NovelToon NovelToon
Cinta Di Musim Semi

Cinta Di Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Cinta Seiring Waktu / Angst
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: seoyoon

Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?

Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19

“Bukan aku … (Anna tiba-tiba mengigau dalam tidurnya, yang membuat Bastian berhenti mengusap punggung tangannya dan beralih memperhatikan wajah Anna yang mulai banjir keringat dingin)

Bukan aku … “ racau Anna lengkap dengan raut wajah bersalah yang tergambar jelas dalam ketakutannya saat ini.

Seketika akal sehat Bastian pun kembali, yang membuatnya melempar tangan Anna secara kasar. Ia pun bangkit dan hendak meninggalkan Anna tanpa berniat melepaskan Anna dari mimpi buruk yang terus mendorong Anna sampai ke bagian terlemah nya.

Namun belum sempat Bastian melangkahkan kakinya, Anna keburu menangkap tangan Bastian dan menariknya hingga membuat Bastian kembali terduduk di tepi ranjang bersamaan ekspresi terkejutnya.

“Jangan pergi kumohon … jangan pergi … maafkan aku … “ rengek Anna sembari mengeratkan genggaman tangannya.

Bastian mengerutkan dahinya ketika mendapat permintaan maaf secara tiba-tiba dari wanita yang baru saja di kenal nya beberapa hari.

‘Apa yang dia bicarakan?’ begitulah kiranya isi hati Bastian dalam kebingungannya memahami situasi yang terjadi saat ini.

Tak ingin terlalu memperdulikannya Bastian pun lebih memilih melepaskan diri dari genggaman erat Anna. Namun baru saja ia mencoba menarik tangannya, sekilas ia menangkap emosional yang begitu menyedihkan dari wajah Anna yang kini sudah banjir air mata dan keringat nya.

Meski akal sehatnya bersikeras tak ingin memperdulikan kondisi menyedihkan Anna saat ini, berbeda dengan nurani nya yang terasa tersengat ketika melihat bulir air mata terus mengalir dari sudut mata Anna yang terpejam.

Bastian hanya bisa menghela nafas panjang sembari memperhatikan paras Anna yang tetap terlihat cantik meski dalam keadaan terburuk nya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan harinya.

Anna cukup terkejut ketika mendapati dirinya berada dalam pelukan pria berdarah dingin itu. Buru-buru ia melepaskan diri dengan gerakan hati-hati karena takut membangunkan sang pria buas yang masih terlelap dalam tidurnya.

“Bagaimana aku bisa berada dalam pelukannya?” gumam Anna sepelan mungkin setelah berhasil melepaskan diri dari pelukan Bastian.

Anna pun lantas turun dari ranjang setelah memperhatikan sejenak wajah Bastian dengan tatapan penuh tanda tanyanya.

Ia berjalan santai menuju jendela dan kemudian menarik lebar gorden untuk membiarkan sinar mentari masuk memenuhi seisi kamar megah tersebut.

Tanpa memperdulikan Bastian yang masih berada dalam mimpi indahnya.

Akibatnya pria buas itu pun seketika terusik dan terjaga dari tidur panjangnya.

“Bisakah kau pengertian sedikit! Kau tak lihat aku masih tertidur disini!” protes Bastian lengkap dengan pandangan menyalak nya yang ia arahkan pada wanita yang sedang berdiri membelakanginya di dekat jendela.

Tak ingin meladeni ocehan Bastian, Anna pun lebih memilih membawa langkahnya menuju meja. Ia mengambil cangkir yang tersusun di atas baki, kemudian dilanjut dengan memasukan 1 bungkus teh celup ke cangkir, dan tak lupa menambahkan 1 sendok teh gula sebelum ia menuangkan air panas untuk melarutkan teh dan gula dalam cangkir nya.

Dengan santai ia meraih teh nya dan kemudian membawa langkahnya ke ruangan sebelah tanpa memperdulikan Bastian yang saat ini sedang memperhatikan aktivitas nya dengan tatapan tajam menusuk.

“Apa dia sengaja mengabaikanku?” keluh Bastian yang kini sudah terduduk di sudut ranjang.

“Ciiihh! Hahhaha!” Bastian tertawa dalam ketidakpercayaannya mendapati situasi konyol yang diciptakan oleh Anna.

Karena memang ini adalah pertama kalinya ia merasa di campakan sekaligus terhina dihadapan seorang wanita.

“Sial! Wanita itu benar-benar membuatku naik darah!” gerutu Bastian masih dalam tawa dongkolnya menghadapi sikap kasar dan bar bar calon istrinya.

Sementara itu di ruang kerja Bastian yang terdapat deretan buku dalam rak besar layaknya rak rak yang ada di perpustakaan. Setelah menyeruput teh hangatnya, ia mencoba memindai deretan judul buku yang tersusun rapih untuk mencari kiranya buku apa yang bisa menemani paginya yang cerah saat ini.

Ia terus berjalan perlahan pindah dari sisi lain ke sisi lainnya sampai akhirnya menemukan buku yang sesuai dengan passion nya.

Tanpa berlama-lama ia pun menarik buku tersebut dan membawanya menuju balkon kamar.

Anna mendudukan bokongnya di salah satu kursi sementara teh buatannya ia taruh di meja bundar di hadapannya. Tidak seperti wanita wanita lain yang akan duduk dengan anggun di tengah aktivitasnya membaca buku. Anna lebih memilih menaikan kedua kaki ke atas kursi kemudian menekuknya senyaman mungkin.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di ruang tamu utama.

Terlihat Lansa pun sedang bersantai dengan di temani secangkir teh dalam aktivitas merajut sebuah syal yang nantinya akan di jadikan hadiah pertamanya untuk calon istri cucunya, yang tak lain Annalese Seravina.

“Selamat pagi nyonya Lansa, pukul berapa saya harus menyiapkan sarapan nyonya?” tanya salah satu pelayannya yang membuat aktivitas Lansa terhenti sejenak.

“Apa Bastian dan Anna tidur bersama tadi malam?”

Alih-alih menjawab pertanyaan sang pelayan, Lansa malah membahas topik yang berbeda.

“Iya nyonya, saya tidak melihat tuan Bastian keluar dari kamar setelah tuan Bastian kembali dari membersihkan tubuhnya di kamar lain,” respon pelayan tersebut yang tentu saja membuat hati Lansa berbunga-bunga, sebab jalinan asmara keduanya terbukti nyata dan bukan hanya sekedar settingan semata.

“Baiklah, siapkan hidangan untuk saya saja, biarkan Bastian dan Anna sarapan bersama nanti jika meraka sudah bangun.

Saya juga harus segera kembali ke Los Angels,” ujar Lansa seraya bangkit dan meninggalkan syal rajutannya yang belum selesai di atas sofa untuk nantinya di simpan terlebih dahulu oleh pelayan.

“Baik nyonya,” respon pelayannya seraya membungkukan tubuhnya ketika Lansa lewat di hadapannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Selang 20 menit kemudian, usai Bastian membersihkan tubuhnya dan mengganti piyama tidurnya dengan setelan jas lengkap bernuansakan biru tua.

Ia berjalan ke ruang kerja untuk menemukan keberadaan Anna yang telah menghilang sedari tadi.

Hanyalah hembusan angin yang menerpa helaian rambut yang sudah ia tata rapih, sedangkan sosok yang ia cari tak terlihat sejauh mata memandang.

Sampai instingnya memutuskan untuk membawa langkahnya menuju balkon kamar.

Melihat pintu kaca yang terhubung ke balkon kamar terbuka lebar, ia pun sampai pada kesimpulan jika wanita yang di carinya itu pasti sedang bersantai di balkon kamar nya.

Dan benar saja, ia pun mendapati Anna kini sedang asik membaca salah satu koleksi buku miliknya dengan di temani secangkir teh yang sudah tinggal setengahnya.

“Kau akan tetap berada disini?

Bukankah kau harus membersihkan tubuhmu, temani aku sarapan, aku akan mengantarmu pulang dalam perjalananku menuju perusahaan,” ujar Bastian dengan nada memerintah seperti biasanya.

Anna bangkit dari kursi sembari membawa buku dalam genggamannya, ia hanya berjalan melewati Bastian tanpa berniat merespon perintah Bastian dengan sebuah ucapan.

Mendapat respon kasar dari calon istrinya itu, tentu saja Bastian tak terima, ia mengambil langkah panjang untuk menyusul Anna dan langsung mengenggam erat pergelangan tangan Anna.

“Berani sekali kau mengabaikanku, Annalese!” pekik Bastian penuh emosional lantaran sikap arogan Anna.

“Bukankah yang terpenting aku langsung menuruti perintahmu tuan muda Bastian!” balas Anna tak kalah tajamnya.

“Apa?! Ciihh!! (dengus Bastian yang benar-benar tak habis pikir dengan wanita pemberani itu)

Jawab perkataanku nona Annalese! (lanjut Bastian seraya melepaskan genggaman tangan nya dan beralih menangkap rahang Anna dengan gerakan kasarnya)

Aku sedang bicara denganmu!” Bastian kembali memberikan tekanan mental pada wanita yang terlihat seperti serigala buas dibanding seekor kucing yang jinak.

Alih-alih merasa terintimidasi dengan sikap dictator Bastian padanya, Anna malah memberikannya senyuman mengejek yang tentu saja semakin membuat Bastian geram.

“Begitukah?” Anna memprovokasi Bastian, sebelum akhirnya ia menepis tangan Bastian dengan segenap kekuatan yang ia miliki.

“Aku akan berakting sebagai calon istri yang baik hanya di depan umum, jika hanya kau di hadapanku, jangan harap aku akan bersikap layaknya kucing manis dan penurut,” lanjut Anna yang lantas pergi meninggalkan Bastian begitu saja.

“Sial! Apa yang harus kulakukan pada wanita gila ini?! Haruskah aku langsung membawanya saja padamu, Bennedict?

Menempatkannya di sampingmu, agar kau tidak kesepian disana,” Bastian bermonolog selagi memperhatikan langkah Anna yang kian menjauhinya.

Bersambung***

1
Yeonso
Lagi dalam proses kak 😸
Alfatihah
season 2 nya gak lanjut thor
Yeonso
Terimakasih untuk dukungannya /Wilt//Wilt//Wilt/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!