Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Berisi
'Ay... aku merindukanmu. Seharusnya sekarang kita telah bersama.' Arga melihat foto-foto kenangan bersama Ayna dari ponselnya.
"Mas, kamu lihat apa?" Tanya Aca curiga. Dengan cepat Arga menutup galeri ponselnya.
"Mas, tidur yuk!" Ajak Aca memeluk manja lengan Arga.
Arga melepas tangan Aca dari lengannya. "Stop!"
"Mas!!!" Aca mendengus melihat Arga masuk ke dalam kamar. Setelah menikah Arga selalu menjaga jarak darinya, bahkan pria itu tidak mau sekamar dengannya.
'Apa kau kira wanita itu mau kembali padamu?'
###
Ayna masih belum tidur, ia masih menatap punggung Alex dengan pikiran yang memenuhi kepalanya. Tentang menuruti Alex untuk resign atau mengikuti egonya yang tidak mau kalah dari Aca.
Waktu terus berputar dan malam pun berganti pagi.
Alex keluar dari kamar dan melihat Ayna yang sibuk membuat sarapan. Ayna tidak berpakaian kantor, istrinya masih memakai pakaian tidur semalam.
Pria itu menghela nafas panjang. Tadi malam tidurnya bahkan tidak bisa nyenyak. Alex sudah terbiasa tidur memeluk Ayna. Tadi malam sungguh sangat menyiksanya, seperti ada yang hilang dalam hidupnya.
Alex ingin segera berbaikan dengan Ayna, tapi Alex tidak akan mengizinkan Ayna tetap bekerja di sana. Ia harus menahan dirinya, biarkan saja istrinya itu yang mengajaknya berbicara duluan.
"Mas, mau ke mana?"Tanya Ayna melihat Alex yang berlalu akan keluar pintu. Ia sudah masak untuk suaminya itu, masa Alex akan pergi begitu saja.
"Kantor." jawab Alex dengan nada datar seperti jalan tol.
"Sarapan dulu. Aku sudah masak, lho." Ayna segera menghampiri pria yang memasang wajah datar. Dari ekspresi sekarang Ayna merasakan jika Alex masih marah padanya.
"Mas... maafkan aku, ya." Ucap Ayna saat sudah berada di hadapan Alex.
Cup
Cup
Cup
Ayna menarik leher Alex dan mengecup seluruh wajahnya, perlakuan istrinya membuat pria itu jadi tersenyum samar.
Jujur saja saat ini, Alex ingin menerkam Ayna. Dan kembali mendengar suara desaahan istrinya.
Tapi Alex akan berusaha tenang, ia tidak akan goyah. Ini pasti hanya trik Ayna, agar tetap diizinkan bekerja di kantor yang sama dengan orang itu.
Ayna menggandeng lengan Alex. Membawa sang suami menuju meja makan, lalu ia mengisi piring Alex dengan berbagai masakan.
"Ayo dimakan, Mas. Aku masak spesial untuk Mas Alexku." Ucap Ayna dengan senyum mengambang.
'Pasti dia mau menyogokku, agar tetap bekerja di sana.'
Alex melahap masakan Ayna. Dan wanita itu berkali-kali bertanya bagaimana rasanya. Hanya anggukan yang diberikan Alex sebagai jawaban, bahwa masakan istrinya memang enak.
"Mas, aku sudah mengundurkan diri dari kantor." Ucap Ayna setelah memikirkannya semalaman. Ia akan menuruti pria di sampingnya ini.
Alex masih menatap Ayna, ia menunggunya kembali berucap.
"Aku pikir benar yang Mas Alex katakan. Jika bekerja di sana aku akan terus bertemu dengan mere-"
Ucapan Ayna terhenti tatkala Alex yang tiba-tiba memeluknya.
"Terima kasih, kamu sudah mau mengerti." Ucap Alex mengeratkan pelukan. Ia cukup senang Ayna mau mendengarkannya.
"Sayang, boleh tambah?" Bisik Alex melirik piringnya yang kosong. Masakan Ayna sangat enak.
Ayna mengangguk dan mengisi kembali piring suaminya.
"Oh iya? Mas... aku akan mencari pekerjaan lain." Ucap Ayna setelah mereka selesai makan.
"Mas, bekerja di mana?" Tanya Ayna penasaran. Ia tidak pernah tahu suaminya itu bekerja di mana. Mereka tifak pernah mengobrol panjang secara pribadi.
"Itu... Wijaya Grup. Aku-"
"Apa?" Pekik Ayna membuat Alex tidak jadi melanjutkan ucapannya.
"Wi-wi-wijaya Grup?" Ayna kembali memastikan pendengarannya.
Alex mengangguk pelan. "Iya, Wijaya Grup."
"Wah... yang kudengar untuk jadi karyawan di sana itu sangat sulit lho, Mas. Terlalu banyak seleksinya. Serius Mas Alex bekerja di sana?" Ayna cukup kaget mendengar itu. Ia tidak menyangka Alex salah satu karyawan di sana. Wijaya Grup itu perusahaan besar. Bisa masuk ke sana saja adalah sebuah anugerah.
"Jadi, apa jabatan Mas di sana?" Ayna seolah enggan berhenti bicara. Sementara Alex tersenyum menikmati wajah bahagia Ayna.
"Aku-"
"Jangan-jangan manajer ya?" Lagi Ayna menyela ucapan Alex. Melihat apartemen mewah ini, sudah pasti suaminya punya jabatan tinggi di sana.
"Katanya gaji karyawan di sana itu paling tinggi dari gaji perusahaan yang lain. Bonusnya juga banyak lho, Mas. Terus kabarnya CEOnya itu royal dan nggak pelit. Kebijakannya mensejahterakan karyawan." Ayna menyampaikan apa yang pernah dia dengar tentang perusahaan itu.
"Oh ya Mas, apa CEOnya itu masih muda?" Ayna kembali penasaran.
"Kenapa?" Tanya Alex curiga.
"Aku dengar katanya masih muda dan sangat tampan."
"Tampanan mana sama aku?"
"Mana aku tahu. Seharusnya aku yang bertanya begitu, karena Mas yang melihat langsung bagaimana bentuk orangnya, kan!" Ayna membalikkan ucapan Alex.
"Sama saja sih seperti aku. Tampan nan rupawan." Alex seolah enggan membandingkan. Ayna pun jadi memutar malas bola matanya.
"Mas, aku boleh melamar di sana?" Tanya Ayna berharap. Mungkin Alex akan mengizinkannya bekerja di tempat lain.
"Memang kamu bisa diterima?" Tanya Alex seolah tidak yakin.
"Mas!" Ayna yang kesal mencubit perut Alex, membuat pria itu meringis.
"Mas, lihat saja. Aku pasti akan diterima!" Ayna yakin dengan pengalamannya selama ini.
"Kita lihat saja!" Alex ingin tahu apa Ayna bisa diterima.
"Aku boleh bekerja?" Tanya Ayna memastikan.
Alex mengangguk pelan.
"Mas, terima kasih!" Ayna duduk di pangkuan suaminya.
Alex memeluk tubuh Ayna. Membawa wajah Ayna ke bidang dadanya.
Dug
Dug
Dug
Debaran hati Alex terdengar jelas di telinga Ayna.
"Mas..."
"Selalu seperti itu setiap dekat kamu." Alex mengerti apa yang ingin ditanya sang istri.
"Sayang..." Alex melonggarkan pelukannya, menatap mata Ayna dengan perasaannya yang terdalam.
"Aku mencintaimu." Alex mengungkapkan perasaannya. Meski pernikahan mereka saat itu dadakan. Tapi Alex serius dengan Ayna.
Wajah Ayna mendadak merona mendengar pengakuan Alex. Wanita itu pun menunduk malu.
Alex mengangkat dagu Ayna. Ia kembali menyatukan bibir mereka. Ayna menikmati setiap decapan. Pria itu begitu lembut membuatnya seakan melayang.
"Astaga... Mas!!! ini sudah jam berapa? nggak berangkat ke kantor?" Ayna tersadar saat sentuhan tangan Alex menyentuh ujung dadanya.
"Mas-Mas... harus bekerja sekarang. Jika terlambat nanti bisa dipecat!" Ayna pun bangkit dari pangkuan Alex. Ia menyadari Alex beberapa hari ini selalu mangkir kerja.
Alex menunjukkan wajah kesalnya. Siapa yang berani memecatnya.
"Ki-ki-kita bisa lakukan nanti malam. Seharian ini aku akan istirahat." Ayna membuang wajahnya, meruntuki apa yang diucapkannya.
"Kamu istirahatlah!" Alex tersenyum puas sambil mengelus kepala Ayna. "Kita akan lakukan sampai pagi!"
Glek
Saliva Ayna rasanya susah ditelan mendengar ucapan suaminya itu. Ia akan habis nanti malam.
Ayna mengantar Alex sampai depan pintu. Pria itu sudah rapi sekarang. lengkap dengan dasi dan sepatu yang sudah disemirnya hingga kinclong.
"Sayang... aku akan mengizinkanmu bekerja sampai ini berisi. Saat perut kamu ini sudah berisi kamu tidak akan aku izinkan bekerja lagi." Alex mengelus perut rata Ayna.
"Aku pergi dulu." sambung Alex kembali.
Ayna mencium tangan Alex dan Alex mencium keningnya cukup lama. Menyalurkan kasih sayangnya.
"Mas... ini sudah berisi, lho." Ayna mengelus perutnya.
"Serius?" Alex melihat Ayna dengan wajah serius meminta penjelasan. Mereka baru beberapa hari menikah, apa benih cintanya sudah tumbuh di rahim sang istri?
"Iya, Mas. Sudah berisi... berisi nasi goreng."
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘