Ni Komang Ratri, yang akrab disapa Komang itu begitu terpuruk saat penginapannya hampir bangkrut, bahkan nyaris ia kehilangan penginapan yang juga tempat tinggalnya itu.
Namun tanpa diduga Edgar Marvelo yang saat itu menjadi tamu tak terduga di penginapannya itu tertarik pada kecantikan Komang, taipan bisnis kaya raya itu bahkan berjanji akan melunasi semua hutangnya, jika ia mau menjadi wanita pendamping bagi Edgar selama sebulan di Yach.
Akankah Komang mampu menghindar dari pesona Edgar yang dikenal sebagai Casanova itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dita feryza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#7 Aku Harap Kita Bisa Bertemu Kembali
🌵🌵🌵
Edgar memperhatikan Komang yang kini pergi masuk kedalam rumahnya, Edgar mengusap lembut bekas ciuman Komang di pipinya, tak bisa di pungkiri, ia begitu senang mendapat ciuman itu walau ia tahu bahwa sebenarnya Komang lakukan dengan terpaksa.
"Hmm sepertinya mangsa sudah mulai mendekati umpan, kita lihat saja, apakah si Casanova kita ini akan bisa mengambil hati nyonya rumah ini?" tiba-tiba Mikhail dan Peter sudah berada di belakang Edgar.
"Tutup mulutmu!" ucap Edgar lalu melengos masuk kedalam rumah yang diiringi tawa lepas Mikhail dan Peter.
.
.
Komang kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya, namun hatinya masih terbayang bagaimana tadi Wisnu begitu lembut memperlakukan Ni Luh, jauh di dasar hatinya ia benar-benar masih cemburu, apalagi mendengar mereka akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini.
Komang duduk di kursi kayu di dapurnya, tertunduk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia tak bisa lagi membendung air mata yang tumpah, entah mengapa ia merasa hidupnya selalu sial, hidup dalam kemiskinan bahkan nyaris bangkrut mungkin dalam waktu dekat ia akan kehilangan tempat tinggalnya ini, kini ia juga harus merasakan penghianatan dari Wisnu.
Komang hanya bisa pasrah dan berserah diri pada sang hyang yang telah mengatur segala kehidupannya, namun Komang masih berharap bahwa keajaiban itu ada dan menghampiri dirinya lalu membalikkan kehidupannya kelak.
"Maaf, Komang aku tak bermaksud ikut campur urusanmu." tiba-tiba Edgar sudah berada di dapur hingga membuat Komang mendongakkan kepalanya karena terkejut.
Melihat kedatangan Edgar, Komang segera mengusap air matanya lalu bangkit untuk memulai kembali aktivitas memasaknya, ia begitu malu pada Edgar karena membiarkan pria itu melihat kebodohannya saat ini.
"Komang, aku.."
"Tidak apa-apa. Maaf, seharusnya aku tak membawamu ke dalam masalahku, sekali lagi aku minta maaf karena telah mengganggu kenyamanan mu selama menginap disini." ucap Komang sambil menangkupkan tangan di depan dada dengan hormat.
"Aku tidak keberatan dengan apa yang aku lakukan tadi, pria itu memang harus diberi pelajaran, seenaknya dia menyakiti perempuan." geram Edgar.
"Terimakasih telah membantuku, aku berjanji, kejadian barusan tak akan lagi terulang dan mengganggu kenyamanan mu." Komang kembali menangkupkan tangannya sambil menunduk menghadap Edgar.
"Kau tak perlu melakukan itu, aku senang bisa membantumu,"
"Baiklah, aku masih harus menyelesaikan pekerjaan ku, dan maaf atas kelancangan ku yang tiba-tiba menciummu tadi." ucap Komang lalu dengan segera ia meneruskan pekerjaannya.
"Aku suka kau mencium ku, aku harap dengan adanya kejadian itu, kita bisa lebih dekat."
"Apa maksudmu?" Komang membeliakkan matanya kepada Edgar, sungguh reaksi yang tak Edgar sangka.
"Tidak, maksudku kita bisa berteman?" ucap Edgar berhati-hati dengan ucapannya, takut menyinggung Komang.
"Aku akan menyelesaikan pekerjaanku, dan kalian akan ku panggil ketika sarapan sudah siap, ku harap kau bisa paham dengan ucapanku." Komang membalikkan badannya, tangannya kembali sibuk dengan pekerjaannya.
Edgar begitu kecewa dengan sikap Komang yang begitu dingin terhadapnya, ia berharap setelah kejadian tadi ia bisa lebih dekat dengan Komang, namun ia salah, Komang adalah wanita yang sulit ia dekati, bahkan butuh usaha ekstra agar wanita itu bisa luluh padanya.
Edgar merasa ini semua hanyalah strategi Komang untuk membuat dirinya tertarik pada wanita itu, sengaja dengan menarik ulur hatinya, dan ketika Edgar mulai memiliki ketertarikan padanya maka Komang akan mengangkat bendera kemenangan atas hatinya, ini tak bisa di biarkan, tukas Edgar dalam hati.
Edgar begitu geram, karena ia merasa terhina atas sikap Komang. Selama ini tak ada satupun wanita yang ia temui bersikap seperti itu, mereka akan berlomba-lomba untuk menyenangkan hatinya, sungguh sikap Komang membuat Edgar frustasi.
🔹
🔹
"Ini adalah tagihan yang harus kau bayar." ucap Komang pada Edgar, kala itu Edgar, Mikhail dan Peter akan bersiap-siap untuk pergi meninggalkan penginapan Komang.
"Kau serius? Kau bahkan tidak menagih banyak?" tandasnya begitu sombong dan terkesan meremehkan dan Edgar berusaha tak memberi perhatian sedikitpun kepada Komang.
Mungkin jika Edgar memilih bersikap dingin mengikuti sikap Komang terhadapnya, sikap Komang akan luluh dan berharap Komang akan menyesal karena telah bersikap angkuh kepadanya.
Komang tak menghiraukan ucapan Edgar, yang ia pedulikan hanya uang tak lebih dari itu, walau tak dapat di pungkiri oleh Komang, Edgar adalah lelaki maskulin dan mempesona bahkan Edgar memang memperlihatkan rasa ketertarikan pada Komang secara terang-terangan selama ia menginap di penginapannya ini, jika Komang adalah wanita rendahan mungkin ia sudah mengundang Edgar ke tempat tidurnya.
"Komang... Aku akan pergi," ucap Edgar lirih.
"Pergilah, terimakasih telah menginap disini." tukas Komang begitu ringan membuat Edgar semakin frustasi atas sikap Komang.
"Tatap aku! Komang." geram Edgar mengertakkan gigi.
"Apa lagi yang kau mau?" Komang mendongak memandang wajah Edgar yang memang lebih tinggi dari dirinya.
"Aku harap kita bisa bertemu kembali," ucap Edgar dengan tatapan mata yang dalam menatap mata Komang.
"Tidak akan." tukas Komang tajam dengan pandangan mata seolah menantang, mulutnya yang lembut merekah ketika menjawab sehingga membuat hormon-hormon Edgar melonjak.
"Dan hanya itu yang akan kau katakan padaku?" geram Edgar, marah dengan sikap Komang, mata hitamnya berkilat-kilat seperti bintang yang berjatuhan.
"Ya, hanya itu yang akan ku katakan padamu, aku sama sekali tidak tertarik untuk mengatakan banyak hal padamu." Komang menambahkan sambil menyentakkan kepala sehingga membuat rambutnya yang hitam lurus menyapu tulang pipinya yang tinggi.
"Pembohong, aku tau kau ada ketertarikan padaku." balas Edgar penuh percaya diri.
"Kau benar-benar menganggap dirimu hadiah Tuhan untuk kaum wanita, ya?" umpat Komang. "Aku tidak tertarik, dan tidak sabar menunggumu pergi!" ucap Komang lagi, sikap bermusuhan memancar dari tubuhnya.
"Aku tidak mengira, aku akan melihat hari dimana kau diusir oleh seorang wanita," gumam Mikhail dari suatu tempat dibelakang, sementara Peter hanya bisa menghindari memandang Edgar, mendesak Mikhail untuk diam.
Edgar terdiam, kehabisan kata-kata, asumsinya terhadap Komang memang salah total Komang adalah wanita yang beda dari yang pernah ia temui, namun jauh dalam lubuk hatinya, ia masih begitu penasaran terhadap Komang.
Penyesalan tak terduga kini juga menyerang Komang, membuatnya bertanya-tanya, apakah ia terlalu jahat dan berterus terang. Apakah ia membuat asumsi tentang pria itu, sama seperti ia mengira Edgar membuat asumsi tentang dirinya? Bagaimana jika ia salah?
"Baiklah aku akan pergi." ucap Edgar lalu tanpa menoleh lagi ia pergi keluar dari rumah Komang mendahului Mikhail dan Peter.
"Kami harus segera pergi, terimakasih telah membantu kami, dan mengijinkan kami menginap di sini." ucap Peter yang kemudian keluar dari rumah Komang dan diikuti oleh Mikhail.
Komang menghembuskan nafas panjang, perseteruannya dengan Edgar barusan benar-benar menguras tenaga dan pikiran Komang.
Bersambung....
