"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh tiga
Hari hari berikutnya berjalan dengan semestinya, sikap Damian yang berubah perhatian dan romantis membuat pertahanan Helena yang tidak ingin terjerat kembali pada pesona Damian, kian goyah. Hatinya mudah sekali luluh akan semua perhatian Damian padanya, baik hal kecil sekalipun.
Berbeda dengan suasana rumah tangga Damian dan Helena terlihat hangat. Sisi lain, Trissa terbakar api kemarahan saat tau bahwa hubungan Damian dan Helena semakin meningkat pesat. Wanita itu tengah memikirkan suatu cara agar hubungan yang ingin di rusaknya itu semakin hancur lebur.
"Aku harus memikirkan cara agar Damian kembali membenci, Helena. Tidak bisa dibiarkan ini, kesempatan ku untuk menjadi nyonya baskara bisa hangus nanti. " Trissa meremas kedua tangannya dengan gusar.
Tiba-tiba saja, Trissa bergerak cepat mendekati meja nakas untuk mengambil ponselnya, tangannya terlihat bergerak cepat mengontak- antik ponselnya, menghubungi seseorang.
"Aku ada pekerjaan untukmu. " ujarnya pada seseorang di ujung telepon sana.
"Kamu tidak perlu khawatir, bila pekerjaan mu sudah selesai akan aku kirim bayaran sesuai nominal yang kamu inginkan. "
"Ya, kerjakan dengan segera, lebih cepat lebih baik. "
'Tut'
Sambungan telepon tersebut diputuskan Trissa, dia menyeringai sinis, menunggu rencana pertamanya berhasil dan menghancurkan hidup Helena.
"Kamu tunggu saja, Helena. Bencana besar akan segera menghampiri kamu. " gumamnya penuh benci, "Dasar wanita rend*han! "
•••••••
Sementara Helena, kini tengah bersenang-senang bersama Tari. Tadi, setelah mengantarkan bekal makan siang Damian, Helena meminta izin untuk pergi jalan-jalan bersama temannya. Damian mengijinkan, namun dengan syarat Helena harus menyuapi Damian makan seperti hari hari sebelumnya.
Dan kini, di sinilah mereka. Di salah satu mall yang sering Helena datangi untuk berbelanja dan melakukan perawatan wajah dan badannya.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan saat ini? Berbelanja atau makan terlebih dahulu? " tanya Tari, saat ini keduanya melangkah asal tanpa tujuan saat baru masuk menginjak mall.
"Berbelanja dulu, aku masih terasa kenyang karena sudah sedikit makan saat di kantor Damian tadi. " jawab Helena, dia menarik tangan Tari untuk naik ke lantai dua menggunakan eskalator, Helena akan mengajak Tari menuju toko tas branded yang pernah beberapa kali dia masuk untuk membeli tas.
"Kamu makan di kantor, Damian? Itu terdengar seperti hubungan kalian sudah membaik sekarang. "
Helena tersipu, hubungannya dengan Damian sekarang memang terbilang sangat baik dan romantis, Damian memperlakukannya seperti barang berharga yang takut lecet sedikitpun. "Ya, beberapa hari yang lalu Damian menyatakan perasaan sukanya pada ku. "
Tari terkejut mendengarnya, ada rasa bahagia yang membuncah dihatinya, bahagia akhirnya Damian membalas perasaan Helena. "Aku turut senang mendengarnya, dan benarkan apa yang aku katakan tempo lalu, Damian sebenarnya memiliki rasa yang sama dengan kamu, laki-laki itu hanya gengsi saja hingga selalu menyangkal perasaannya sendiri. "
"Kalau begitu aku akan memberikan kamu hadiah sebagai perayaan membaiknya hubungan pernikahan ku sekarang. " Helena menarik tangan Tari untuk masuk ke dalam toko tas.
Tari membulatkan mulutnya, menelan ludahnya susah payah menatap brand ternama di dinding toko tas tersebut. Dia dengan segera menahan tangan Helena yang hendak masuk ke dalam, "Kita akan beli tas di sini? Apa tidak salah tempat? "
Tari bukan terlahir dari keluarga yang kaya raya, dia hidup berkecukupan dan terpenuhi. Membeli tas tas mahal di dalam toko ini sama saja dengan Tari harus berpuasa makan selama setahun!
"Tidak, kita tidak salah tempat. Aku beberapa kali pernah berbelanja tas di sini, tas tas mereka sangat bagus dan modern, aku suka sekali. " Helena menarik kembali tangan Tari untuk masuk ke dalam.
Helena sibuk mengintari seisi toko, mencari tas yang menurutnya sangat cocok untuk dirinya gunakan dan juga Tari. "Bagaimana, tas ini terlihat mewah dan elegan sekali, kalau kamu suka, akan aku belikan untuk kamu. "
Tari menerima tas yang di sodorkan Helena padanya, Tari terpukau, tas ini benar-benar sangat cantik dan indah, warnanya silver membuat kesan mewah dan elegan. Namun, senyum Tari tiba-tiba saja redup saat melihat tag harga tas tersebut.
Tiga ratus juta! Terbuat dari apa tas itu hingga harganya bisa semahal itu?! Itu setara dengan harga rumah minimalis satu lantai dengan tiga kamar di dalamnya. Daripada membeli barang tidak berguna itu, mending Tari membeli rumah saja.
"Tiga ratus juta, Helena! Harganya tiga ratus juta! Apa Damian tidak akan marah bila kita membeli tas dengan harga setara dengan rumah ini? " tanya Tari greget, mengatur volume suaranya agar tidak terdengar yang lain.
Helena melambaikan tangannya, dengan wajah tidak peduli. "Dia tidak akan marah, Damian malah menyuruhku untuk menguras uangnya yang tidak pernah berkurang itu, jadi hari ini kita habiskan waktu kita berdua untuk menguras uang Damian yang songong itu. "
Tari menatap tidak percaya Helena yang terlihat menggebu-gebu ingin menghabiskan uang Damian, "Kalau Damian jatuh miskin, bukannya nanti kamu akan hidup susah setelahnya? "
"Itu tidak akan terjadi, aku bukannya sombong. Kita berbelanja hingga menghabisi seluruh seisi mall ini, uang Damian tidak akan pernah habis sekalipun. "
Tari membulatkan mulutnya sambil mengangguk mengerti, dia jadi ingin memiliki suami kayak juga, rasanya pasti menyenangkan membeli barang apapun yang kita sukai tanpa memikirkan uang akan habis nantinya.
"Aku sampai sesak nafas mendengarnya, Damian ternyata benar-benar kaya raya, kupikir dulu dirinya hanya kaya seperti Bagas atau teman-teman yang lain, ternyata lebih dari itu. "
"Ya, tapi laki-laki itu benar-benar sombong. " balas Helena dengan berdecih, masih teringat jelas bagaimana kesombongan Damian yang memamerkan hartanya yang katanya tidak akan berkurung sedikitpun.
"Sombong? Bahkan Damian dulu terlihat begitu sederhana dan tidak pernah menunjukkan hartanya, beda sekali dengan teman-teman lain yang selalu memamerkan barang mahal mereka. " bingung Tari, dulu saat zaman kuliah. Damian memang tidak terlihat memamerkan kekayaannya seperti mahasiswa yang lain, bahkan penampilan laki-laki terlihat sederhana. Yang terlihat mencolok hanya mobil yang di kendarai Damian ke kampus, itupun Damian tidak pernah menggonta-ganti mobilnya seperti mahasiswa kaya yang lain.
"Dia hanya pamer ke padaku saja, kamu tau laki-laki itu sangat narsis sekali. "
Tari terdiam sejenak, sebelum kemudian wanita itu terkekeh geli. "Damian benar-benar menyukai kamu, laki-laki dingin itu mulai bersikap terbuka dengan kamu sekarang. "
Helena terdiam, tidak menyangkal. Sikap Damian padanya akhir-akhir ini memang seperti seseorang yang tengah jatuh cinta, laki-laki itu selalu menggodanya dan bersikap romantis. Benar-benar berbeda dengan sikap Damian yang pada umumnya sangat dingin dan kaku.
Apa Helena harus mempercayai Damian dan kembali membuka hatinya, untuk memberikan satu kesempatan pada Damian?
••••••••
"Aku masih tidak percaya bahwa suami kamu adalah Damian, kalian bertemu di mana hingga bisa menikah? " tanya Bagas pada Helena, keduanya tengah menikmati sushi.
Pasti ada yang bertanya-tanya, bagaimana bisa ada Bagas disini bersama Helena.
Setelah tadi menyelesaikan berbelanja dengan Tari, kedua wanita itu hendak menuju restoran sushi yang pernah Helena datangin. Namun, di pertengahan jalan, Tari tiba-tiba saya mendapatkan telepon dari ibunya- memberitahukan bahwa adeknya kecelakaan dan berada di rumah sakit.
Tari meminta maaf pada Helena karena tidak bisa menemani Helena makan dan berjalan-jalan keliling mall seperti yang keduanya rencanakan. Wanita itu pamit pulang terburu-buru saat mendapatkan ijin Helena. Entah sebuah kebetulan macam apa ini, Helena yang hendak masuk ke dalam restoran tiba-tiba saja bertemu dengan Bagas yang juga hendak makan di sini.
"Kami di jodohkan, orangtua kami berdua dulu ternyata bersahabat dan begini lah jadinya. " jawab Helena, dia sedikit kikuk duduk berduaan dengan Bagas seperti ini.
Saat mengetahui bahwa laki-laki itu dulu memiliki perasaan dengannya, Helena sedikit merasa canggung.
"Damian beruntung sekali memiliki istri sebaik dan secantik kamu, bila aku yang berada di posisi Damian, aku akan sangat merasa bahagia dan beruntung sekali. " celetuk Bagas tiba-tiba.
Helena menghentikan kunyahannya mendengar ucapan ceplas-ceplos Bagas, tidak menyangka Bagas akan mengatakan seperti itu padanya.
"M-maksud, mu? "
Bagas terdiam sejenak, dia tiba-tiba saja memegang erat satu tangan Helena membuat wanita itu kaget dan respon badannya seketika kaku. "Aku menyukai bahkan sangat mencintai kamu, Helena. Dari dulu saat masa-masa kuliah kita dulu hingga sekarang, hatiku masih bersemayam nama mu. "
"B-bagas tolong lepaskan tanganku, aku kurang nyaman seperti ini. " Helena berusaha melepaskan pegangan tangan Bagas, dia benar-benar tidak nyaman.
Bagas tidak mengindahkan ucapan Helena, "Kenapa kamu tidak pernah menyadari perasaan ku, Helena. Kenapa kamu tiba-tiba saja menikah dengan laki-laki lain! "
Helena semakin dibuat ketakutan melihat wajah marah Bagas, tangannya masih berusaha melepaskan cengkraman Bagas yang semakin kencang. Hingga tanpa di sadarinya, posisi Bagas yang memegang tangannya. Ada seseorang yang memotret keduanya dengan diam-diam.
"Pekerjaan pertama telah selesai. " gumam si memotret itu, dia dengan segera pergi dari sana setelah mendapatkan apa yang di carinya.
semangat 💪💪💪