Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
"Tidak mungkin aku membawamu kedalam Istana yang mana banyak kenangan buruk disana. Tempat ini akan menjadi saksi tentang betapa aku sangat membahagiakan dirimu selamanya." Ungkap Silas meskipun tatapan matanya masih setia memandang kearah jalanan yang terlewati.
Kedua mata indah Alana mengerjap menatap Silas, timbul senyuman sangat tipis di wajahnya. Apakah semua perkataan itu bisa dipercaya atau hanya sekedar ungkapan gombal seorang pria saja. Alana masih sangat ragu untuk meletakkan hatinya kepada Silas lebih tepatnya membalas semua rasa yang ada.
"Maafkan aku, Silas. Aku masih ragu untuk membalas semua cintamu, aku_"
"Kehilangan Alana selama lima tahun cukup memberikan beberapa hal pelajaran untukku. Yaitu, tidak papa aku tidak dicintai balik.. yang terpenting kita selalu bersama, Ana." Sela Silas dengan sangat serius dan dalam, sampai Alana terdiam total tidak bisa berkata apapun.
Tatapan mata Alana tertuju pada jari manis Silas melingkar cincin pernikahan mereka disana. Bahkan Alana baru menyadari cincin tersebut ternyata Silas kenakan tanpa malu padahal belum sah bercerai dengan Bella.
"Tidurlah, perjalanan kita masih sangat panjang.." Lebih ke perintah, ia membantu memposisikan bangku yang Alana duduki untuk posisi rebahan.
Alana pasrah saja karena tubuhnya juga terasa lelah, merebahkan tubuhnya dalam posisi menghadap ke arah Silas. Tatapan mata Alana terus memperhatikan setiap gerak-gerik Silas, semakin lama ada sedikit ketertarikan yang sempat ada dihati Alana kembali timbul.
"Kau yakin tidak menyesal menceraikan Bella hanya demi wanita yang tidak mencintaimu?" Tanya Alana meskipun dengan suara yang lemah karena sudah sangat mengantuk.
Sesekali Silas melihat kearah Alana. "Bahkan selama menikah dengan Bella aku selalu menanti kepulanganmu, Ana. Agar pernikahan ini berakhir lalu aku hidup bahagia denganmu, selama lima tahun.. aku selalu berharap satu hal itu." Jelas Silas agar tidak ada kesalahpahaman lagi.
Lama menunggu respon dari Alana ternyata wanita cantik itu sudah tertidur pulas. Sungguh menggelikan bagi Silas, bahkan penjelasan Silas tidak didengarkan dengan baik oleh Alana.
"Kau selalu seperti ini.. selalu kabur setiap kali aku mengungkapkan rasa cintaku." Ucap Silas sembari memegang tangan Alana untuk ia genggam sangat erat.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama akhirnya Silas sampai juga di tujuan. Mobil Silas berhenti di perkarangan Mansion mewah yang sengaja ia bangun untuk hidup bersama Alana dulunya. Ternyata harus membutuhkan waktu lima tahun agar bisa mewujudkan keinginan sederhana tersebut. Tidak ada siapapun yang tahu tempat tersebut Silas sengaja menyembunyikan dari siapapun.
Tangan Silas membuka pintu mobil, ia melihat para pelayan yang siap-siap menyambutnya.
"Tugas kalian sudah selesai?" Tanyanya kepada kepala pelayan yang bertanggungjawab atas keseluruhan Mansion.
Kepala pelayan tersebut bernama Pak Han, semua sudah beres di tangannya sesuai yang Silas inginkan. "Sudah, Tuan.. Kamar Utama juga sudah kami bersihkan, pastinya Nyonya akan senang." Jawab Pak Han disertai senyuman manisnya.
"Baiklah, terimakasih untuk semuanya. Sekarang kalian istirahat, siapkan sarapan pagi besok." Perintah Silas, sebelum pergi kepala pelayan yang pelayan lain menyempatkan menunduk hormat lalu pergi.
Silas menuju mobilnya untuk mengambil Alana yang masih tertidur pulas. Posisi Silas masih bertelanjang dada tadi karena kemeja miliknya dipakai oleh Alana yang cantik. Dengan sangat mudahnya Silas membawa Alana menuju gendongannya, berjalan memasuki Mansion.
Semua interior terlihat mewah dan elegan, semua ini Silas ciptakan murni untuk Alana. Menaiki tangga meskipun sembari menggendong Alana tidak membuat Silas kesulitan sedikitpun. Tetap santai seperti membawa angin saja anehnya Alana tidak terganggu sedikitpun dari tidurnya.
"Kelihatan sekali.. sebenarnya lelah karena habis melayani aku atau lelah bertengkar dengan Bella?" Silas tertawa sendiri membayangkan betapa ganasnya Alana menghajar Bella tadi.
Disaat sampai didepan pintu kamar dengan kakinya Silas membuka pintu. Membawa Alana masuk menuju kamar utama yang sangat luas, yang mana bernuansa warna pastel kesukaan Alana sendiri. Setiap sudut kamar ada mawar merah karena Alana suka dengan bunga mawar, Silas mengetahui semua itu dari Galih dulunya.
Penuh hati-hati Silas membawa tubuh Alana menuju tempat tidur berukuran king size. Malah Alana terbangun dari tidurnya, kedua mata mereka saling menatap satu sama lain.
"Ahhh.. apa yang mau kau lakukan?!" Alana terkejut setengah mati, bahkan spontan mendorong Silas dengan kakinya.
Untung saja Silas memiliki tubuh lebih besar dan gagah perkasa dari Alana sehingga dorongan kaki yang Alana lakukan tidak membuatnya terjatuh.
"Seperti ini caramu berterimakasih pada suami yang sudah menggendong dari lantai bawah menuju lantai atas?" Tanya Silas dengan kedua alis naik turun menampilkan sisi tengilnya.
Seketika Alana tersadar, matanya mengelilingi setiap ruangan kamar yang terasa sangat asing. Tapi, membuat Alana teringat dengan sesuatu hal yaitu seperti pernah memasuki kamar yang sama seperti ini.
"Kita dimana?"
"Di Mansion milikmu, maksudnya... disinilah tempat tinggal kita." Jawaban Silas membuat Alana menjadi termenung.
Kamar ini sama dengan kamar Alana yang berada di Mansion keluarga Jegger. Terlihat sangat sama meskipun Alana tahu ini tempat yang berbeda membuatnya menjadi teringat dengan keluarga yang sangat ia rindukan.
"Kau suka kamar ini?" Tanya Silas karena Alana terlihat termenung.
Silas duduk disamping Alana yang masih saja diam, ia terus memperhatikan perubahan ekspresi Alana. "Kamar ini sama seperti kamarku di Mansion Jegger, membuatku teringat dengan Mama dan Kakak." Ungkap Alana yang sejujurnya.
Tangan Silas langsung membawa Alana menuju pelukannya, memberikan pelukan yang sangat erat sampai Alana merasakan sebuah kehangatan.
"Setelah ini kita akan menemui keluargamu, meskipun harus menghadapi makian." Ucap Silas disaat melera pelukannya.
Alana mengangguk setuju, ia percaya dengan keyakinan Silas kali ini. Tapi, Alana tidak menyangka jika Silas sudah mempersiapkan semuanya sematang ini.
"Kau lapar?" Tanya Silas lagi disaat mata Alana terus mengelilingi ruangan kamar yang sangat ia sukai.
"Lapar, aku mau makan sesuatu yang pedas pedas seperti_"
"Kau tidak boleh makan pedas, Ana. Aku ingat sekali jika kau punya sakit asam lambung, makanan pedas harus kau hindari mulai sekarang." Malah Silas melarang membuat Alana langsung cemberut.
"Aku tidak bisa makan yang tidak pedas, Silas. Kau jangan menyiksaku!"
"Bisa, aku akan menyuruh Pak Han membuatkan makan malam terenak untukmu." Silas bangkit dari duduknya untuk mengambil ponselnya di saku celana.
Disaat Silas membelakangi disaat itulah Alana mengatakan.. "Nye nye nye.. cerewet!" Alana melakukan tindakan seperti mengejek Silas yang cerewet. Terkadang menjulurkan lidah dan memainkan telinga karena rasa kesal dihati.
"Aku melihat semuanya, Sayang. Kau memang nakal, aku akan beri hukuman nanti padamu."
"Hukuman? Ah hukum aku dengan kenikmatan dong, Om.. ahhhh.." Malah Alana menggoda Silas sembari menahan tawa karena pria itu sudah menatapnya sangat tajam sekarang.
ada sih di novel hahahaha...