Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai
Kaila yang sudah berhenti bekerja hari ini karena sudah mendapatkan ganti, di ajak oleh Brian untuk pergi berdua.
Sebenarnya bukan hari libur hanya Brian sengaja untuk datang ke perusahaan setelah makan siang dan urusan kantor di titipkan pada Samuel selama dirinya tak berada di tempat.
"Kita mau kemana tuan?" tanya Kaila ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil yang di kendarai langsung oleh Brian
"Nanti kamu juga akan tau dan stop memanggil saya dengan panggilan tuan." kata Brian. "Kamu bukan berkerja sebagai pembantu saya melainkan calon istri saya." sambungnya lagi yang membuat Kaila mencebikkan bibirnya.
"Mana ada sepasang calon suami istri yang ngomongnya formal." cibir Kaila menanggapi perkataan Brian.
Brian menghela nafasnya sebentar sebelum kembali buka suara.
"Oke, mulai saat ini kita harus terbiasa untuk bicara tak formal dan berlaku selayaknya sepasang kekasih." putus Brian.
Setelah itu tak ada lagi pembicaraan di antara keduanya. Kaila lebih memilih untuk melihat keluar melalui kaca pintu mobil, menikmati pemandangan yang dia lalui. Sedangkan Brian kembali fokus mengemudi hingga mereka berdua sampai di tempat tujuan.
Keduanya langsung turun ketika Brian sudah memarkirkan kendaraannya di depan sebuah bangunan yang masih tertutup rapat.
Pria itu mengeluarkan kunci yang ada di saku celananya dan membuka pintu yang kini ada di hadapannya.
"Ini adalah ruko yang aku beli karena membantu teman yang lagi butuh uang, lumayanlah untuk investasi." kata Brian memberi tahu. "Tapi sekarang aku mau buat kafe di sini mengingat letaknya yang sangat strategis dan aku mau kamu yang mengelolanya sebagai ganti dirimu yang telah resign dari tempatmu bekerja." sambungannya yang tentu saja langsung membuat mata Kaila membuat saking kagetnya.
"Tu - tuan serius?" tanya Kaila untuk memastikan pendengarnya.
"Tentu saja dan stop panggil aku tuan." sahut Brian dengan nada tegas tapi sudah tidak terlalu formal, terbukti dengan sudah menggunakan kata aku, bukan saya untuk memanggil dirinya sendiri.
"Apa kamu gak terlalu gegabah jika menyerahkan semua ini padaku? Aku hanya seorang asisten chef yang belum mempunyai pengalaman apa-apa untuk mengelola sebuah kafe." kata Kaila yang takut jika nantinya malah membuat Brian bangkrut yang berujung kekecewaan.
"Kamu memang hanya seorang asisten chef, tapi jangan kira aku gak tau jika kamu adalah lulusan management bisnis." kata Brian.
"Da - dari mana kamu tau?" tanya Kaila. Karena hanya orang-orang terdekatnya sajalah yang tau akan hal ini.
"Sangat mudah untukku mencari tau segalanya tentangmu, termasuk tentang dirimu yang di khianati oleh tunangan serta saudari sepupumu." jawab Brian. "Lagian aku heran sama kamu, lulusan management bisnis tapi kok malah kerja jadi asisten chef." sambungnya.
"Aku lebih suka memasak di bandingkan dengan bekerja di perusahaan yang pekerjaannya menguras otak." jawab Kaila.
"Kalau gitu kenapa kamu dulu gak ambil jurusan tata boga saja." sahut Brian.
"Karena kedua orangtuaku yang menginginkan aku untuk mengambil jurusan itu." kata Kaila.
Keduanya kemudian berkeliling melihat-lihat kedalaman ruko sambil sesekali berdiskusi tentang kafe yang akan di buat. Karena akhirnya Kaila menerima kepuasan Brian dan akan mencoba peruntungannya untuk mengembangkan sebuah bisnis.
❤️
Brian mengajak Kaila untuk pergi ke perusahaannya, pemuda itu ingin di temani Kaila hari ini dengan dalih agar mereka lebih akrab dan tak canggung lagi. Brian juga mengatakan ingin membahas tentang kafe lebih matang lagi agar bisa langsung di eksekusi.
"Ini beneran gak apa-apa?" tanya Kaila yang ragu untuk turun ketika mobil sudah berhenti di depan lobi.
"Ck, bukannya ini sudah kita bahas tadi." decak Brian. Brian kemudian turun dan membukakan pintu untuk Kaila.
Perlakuan Brian tersebut mengundang beberapa pasang mata mencuri pandang ke arah keduanya.
Apalagi saat Brian tak segan-segan menautkan jarinya di tangan jari Kaila sehingga mereka masuk kedalam perusahaan dengan saling bergandengan tangan. Gugup dan cukup deg-degan melingkupi hati keduanya.
"Tegakkan kepalamu." bisik Brian ketika ekor matanya menangkap kepala Kaila yang tertunduk.
Mendengar perkataan Brian, sontak saja Kaila langsung mengangkat kepalanya.
Brian menghentikan langkahnya dan membalikkan badan ketika sampai di depan pintu lift khusus.
"Perhatian semuanya!" seru pria itu yang membuat beberapa karyawan langsung menoleh kearahnya. "Perkenalkan, ini adalah calon istri saya ... namanya Kaila, jadi saya harap kalian bisa menghormatinya seperti kalian menghormati saya." sambungnya.
Kaila terkejut ... tentu saja, namun dirinya memaksakan diri untuk tersenyum sambil menatap ke arah karyawan Brian.
"Ayo sayang." kata pria itu dengan lembut mengajak Kaila untuk masuk ke dalam lift menuju ke ruangannya.
"Khem, Bri ... apa yang tadi tidak terlalu berlebihan ya?" tanya Kaila begitu keduanya sudah berada di dalam lift.
"Enggak, lagian ini untuk menunjang hubungan kita supaya lebih nyata." jawab Brian.
Lift membawa keduanya hingga sampai ke lantai dua puluh lima yang mana di sana adalah lantai khusus. Hanya ada ruangan Brian serta sekretaris dan asistennya saja di lantai tersebut.
"Selamat siang pak, bu." sapa Agnes dan Samuel bersamaan saat melihat Brian dan Kaila melangkah bersama keluarga dari lift. Kebetulan keduanya juga baru kembali dari makan siang.
Kaila pun membalas sapaan keduanya, berbeda dengan Brian yang hanya mengeluarkan deheman saja untuk menanggapinya.
"Ini Agnes, sekretaris aku dan itu Samuel ... asistenku." kata Brian memperkenalkan Agnes dan Samuel pada Kaila. "Dan kalian, ini adalah Kaila ... calon istri saya." sambungnya.
Berbeda dengan Agnes yang masih syok dengan peryataan sang atasan, Samuel justru mengulum senyumnya karena sudah tau semua itu ... hanya kepura-puraan, tapi selama hatinya sangat berharap kepura-puraan ini akan menjadi kenyataan mengingat dari hasil penyelidikannya Kaila adalah gadis yang sangat baik. Mata Samuel pun sesekali melirik ke arah tangan kedua tangan orang yang ada di hadapannya, karena sampai saat ini tangan mereka masih saja bertaut.
"Hai, saya Kaila ... senang bisa berkenalan dengan kalian berdua." sapa Kaila dengan ramah dan tersenyum manis.
❤️
Malam ini Anto dan istrinya Rika akan datang berkunjung ke kediaman Rafa. Mereka ingin mengatakan tentang keputusan keponakannya yang membatalkan pernikahan secara sepihak. Bahkan saat ini Kaila sangat susah atau lebih tepatnya tidak dapat di hubungi, pergi ke rumahnya pun sudah beberapa kali namun sama sekali tak bertemu. Hari ini pun pak Anto datang ke restoran tempat Kaila bekerja, namun mereka mengatakan jika Kaila telah resign.
"Selamat malam pak Anto, jeng Rika, Dea, ayo silahkan masuk." sambut sang nyonya rumah yang tak lain adalah ibu Lena, ibu dari Rafa.
"Selamat malam jeng." sapa balik ibu Rika.
Mereka semua duduk di ruang tamu termasuk ada Rafa dan ayahnya.
"Jadi begini pak Johan, sebenarnya ada hal penting yang ingin kami sampaikan." kata pak Anto setelah berbasa-basi sebentar. "Em bagaimana ya sebenarnya saya gak enak, jadi bingung gimana ngomongnya." sambungnya lagi.
"Ini masalah pernikahan Rafa dan Kaila pak." kata ibu Rika yang menyerobot pembicaraan.
"Iya, bagaimana Bu?" tanya pak Johan.
"Kaila memutuskan untuk membatalkan pernikahannya dengan Rafa, bahkan juga memutuskan hubungan mereka." jawab Bu Rika.
"Benar begitu Rafa?" tanya pak Johan yang menatap putranya, begitu pula bu Lena.
"Iya yah." cicit Rafa.
"Kenapa bisa begitu? Apa dia sudah gila, padahal pernikahan kalian hanya tinggal menunggu hari." sahut ibu Lena. "Mau di taruh di mana muka keluarga kita Raf jika pernikahan kamu sampai gagal." sambungnya lagi dengan nada frustasi.
"Ya mau bagaimana lagi bu, mempelai wanitanya gak ada." jawab Rafa.
"Sebenarnya apa yang terjadi hingga hubungan kalian putus? Gak mungkin ada asap kalau tak ada api." tanya pak Johan.
"Kaila salah paham yah, dia nuduh Rafa selingkuh sama Dea, padahal kami gak ada hubungan apa-apa." jawab Rafa menutupi kebusukannya.
"I - iya om, padahal yang terakhir Rafa ngajak saya bertemu untuk berdiskusi, karena Rafa ingin memberikan kejutan agar malam pengantin mereka berkesan dan tak terlupakan, tapi Kaila justru salah paham serta tak ingin mendengarkan penjelasan kami." sahut Dea yang ikut memuluskan perkataan Rafa.
"Terus ini bagiamana pak?" tanya ibu Lena lagi.
"Entahlah Bu, bapak juga bingung." sahut pak Johan dengan hari mengurut keningnya, kepala pria paruh baya itu rasanya mau pecah memikirkan masalah ini.
"De, kamu belum punya pacarkan ... Gimana kalau kamu nikah sama aku?" tanya Rafa. "Demi menyelamatkan nama baik keluarga kita." sambungnya yang membuat semua orang langsung menatap ke arah Rafa juga Dea.
"Tapi memang gak apa-apa?" tanya Dea yang sok bingung padahal aslinya dalam hati bersorak kegirangan. "Em kalau begitu aku mau dan semua ini demi keluarga." sambungnya. Dengan mengatasnamakan keluarga untuk menutupi kebusukan mereka berdua, jadi Dea bisa di anggap seorang gadis yang baik hati bak malaikat penyelamat.