Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.
Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Kulit putih mulus milik seorang gadis terasa terbakar oleh sinar matahari yang begitu terik di cuaca panas saat ini. Kakinya yang menapak pasir berwarna putih itu dengan mata yang memandang birunya langit yang beralaskan lautan air.
Sebuah kelapa tepat berada di hadapannya dengan sedotan yang mengarah ke arah bibirnya seolah meminta dirinya untuk meminum isi dari kelapa itu.
"Indah ya" Gerald berdiri di samping Arlla yang menatap beberapa orang yang sibuk bermain air di depan sana. Keduanya duduk di tempat yang dingin untuk meneduh karena sedari tadi mereka bermain bersama hingga menguras tenaga mereka.
"Iya" Arlla tersenyum namun entah mengapa ia tiba-tiba mengingat ke masa lalu dimana ia bermain air di pantai bersama Devan. Naik jet ski hingga berlarian kejar-kejaran sembari tertawa.
"Habis ini kamu mau makan apa?" tanya Gerald menatap Arlla yang sedang melamun. Bahkan pertanyaannya itu tak dijawab oleh Arlla yang masih berada di dalam pikirannya sendiri.
"Sayang" panggil Gerald lembut.
"Ah iya kenapa?" tanya Arlla
"Habis ini kamu mau makan apa?" tanya Gerald mengulangi kembali pertanyaan yang sama dan pada orang yang sama pula.
"Terserah" ucap Arlla singkat
"Yaudah nanti kita makan di restaurant seafood yang ada di sebelah sana habis itu kita lanjut ke butik mama kamu untuk fitting baju pernikahan kita nanti" ucap Gerald
Arlla mengangguk sembari tersenyum mendengar ucapan Gerald. Ya keduanya saat ini tengah mempersiapkan pernikahan mereka usai Arlla mendapatkan surat resmi perceraiannya dengan Devan. Bulan depan pernikahannya akan dilangsungkan. Bahkan persiapan sudah mencapai 70 persen.
"Ini adalah salah satu cita-cita aku untuk bisa nikah sama kamu" ucap Arlla
"Aku juga bersyukur setelah banyak sekali badai yang kita hadapi akhirnya kita bisa melangsungkan pernikahan kita yang selama ini jadi impian kita" ucap Gerald sembari merapikan anak rambut Arlla yang berantakan.
"Boleh aku jujur satu hal sama kamu?" tanya Arlla
Gerald menautkan kedua alisnya kemudian mengangguk. "Tapi janji gak akan marah" ucap Arlla
"Janji sayang" ucap Gerald lembut
"Aku udah pernah menikah" ucap Arlla membuat pergerakan Gerald terhenti seketika. Jantungnya seolah akan keluar dari tubuhnya karena terkejut mendengar hal yang baru saja Arlla utarakan.
"Maksudnya?" tanya Gerald
"Pria yang mengaku sebagai teman aku di rumah sakit waktu itu..... dia sebenarnya suami aku" ucap Arlla
Gerald menyugar rambutnya berusaha mencerna kata-kata Arlla. "Suami? Kamu udah menikah?" tanya Gerald memastikan dan dibalas anggukan kepala oleh Arlla.
Akhirnya hal ini bisa ia ungkapkan juga pada Gerald karena ia tak ingin menutupi apapun itu dari calon suaminya ini.
"Bagaimana bisa kamu menikah sama dia?" tanya Gerald meminta kejelasan.
"Aku menghilang itu karena diculik sama dia"
"Dia mencintaiku sejak lama dan berbuat nekat dengan culik aku"
"Lalu bagaimana bisa kalian malah menikah?" tanya Gerald
"Suatu ketika dia maksa aku buat jadi istrinya. Tentunya aku nolak karena aku benar-benar mencintai kamu"
"Tapi dia mengancam sudah memasang bom di rumah kamu dan rumah papa yang siap meledak kapan saja ia mau akhirnya aku yang kalah. Aku terima untuk jadi istrinya demi menyelamatkan nyawa kalian semua" Gerald menunduk dan menarik nafas panjang.
"Maaf ya sayang" Gerald menggenggam erat kedua tangan calon istrinya itu.
"Karena demi menyelamatkan aku, kamu harus merelakan diri kamu buat nikah sama orang lain" Gerald menatap lembut kedua netra Arlla.
"Kamu gak marah?" Gerald menggelengkan kepalanya pelan dengan tersenyum manis. "Gimana bisa aku marah sama kamu" Gerald menoel pipi Arlla membuat wanita itu tertawa.
"Aku akan selalu terima kamu apapun keadaannya" ucap Gerald membuat hati Arlla merasa lega karena sudah berani jujur.