serta menguburnya dalam-dalam jauh disudut hatinya,eza merasa jika dirinya lebih baik mengubur dan menumpuk semua rasa sakitnya dibandikan harus menangisi hal bodoh seperti ini.
Tak ingin melihat interaksi itu lebih lama lagi,eza segera melangkahkan kakinya melaju pintu keluar yang berada di belakang rumah,kini ia bisa melihat sebuah mobil pick up yang terparkir indah di depannya.
"Bapak." Sapa eza sambil masuk ke dalam mobil pick up milik pak hendra.
"Selamat pagi eza ku yang cantik,gimana tadi tidurnya?,nyenyak nggak?, kamu nggak begadang lagi kan?." Taya pak hendra sambil menghidupkan mesin mobilnya.
"Enggak kok pak,tadi malam eza tidur nyenyak sana mimpi indah." Balas eza sambil tersenyum manis.
"Yah,bagus kalau begitu,yuk kita berangkat,majuu!!!!!." Teriak pak hendra begitu bersemangat sambil melajukan mobilnya menuju luar gerbang.
"Majuuu!!!!!." Balas eza tak kalah bersemangat,kedua orang berbeda usia dan gender itu tertawa bersama,candaan-candaan receh keluar dari dalam mulut mereka selama perjalanan itu di tempuh,hingga tak terasa kini mereka berdua sudah sampai disekolah dimana eza menuntun ilmu.
"Yeayyy udah sampai,belajar yang baik ya,jangan nakal-nakal,dengerin apa kata gurunya." Nasihat pak hendra sambil memberikan eza beberapa uang pecahan sepuluh ribu.
"Iya pak iya,eza pamit dulu ya,assalamualaikum." Pamit eza sambil melambaikan tangannya,tak lupa dirinya juga menyalami tangan pak hendra sebelum dirinya masuk kedalam gerbang sekolah.
"Waalaikumsalam." Balas pak hendra,dirasa bayangan eza sudah tidak bisa lagi pak hendra lihat,ia mulai menghidupkab mesin mobilnya kembali dan segera menancapkan gasnya pergi meninggalkan negri ini.
Alih-alih memilih sekolah swasta dengan kualitas tinggi sepertti apa yang dilakukan oleh alexa,eza lebih memilih sebuah sekolah negri sederhana untuk ia masuki sebagai tempat bernaung untuk mencari ilmu.
Jadi alexa dan eza tidak satu sekolah ketika mereka mulai memasuki jenjang SMA berbeda ketika mereka berdua masih SD dan SMP,aleza juga berfikir,jika dirinya terus-menerus menikuti jejak alexa di depannya,yang ada hidup eza malah semakin tak karuan dan amburadul.
Maka dari itulah eza lebih baim menjauh dan hidup sendiri disekolah ini dengan kepercayaan diri dan keteguhan hatinya,jika aleza untuk sekarang masih belum bisa hidup sendiri dan terpisah dari keluarga itu. Maka eza akan mulai memisahkan diri dari hal-hal kecil terlebih seperti halnya sekolah.
"Selamat pagi." Sapa aleza kepada teman-teman sekelas nya ketika dirinya memasuki kelas.
"Pagi." Bas beberapa murid yang berada disatu kelas yang sama dengan eza,eza tersenyum manis,meskipun dirinya tidak mempunyai teman dekat atau pun sahabat dikelasnya,namun eza sendiri bukan tipikal orang yang tidak mau bersosialisasi,apalagi kepada teman-teman sekelasnya.
Setiap kali bertemu eza selalu menyapa mereka,dan ketika mereka kesulitan mengerjakan sesuatu,eza pasti akan membantunya,hal-hal sederhana seperti itulah yang bisa aleza lakukan selama sekolah ini,setidaknya ia bisa bersosialisasi dengan saling menyapa dengan teman sekelasnya,meskipun mereka sendiri kurang akrab.
Bukan eza yang tidak mereka anggap atau mereka abaikan,eza bisa saja berteman dengan mereka semua,tapi eza yang sudah lama hidup sendiri tanpa seorang teman membuatnya tanpa sadar terbiasa dengan hal itu,sekarang aleza memiliki pemikiran baru,bahwasanya memiliki seorang sahabat atau teman dekat hanya akan membuat hidupnya semakin terbenankan.
Menurut eza sendiri,tak ada satu pun orang yang benar-benar bisa menerima serta mau berteman dengan tulus padanya,eza sudah tidak lagi mempercayai ucapan kakeknya jika suatu saat nanti eza pasti akan menemukan seorang teman yang benar-benar baik dan mau menemainya hingga mereka besar.
Sekarang eza bisa menyimpulkan jika teman hanya lah kumpulan orang-orang yang selalu menggunakan topeng terbaik mereka serta kumpulan orang_orang yang hanya mau mengambil keuntungan dari orang lain yang dia sebuah sebagai 'teman.'
Entah bagaimana eza sendiri bisa menyimpul kan hal seperti itu,mungkin kerasnya hidup membuat hati eza lama kelamaan semakin mengeras,namun yang psti,untuk sekarang eza hanya ingin fokus untuk meraih impian serta keinginan dimasa depan dan membalaskan kebaikan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Eza rak akan mudah goyah,selama dirinya masih mampu berdiri dengan kaki sendiri,eza akan terus berusaha sampai dirinya berhasil dan membuat orang-orang yang selalu berbuat baik kepadanya mendapatkan ganjaran atas apa yang dilakukan selama ini.
"Selamat pagi anak-anak,hari ini kita akan belajar tentang...," Bu guru yang bertugas mengajar memasuki kelas,dan pelajaran pun di mulai,eza terlihat belajar dengan begitu bersungguh-sungguh,tak terasa,setengah hari telah berlalu dan bel pulang pun akhirnya terdengar.
Trenkkkkk.......
Semua orang berhamburan keluar gerbang sekolah ketika mendengar suara yang semua murid nanti-nanti itu,termasuk eza sendiiri,dan di saat itulah eaza bisa menemukan mobil pak hendra yang sudah terparkir ditempat parkiran mobil.
Dengan bersekolah disini,eza sudah tak perluh lagi khawatir akan diejek atau di hina oleh murid lain karena kebiasaan saat dirinya pulang dan berangkat,eza juga bisa lebih leluasa karena hampir sebagian murid yang bersekolah di sini memiliki drajat yang sama,tak ada perbedaan kasta atau apalah itu,eza cukup bersenang-senang selama dirinya bersekolah di sini.
"Bagaimana,seru belajarnya?." Tanya pak hendra ketika dirinya melihat seseorang gadis yang tengah berlari ke arah mobilnya sambil tersenyum manis.
"Cukup baik." Balas eza singkat.
"Pak,di pertigaan nanti bisa berhenti sebentar ngak,eza pengen beli bakso soalnya,enak kayaknya makan bakso pas cuaca lagi panas-panas begini." Ujar eza sambil memakai sabuk pengaman pada kursinya.
"Widihhh,boleh juga tuh,kayaknya bapak juga mau beli deh,sekalian buat ibu juga yak." Balas pk hendra sambil menghidupkan mesin mobilnya.
"Yuk ah berangkat,kita beli dulu bakso,capcuss." Teriak pak hendra sambil menjalankan mobilnya menuju tempat yang akan mereka tujuh.
"Aduhhh,bibi lupa bawa mangkuk sama sendoknya di dapur,gimana dong ini." Bingung bi surti di kala dirinya hendak menghidangkan bakso yang tela eza dan pak hendra beli tadi.
"Ngak papa bi,biar eza aja yang bawa,bibi sama babak tunggu aja dulu ya,eza bakalan larinya pakek kekuatan super cepat." Balas eza dengan ekspresi antusitasnya,tak akan dari itu,eza segerah melancarkan jurus kaki seribunya menuju dapur untuk membawa beberapa alat yang bi surti pinta.
Sesampainya eza didapur ia mulai mencari-cari dimana sekiranya tempat mangkuk dan sendok-sendok di simpan.
"Kamu nyari mangkuk dan sendok ya,mangkuknya ada disana dan sendoknya ada di sini." Ujar seseorang sambil menunjuk laci yang berada tak jauh dari tempat eza berdiri.
"Iya,terimah kasih ya." Balas exa cepat,ia segera berlari menuju laci yang telah alexa tunjuk tadi dan mulai membawa beberapa mangkuk serta sendok yang berada di dalamnya.
"Iya,sama-sama,kamu udah pulang ya eza?." Balas alexa sambil tersenyum manis,tak lupa alexa juga melontarkan beberapa pertanyaan agar mereka bisa melajutkan obrolab mereka lebih jauh lagi.
Sebenarya,tidak ada konflik atau masalah di antara mereka,mereka berdua selalu akur dan biasa-biasa aja,
Alexa juga sekalu berharap bisa akrab dengan eza sebagaimana saudara kembar pada umumnya,begitupun eza,itu adalah salah satu harapan terbesarnya sedari eza kecil tapi,eza memiliki suatu hal yang membuat dirinya terpaksa harus menjauh dari dekat alexa ,dan hal yang sama juga menimpa alexa,ada beberapa hal yang terpaksa membuat dirinya harus berjauhan dengan sang adik,mau tak mau.
"Y-ya,seperti yang kamu lihat." Balas eza dengan kaku,ia terlihat mengambil beberapa mangkuk dirak dengan tak tenang.
"Kamu udah makan eza?." Tanya alexa lagi,eza tak membalas,ia hanya menganggukan kepalana pelan dan segera bangkit hendak beranjak pergi dari tempatnya sekarang ini.
"Tunggu eza,jangan pergi dulu!." Pinta alexa sambil menahan salah satu tangan eza agar gadis itu tidak pergi.
"Aku selalu ingin dekat sama kamu,tapi kenapa....,kenapa rasanya ini terasa begitu sukit bagi kita." Lirih alexa sambil menatap wajah eza dengan pandangan memohon.
Eza ikut terdiam,mereka saling bertatapan,jantung eza berdebar dua kali lebih cepat,ini adalah keinginan eza sedari dahulu,tapi....
"Alexa,apa yang sedang kamu lakukan di sini hmm?,katanya mau ambil minum,bang sean diatas udah ningguin loh,kamu nggak ada niatan buat kabur karena ngak minum obat kan?." Ujar andrian yang tiba-tiba daja muncul dari arah belakang.
"Nggak kok,alexa beneran lagi bawa minum,nie buktinya alexa bawa gela." Balas alexa sambil menunjukkan segelas air putih ditangannya,andrian tersenyum manis.
"Eumm,baiklah kaly begitu,keatas gih,kamu minum obat dulu,biar alexa bisa cepat sembuh." Kata andrian sambil menggiring tubuh alexa untuk menaiki tangga menuju ke lantai dua,tatapan andrian dan eza bertemu,tepat ketika alexa sudah mulai pergi dari arah dapur dan sekarang hanya menyisahkan eza dan andrian di dalamnya.