Kimberly atau dipanggil Lily usia 21 tahun gadis tangguh yang memiliki bela diri tingkat tinggi dan kecerdasan di atas rata-rata. Mempunyai Alter Ego bernama Emily, orang yang dingin, terkejam tanpa ampun terhadap musuhnya, tidak mempunyai hati. Emily akan muncul apabila Lily dalam keadaan sangat bahaya. Namun konyolnya, Lily mati karena bola susu yang tersangkut di tenggorokannya ketika sedang tertawa terbahak-bahak karena melihat reality show Korea favorit nya.
Lily terbangun di tubuh Kimberly Queeni Carta, pewaris tunggal keluarga Carta, konglomerat no 02 di Negara nya. Mempunyai tunangan bernama Max yang tidak menyukainya dan terang-terangan menjalani hubungan dengan Lolita.
Kimberly sekarang bukanlah Kim si gadis lemah dan penakut seperti dulu. Kimberly menjadi sosok yang menakutkan dan membalikkan penghinaan.
Kimberly bertemu dengan Davian Isandor Dhars, tunangan masa kecilnya yang dingin dan diam-diam selalu melindunginya.
Akankah Lily akan menemukan cinta sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belanja Menyenangkan
Lily melaju dengan penuh semangat, mengendarai mobil sport kesayangannya, sebuah kendaraan yang tak pernah digunakan sejak ulang tahunnya yang ke-16. Meskipun mobil ini adalah hadiah mewah dari ayahnya, saat itu dia memilih untuk menyembunyikan segalanya, termasuk kekayaannya, dari dunia. Tapi hari ini, dia memutuskan untuk menikmatinya sepenuhnya. Setelah semua yang dia lewati, mengapa tidak mengendari mobil ini, menikmati kesenangan, dan berbelanja sepuas hati? Tidak ada alasan untuk menahan diri lagi. Dunia ini miliknya untuk dijalani dengan cara yang dia inginkan.
Memasuki jalanan luas kota, Lily memacu mobil sport merah menyala itu, menikmati kebebasan yang ditawarkan oleh mobil dengan teknologi canggih, berkendara di antara gedung tinggi yang berbaris rapi di kedua sisi jalan. Suara mesin mobil yang menggema, seolah menjadi latar belakang sempurna untuk semangat dan keceriaan dalam dirinya.
Mobil ini bukan hanya kendaraan, tapi simbol kebebasan dan gaya hidup baru yang dia pilih. Tentu saja, gaya hidup itu bukan sekadar untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang-orang yang benar-benar dia sayangi. Seseorang seperti Kimberly, yang dia rasakan menjadi bagian dari dirinya dalam bentuk baru, memiliki kesempatan untuk menikmati hidup lebih baik dan membuat yang lainnya bahagia.
Mata Lily menatap keluar jendela dengan penuh kebahagiaan. "Apa yang bisa lebih menyenankan dari ini?" batinnya. Ia tahu, tak perlu lagi mencari uang dengan cara susah payah. Papa dan Mama Kimberly punya lebih dari cukup—mereka kaya, kaya sekali. Jadi mengapa merasa terjebak dalam rutinitas bekerja keras yang melelahkan, ketika seluruh dunia terbuka di hadapannya, tinggal bagaimana menikmatinya?
Tak lama kemudian, ia mengambil ponsel dan dengan lincah membuka aplikasi musik. Dari ribuan lagu yang tersebar, pilihan pertama jatuh pada lagu DJ tiktok viral yang sedang booming belakangan ini. Lagu itu menyelimuti mobil, memberikan ritme yang semakin mempercepat detak jantung Lily, membawa atmosfer pesta dalam keheningan jalanan yang sepi. Dan hanya dalam sekejap, suasana seru memenuhi ruang mobil. Lily seakan berada di klub malam, tidak peduli tentang apapun selain dirinya sendiri yang merasa bebas.
"Lagu ini asik banget deh," kata Lily pada dirinya sendiri, mengikuti irama lagu dengan goyangan kecil di kursi mobil. Wajahnya semakin cerah seiring musik yang mengalun. Walau ada rasa sedih yang pernah ia bawa sebagai Kimberly, ia sadar bahwa sekarang adalah waktunya untuk hidup sesuai dengan dirinya sendiri. Kimberly sudah pergi, dan yang ada sekarang adalah Lily—sosok yang jauh lebih berani, lebih tahu apa yang ia inginkan, serta lebih kuat daripada sebelumnya.
"Papa dan Mama memang keren banget bisa sedia-in semua ini buat aku," Lily berbisik dalam hati. "Tapi aku nggak boleh terlalu lama diem di rumah. Mesti goyangkan dunia!" Dengan tekad itu, langkah kakinya pun melaju cepat.
Mobil sport itu melaju seperti angin, melewati mobil-mobil lain yang terasa lamban dalam pandangan Lily. Setiap guncangan kecil terasa begitu menyenangkan, membenamkan semua hal buruk dalam dirinya ke dalam kenangan yang semakin jauh. Tidak ada tekanan saat ini, hanya kegembiraan yang menembus jiwanya.
Sekejap, tujuan akhirnya tampak di depan—mall yang sudah beberapa kali dia dengar namanya dari teman-temannya yang berbicara soal barang-barang mewah terbaru. "Saatnya belanja besar-besaran," pikirnya, sedikit bersorak di dalam hati. Lily sudah memutuskan, kali ini akan sangat berbeda. Tidak ada batasan, tidak ada rasa menyesal, hanya langit-langit belanja yang tidak ada akhirnya.
Sesampainya di mall, Lily memarkirkan mobil sportnya yang memikat perhatian orang-orang di sekitarnya. Beberapa orang bahkan berhenti sejenak untuk mengagumi mobil yang baru saja melaju. Lily pun turun dengan langkah mantap, mengenakan pakaian yang tetap chic dan modis. Tampilannya elegan namun santai, cocok dengan aura percaya diri yang memancar dari dirinya.
Menginjakkan kaki di ruang mall yang sejuk dan megah, ia pun langsung merasa dunia berada di tangannya. Berbagai gerai bertebaran di sekitar, dengan aneka barang mengkilap dan menarik mata. Tapi Lily tidak buru-buru memilih. Dia menghirup udara segar di dalam mall terlebih dahulu, merasakan getaran kehidupan yang baru—kehidupan dengan kebebasan penuh. Selanjutnya, ia mulai memasuki toko pertama dengan penuh semangat.
Di dalam setiap toko, Lily memilih barang dengan cara yang sangat berbeda. Dari tas mewah, pakaian, hingga sepatu terbaru. Semuanya tampak cocok baginya, entah itu untuk penampilan sehari-hari atau keperluan khusus. "Wah, ini tas keren banget! Mama pasti suka nih," bisik Lily dalam hati sambil mengambil tas bermerk terkenal yang digantung di dekat pintu. "Kalau ini bukan uang mereka yang terus berdatangan, pasti aku nggak mungkin bisa belanja sebesar ini."
Sambil mencoba beberapa barang yang ia pilih, mata Lily berbinar-binar seolah ia tengah menemukan dunia baru yang belum pernah ia jelajahi. Perlahan-lahan, ia merasa seperti raja yang siap menguasai setiap sudutnya. Dan saat bersamaan, ia melepaskan segala beban masa lalu, segalanya terasa begitu ringan.
"Ya, aku rasa ini masih baru permulaan," Lily menggumamkan kata-kata itu ketika melihat semua belanjaannya terkumpul di dekat kasir, siap dibayar dengan kartu yang kini tak terbatas. "Kadang kita perlu menikmati sedikit kebebasan, untuk diri sendiri dan orang-orang yang kita sayangi."
Dengan senyum manis, Lily memasukkan semua barang belanjaannya ke dalam kantong belanja mewah. Tentu saja, tidak ada salahnya kalau ia membeli lebih banyak lagi. Dia merasa hidupnya kini seperti berada di tengah dunia yang berputar, roda keberuntungan yang berpihak padanya.
Dan di tengah hiruk pikuk mall yang sibuk itu, Lily tahu satu hal dengan pasti, tidak ada yang menghalangi dirinya untuk hidup dengan cara yang ia pilih.
🍖
Setelah puas berbelanja, tas dan pakaian baru yang menggantung rapi di dalam kantong belanja mewahnya, Lily merasa lapar. Dari awal tadi, meskipun sangat antusias berkeliling dan memilih barang-barang yang berkilau, ia tidak lupa dengan kenyamanan perutnya. Lagipula, restoran di mall ini terkenal enak dan sering menjadi tempat favoritnya setiap kali mengunjungi pusat perbelanjaan.
Lily melangkah santai menuju salah satu restoran di mall yang sudah dihiasi dengan sentuhan desain modern namun elegan. Setibanya di depan restoran, seorang pelayan dengan senyuman ramah menyapanya. "Selamat siang, Nona. Silakan, meja untuk satu orang?"
"Ya, satu saja," jawab Lily sambil memberikan senyum manis. Dia duduk di kursi yang terletak di sudut ruangan, dari mana ia bisa memandangi dengan leluasa kesibukan pengunjung lainnya di sekitar. “Pemandangan yang nyaman,” pikirnya sembari meletakkan tas tangan kecil di sebelahnya.
Restoran ini, dengan nuansa putih dan kayu yang elegan, menawarkan suasana tenang dan santai. Lantai keramik yang bersih dan meja-meja berbalut kain linen putih memberikan kesan premium dan menenangkan. Namun, bagi Lily, yang sedang dalam mood pesta belanja, tempat ini terasa sedikit menenangkan namun tetap elegan. Sesuatu yang ia butuhkan setelah berkeliling tanpa henti seharian.
Pelayan datang dengan buku menu yang terbuka. “Mau minum apa, Nona?” tanyanya sambil menunggu Lily memilih.
“Air mineral dingin dan, hmm... saya mau mencoba hidangan spesial kalian hari ini, apakah ada menu baru?” tanya Lily, mencoba mencari sesuatu yang menarik untuk dicicipi.
Pelayan itu tersenyum, lalu menunjukkan menu spesial hari itu, "Kami memiliki salmon panggang dengan saus lemon butter dan risotto jamur. Sangat lezat, Nona."
Lily mengangguk. "Itu terdengar sempurna. Saya akan coba itu."
Begitu pesanan diambil, Lily duduk dengan posisi nyaman dan bersandar sedikit ke belakang. Sambil menunggu hidangan datang, pikirannya kembali melayang. Dia teringat tentang rumah dan keluarganya. Pasti Papa dan Mama sedang menunggu dengan rasa cemas, padahal dia tahu mereka juga sangat senang melihatnya bahagia. Tapi kali ini, Lily tidak bisa terus terjebak dalam keterikatan. Setelah sekian lama, dia merasa saatnya untuk menjalani hidupnya dengan cara yang berbeda.
“Dunia ini memang sangat besar, tapi terkadang... kita harus membuat ruang untuk diri kita sendiri dulu,” bisiknya pelan, meski hanya dirinya yang mendengar.
Tak lama kemudian, hidangan yang ditunggu pun tiba. Salmon panggang yang menggiurkan tampak begitu segar, dihidangkan dengan saus lemon butter yang berkilau di atasnya. Risotto jamur menyertai dengan aroma khas yang begitu menggugah selera. Lily pun menyantapnya dengan lahap, setiap suapan terasa sempurna.
Di balik semua keberhasilannya dalam berbelanja, sesekali, dia hanya ingin menikmati hal-hal kecil seperti ini, sebuah makan siang yang memanjakan dirinya setelah perjalanan panjang menuju kebebasan yang baru. Tak ada hal lain yang lebih menyenangkan saat ini selain menikmati apa yang ada.
Sambil mengunyah salmon yang begitu lezat, beberapa orang di sekitarnya tampak mengenakan pakaian yang fashionable, banyak yang melakukan percakapan santai, dan ada pula yang sedang duduk sejenak untuk menikmati waktu makan mereka. Lily tidak terlalu peduli dengan hal itu; ia memilih untuk tenggelam dalam kesenangannya sendiri.
“Kalau saja aku bisa berbagi dengan mereka apa yang kurasakan sekarang...” pikir Lily, mengamati setiap orang di restoran. Ada kebahagiaan sederhana dalam dirinya, yang begitu terasa—bahwa saat ini adalah waktunya dia untuk memperlakukan dirinya dengan penuh kasih sayang, tanpa merasa terbebani.
Setelah beberapa saat menikmati santapan, Lily kembali tersenyum kecil. Makanannya memang luar biasa, dan sesekali ia menoleh ke luar jendela restoran. Ada kehidupan di luar sana yang menunggu untuk ditempati—hal-hal baru, peluang baru, bahkan lebih banyak kesempatan untuk membahagiakan orang-orang yang ia cintai.
Tiba-tiba sebuah suara pelayan mengganggu lamunannya. “Apakah Nona ingin menambah hidangan penutup?” tanya pelayan dengan sopan.
Lily tersenyum sambil berpikir sejenak. "Mengapa tidak?" Akhirnya ia pun memutuskan untuk memesan es krim rasa vanila dengan toping cokelat dan buah-buahan segar. Ini hanya sedikit sentuhan manis untuk menutup hari yang sempurna.
Tak lama, hidangan penutup datang, disajikan dengan porsi pas, dan Lily memanjatkan syukur dalam hati. "Ya, kadang, kebahagiaan itu sederhana saja. Terkadang, keinginan terbesar adalah kebahagiaan yang kita ciptakan sendiri," katanya, sedikit tertawa pada dirinya sendiri, karena dia baru sadar kalau tadi tanpa sadar telah berbicara dengan penuh perasaan.
Sementara dia menikmati es krim tersebut dengan senyum bahagia, perasaan tenang memancar dalam dirinya. Dalam perjalanan menuju kebebasan yang dipilihnya, dia tak hanya merasa nyaman dengan keberhasilannya, tetapi lebih kepada bagaimana caranya menikmati hidup tanpa rasa takut, tanpa khawatir apa yang orang lain pikirkan.
Setelah menyelesaikan makanannya, Lily akhirnya membayar pesanannya dan mulai melangkah keluar dari restoran, tas belanjaannya masih menempel erat di tangan. Dengan langkah-langkah ringan, ia tahu hari ini benar-benar miliknya, dan dia akan membuatnya jadi sempurna.
mantap grazy y
lanjut lagi Thor...