Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lo Istri Gue
Walau terkejut atas suara besar Dewa yang menghardik mereka, kedatangan Dito di belakang Dewa yang paling mengejutkan Maya. Dia baru sadar kalau putranya itu melakukan hal itu karena ingin menyelamatkannya dari amukan suaminya karena sudah menyiksa Ayra.
"Ada apa ini? Kenapa kalian di luar?" tanya Dito yang ikut pulang siang ini. Keduanya akan berangkat ke luar negeri urusan bisnis yang mendesak, jadi harus pulang ke rumah mempersiapkan semua yang dibutuhkan, karena malam ini langsung berangkat.
"Oh, kalian udah pulang, Mas. Ini kamu baru pulang dari pasar, pinggangku sakit karena membawa barang ini, dan meletakkan di sini," ucap Maya salah pilih jawaban.
"Kamu ke pasar? Tumben, biasanya kamu gak pernah mau ke tempat kotor seperti itu. Terus kenapa yang terdengar seperti kamu meneriaki nama Ayra?"
Maya mulai kebingungan harus jawab apa. "Oh, itu karena Ayra aku panggil untuk mengangkat ini, tapi gak datang juga, baru lah setelah meneriakinya cukup keras, dia baru keluar," jawabnya penuh yakin.
Bola mata Ayra membulat menatap wajah Maya. "Sungguh, wanita rubah!" batinnya geleng kepala yang sempat ditangkap oleh Dewa.
Pria itu tidak mau memperpanjang masalah itu. Dia bisa mengetahui kalau ibunya sudah berbohong, jadi memilih untuk membawa barang belanjaan itu masuk. "Kau masih di situ? Bantu aku menyiapkan barang ku. Malam ini aku mau berangkat ke Singapore," ucap Dewa menoleh ke samping, melihat pada Ayra yang masih melihat pada Maya.
Ayra kemudian tersadar, lalu mengikuti langkah Dewa. Dari belakang dia bisa melihat tubuh tinggi tegap pria itu. Wajar, pria itu sangat menggilai olah raga. Hampir tiap malam Ayra mendengar feedback suara musik yang tertahan dari dalam ruangan itu.
"Eh, maaf," ucap Ayra yang tanpa sadar menubruk tubuh Dewa yang tiba-tiba berhenti mendadak. Pikiran kotornya membuatnya tidak fokus. Apa isi pikirannya saat itu? Biarlah itu rahasia Ayra saja.
"Apa mata lo udah gak berfungsi, sampe jalan nabrak gue?" ucap Dewa memutar tubuh setelah meletakkan belanjaan di atas meja. Dalam plastik belanjaan dia melihat ponsel butut Ayra, dugaannya tepat, gadis itu lah yang tadi belanja ke pasar. Ibunya hanya berbohong demi tidak dimarahi ayahnya.
"Dih, kan aku udah bilang sorry!" jawab Ayra ketus. Padahal dia baru memuji tubuh pria itu, dan mencoba membayangkan... Ah, sudahlah, hanya akan menambah dosa.
Ayra gadis normal, penyuka pria tampan, seperti Dewa. Ayra belum pernah pacaran, walau sudah pernah menyukai anak pak lurah di desanya, tapi ya gitu, cuma cinta dalam hati. Jadi, wajar, kala bertemu dengan sosok tampan Dewa, pikiran nakal mulai aktif kembali.
"Udah, Lo ikut gue," ucapnya meninggalkan dapur. Lagi-lagi Ayra menurut, dan dipertengahan jalan dia baru sadar, kenapa dia menurut pada Dewa, dia kan bukan istri yang baik, jadi untuk apa?
"Ambil koper gue, bantu masukkan keperluan gue selama tiga hari di Singapura," ucap Dewa.
"Kenapa harus aku bantu? Kerjain aja sendiri!" Ayra memilih duduk di sofa sekaligus tempat tidurnya.
"Lo itu istri gue, wajar kalau Lo bantuin gue siap-siap," sambut Dewa. Dia tahu ini akan panjang, tapi tidak apa dia punya waktu melayani Ayra.
"Istri? Kok geli ya? Baru sekarang kamu mengakui aku sebagai istri? Pas packing aja? Kamu gak ingat hari kita nikah, kamu malah ngancam buat hidupku kayak di neraka dan itu udah terkabul. Ini tiba-tiba bilang aku ini istri kamu? Memangnya kamu pernah ngasih tanggung jawab kamu sebagai suami? Apa aku mendapatkan hak ku sebagai istri?" umpat Ayra masih duduk santai. Kalau untuk mendebat Dewa, dia bisa lakukan, berbeda dengan Maya, wanita itu terlalu tua untuk dilawan. Namun, siapa yang tahu kalau suatu hari Ayra sudah tidak tahan akan sikap wanita itu, mungkin saja dia juga akan melawannya.
"Ternyata kau punya lidah setajam silet ya!" Dewa tersenyum sini ke arah Ayra, berdiri tegak di depan gadis itu, sambil melipat tangan di dada.
"Baru tahu? Jadi, jangan macam-macam denganku!"
Dewa malas mendebat, dia mengalah. Mengambil koper dari atas lemari, lalu mulai memasukkan satu persatu pakaian dan peralatan yang sudah dia tumpuk di atas ranjang. Ini kali pertama dia bepergian ke luar negeri urusan bisnis dan harus mengurus keperluan sendiri, kalau dulu ibunya yang membantu. Ingin meminta bantuan Maya, tapi wanita itu pasti sedang mengurus keperluan ayah nya.
Dewa hampir melempar koper itu beserta isinya yang menggunung. Sebenarnya bawaannya tidak banyak, hanya karena tidak disusun dengan baik, koper itu tidak bisa ditutup. Tidak mungkin dia mengganti dengan koper lebih besar, dia hanya tiga hari di sana.
Tidak tahan melihat Dewa yang terus memaksa barangnya untuk bisa masuk, Ayra bangkit dan ikut membantu. Tanpa berkata apapun, dia mengeluarkan kembali semua barang yang ada di dalam koper itu, lalu menyusun satu per satu.
Dewa terhenyak, dia mundur, memberi ruang pada Ayra untuk menyusun satu persatu barang itu hingga bisa masuk semua. Tiba giliran menyusun pakaian dalam Dewa, Ayra merasa kikuk, terlebih pria itu memperhatikannya.
"Eheem.. sudah," ucapnya mundur. "Tinggal kau tutup saja," lanjutnya kembali ke sofa dengan wajah memerah.
Dewa tidak menjawab, bahkan membahayakan terima kasih pun tidak.
***
Pukul enam sore, Dito Dewa sudah bersiap ke bandara. Maya dan Ayra ikut mengantar mereka. Kalau bisa Ayra ingin memilih di kamar saja. Dia masih kesal bertemu Maya, walau itu salahnya. Pinggangnya masih sakit diplintir Maya karena tidak jadi membeli nasi merah, bahkan menghilangkan uangnya.
Namun, Ayra tahu Dito akan mencarinya, jadi Ayra memilih turun. "Kamu baik-baik di rumah ya, Ay. Om sama Dewa pergi cuma tiga hari," ucap Dito mengusap puncak kepalanya penuh kasih sayang. Dewa melihat adegan itu, dan memutar bola mata menatap jengah. Dia heran, mengapa ayahnya itu begitu sayang pada Ay. Memperlakukannya gadis itu sangat lembut dan istimewa. Bahkan demi Ayra, Dito sampai berani memarahi Maya, padahal dulu jarang sekali berkata dengan suara besar pada ibunya.
"Iya, Om, hati-hati ya," ucap Ayra tersenyum. Dewa muak, segera pergi lebih dulu ke dalam mobil. Sempat pikiran buruk bersarang dalam pikirannya, kalau ayahnya punya hutang budi pada keluarga Ayra, tapi itu tidak mungkin, mereka saja orang kampung yang miskin.
Setelah mobil keluar dari gerbang, Ayra bergerak cepat menuju kamarnya sebelum Maya mengatakan sesuatu padanya. Lebih baik menghindari wanita itu, demi keselamatannya.
Begitu menutup pintu kamar dan menguncinya, Ayra tersenyum memandangi ranjang kosong yang rapi. "Welcome to Heaven!" decaknya dengan senyum melengkung di bibir. Tiga hari ke depan, dia akan memanjakan tubuhnya dengan tidur di ranjang empuk.
Baru akan menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, Ayra melihat catatan kecil di atas nakas.
'Jangan pake bantal gue, awas iler lu nempel di sana!'
"Dasar suami ******!" umpatnya meremas kertas itu.
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.
Krn ayra tidak mencintainya