Keesokan paginya Ana pun terbangun dari tidurnya dan mendapati pria itu sedang duduk di atas ranjangnya sembari melihat ke arah jendela.
Ana bergegas bangun dan menghampirinya "Bagaimana keadaanmu Tuan?" tanya Ana tersenyum.
Tuan itu diam tak bergeming dengan tatapan melihat ke arah jendela.
"Tuan katakanlah sesuatu?"
Tuan itu menoleh dan menatap Ana "Kau siapa?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noona frog, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empatbelas
Jenna menuruni tangga eskalator, Tiba-tiba ia melihat Harry di pintu masuk rumah sakit Jenna ingin teriak memanggil Harry. "Kenapa dia kerumah sakit?"
Namun Jenna terperangah melihat Harry yang tiba-tiba menarik paksa seorang perawat wanita."siapa wanita itu kenapa Harry membawanya?". Jenna berusaha mengikuti namun ia kehilangan mereka.
"Sial! Aku kehilangan mereka" ucap Jenna cemas.
***
Harry masuk ke dalam rumah sakit, beberapa kali dia melihat sekelilingnya seperti sedang mencari seseorang. seketika matanya tertuju ke arah Ana yang sedang berjalan terburu-buru saat itu juga Harry mengikutinya.
Ana terkejut seseorang tiba-tiba saja menutup mulutnya, menariknya dan membawanya masuk ke dalam salah satu ruangan. Matanya melebar melihat Harry saat ini ada di hadapannya.
Deghh!
Jantung Ana berdebar tidak karuan kedatangan Harry mengingatkannya dengan kejadian tadi malam, Ana melepaskan tangan Harry. "A aa apa yang sedang kau lakukan" kata Ana terbata-bata.
Harry memandang Ana dalam raut wajahnya yang serius "Aku minta penjelasan padamu?" tanya Harry menelisik.
"Apa?"
"Kau anggap apa aku, semudah itu kau mau melupakan kejadian tadi malam padahal kau sendiri yang memintanya lalu dengan mudah kau bilang untuk jangan bertemu lagi katamu".
Ana mengalihkan pandangan "Terus aku harus apa saat itu kebetulan kau bersamaku dan aku dalam pengaruh obat, aku sendiri juga terpaksa memintamu seandainya kau tau posisiku", tiba-tiba air matanya mengalir "kau pasti berpikir aku adalah wanita murahan" ucap Ana menangis.
Harry melemah melihat Ana menangis di hadapannya ia pun memeluk Ana. Dalam dekapan Harry, Ana menangis sejadi-jadinya. "Aku tidak pernah berpikir kau adalah wanita murahan, seandainya malam itu di kejadian yang sama tapi saat itu bukan kau yang memintanya aku juga pasti akan menolaknya." ucap Harry.
"Aku sangat malu bertemu dirimu" kata Ana menghapus air matanya, "kita baru kenal beberapa hari, kau pasti berpikir bahwa aku sengaja menjebak mu apa lagi kau kemarin bercerita kau adalah direkturnya perusahaan terbesar."
Awwwhh!
Harry mengetuk kening Ana "Apa yang kau lakukan?" Ana menghapus keningnya.
Harry terkekeh, "Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Karena kau orang kaya"
"seperti itukah jalan pikiranmu?" tanya Harry tak percaya.
"Kalian orang kaya memang seperti itu, dan sebelum kau berpikir buruk tentangku setidaknya aku sudah melakukan pembelaan" ucap Ana keluar meninggalkan Harry.
Mendengar kata-kata Ana, Harry tertawa kecil dia tidak percaya dengan ucapan Ana "Hehh orang kaya!, ternyata dia bodoh."
***
Ana berjalan cepat sembari beberapa kali ia mengusap dadanya. "Kenapa denganku, kenapa rasanya tidak mau hilang"
"Dorrr!~" Sarah datang tiba-tiba mengejutkan Ana.
Ana terkejut "Yaaa!~ Ini rumah sakit."
Sarah tertawa " Baiklah.. Baiklah aku minta maaf sudah mengejutkanmu, Kau kenapa, Ana kau baik-baik saja pipimu merah sekali dan kau berkeringat emang habis dari mana sih?" tanya sarah menelisik.
Ana memegang pipinya "Benarkah?"
Sarah mengangguk. "Apa kau baik-baik saja?" tanya sarah.
Ana mengangguk "aku baik-baik saja".
***
Harry berjalan menuju ruangan manajer yakni Mike Ayahnya Jenna.
Tokkk tokkk! Harry masuk. Mike tertawa menyambutnya "Harry aku tidak menyangka kau akan menemui ku di sini, silahkan duduk."
Harry pun duduk "Apa kau tadi bertemu Jenna barusan dia keluar" ucap Mike.
"Tidak, kami tidak bertemu"
"Wahh, sayang sekali yaa, lalu ada perlu apa kau menemui ku di sini?"
Harry memberikan sebuah amplop kepada Mike. Mike terlihat bingung.
Harry tersenyum "Bukalah nanti, maka anda akan tau jawabanku soal pertunangan ku dan Jenna, tapi Jika anda tetap memaksanya aku tidak akan sungkan untuk menyebarkannya. Sampaikanlah kepada Kakek" Harry bangun dari duduknya meninggalkan Mike yang kebingungan.
Harry berjalan menuruni tangga eskalator. Tiba-tiba seseorang berteriak "Harry!~" teriak Jenna.
Jenna menghampiri Harry, Jenna yang menyadari beberapa orang sedang memperhatikan mereka, dengan sigap menggandeng tangan Harry "Aku menunggumu, kau sedang bertemu siapa?"
"Aku menemui ayahmu" kata Harry cuek.
"Kalian bertemu, pasti bahas pertunangan kita nanti malam ya?" ucap Jenna senang.
Drrrttt Drrrttttt
Ponsel Jenna bergetar tertera di layar Ayah memanggil..
Harry tersenyum sinis "sebaiknya kau mengangkatnya" Harry melepaskan tangan Jenna dan pergi.
***
Dari lantai dua Ana dan Sarah melihat Harry dan Jenna yang terlihat mesra.
"Bukankah dia putrinya si manajer, laki-laki itu siapanya dia tampan sekali?" ucap Sarah terbuai.
"Entahlah siapa yang peduli" kata Ana kesal.
Sarah melihat Ana heran "Kau kenapa?"
"Entahlah ayo kita pergi, aku masih harus mengirimkan beberapa laporan kepada Kepala Bagian UGD" ucap Ana beranjak pergi.
Sarah menggeleng "ada apa sih dengan dia sikapnya sekarang susah di tebak" kata Sarah heran, "Ana! Tunggu!" teriak sarah.
-
-
-
To be continued...