Si Culun Mendadak Jadi Istri Presdir

Malam telah larut. Nara dan Chelsea berada di dalam kamar Milan. Duduk berdampingan di sofa panjang. Membahas kepergian Milan yang membawa amarah karena telah tahu menikahi si culun.

“Lebih baik aku pulang sekarang. Aku sudah membuatnya marah dan pergi,” ucap Nara merasa tak enak hati karenanyalah Milan pergi.

“Kau tidak boleh pergi Ra. Mulai malam ini kamu akan terus tidur di kamar ini,” imbuh Chelsea.

Nara membulatkan mata mendengar pernyataan Chelsea.

“Sea kau gila ya! Sampai kapan ini berakhir. Aku tidak mungkin tinggal di rumah ini, ibuku pasti mencariku.” bentak Nara mulai kesal.

“Sampai Kak Milan bisa melalui patah hatinya,” sahut Chelsea dengan keyakinan.

“Move on!” Nara tercengang.

“Dia sedang patah hati. Aku tidak ingin dia terpuruk!”

“Apa hubungannya dengan aku!” bentak Nara semakin putus asa saja, mengapa ia harus masuk ke dalam masalah ini.

Chelsea menarik napas panjang, pikirannya berkelana jauh mengenang kilas kejadian beberapa waktu lalu. Sebuah misteri besar yang coba untuk dia tutupi.

“Sebenarnya Ra. Ada yang perlu kamu tahu.” Ada jeda sejenak saat Chelsea akan mengungkapkan apa yang dia ketahui.

“Aku yang membuat Zeline pergi. Aku yang membuatnya tidak hadir di pernikahan itu,” ungkap gadis cantik ini.

Jeduar ...

Nara tersentak seakan tak percaya dengan ucapan sahabatnya. Hingga bangkit dari duduknya.

“Kau yang benar saja Sea!” hardiknya kesal, seorang adik telah tega menghancurkan pernikahan kakaknya.

“Iya, Ra. Detik- detik di hari pernikahan aku tahu. Dia telah menghianati kakakku,” jelas Chelsea.

Nara melayangkan tatapan tajam pada sahabatnya.

“Bukankah mereka telah lama menjalin berhubungan!”

“Aku juga tidak menyangka. Ra!” suara Chelsea tak kalah tegas.

“Itulah kenyataannya dan tolong rahasiakan ini, kak Milan akan semakin terluka jika dia tahu.” Chelsea memohon dengan nada terendah.

Nara terdiam, kepalanya seakan ingin pecah karena masuk dalam masalah kakak adik ini.

“Hanya sampai perasaannya membaik. Aku tidak ingin dia kembali pada Zeline jika perempuan penipu itu hadir di hadapannya. Dan keadaan mamaku belum stabil, kondisinya bisa menurun jika kalian berpisah sekarang kasihan mamaku Ra,” rengeknya seraya menggenggam tangan Nara.

Nara membuang napas berat, melepaskan tangan Chelsea.

“Aku tidak mungkin  menginap di rumah ini terus. Ibuku bisa curiga.” Nara beralih meraup wajahnya.

“Katakan saja kau menemaniku menjaga mama. Lagi pula kau bisa pulang di siang hari. Malamnya sebagai istri kau harus menginap di sini agar mamaku tidak curiga,” bujuk Chelsea akan mengatur semuanya untuk Nara.

Gadis berkacamata ini pun hanya bisa pasrah mengikuti permintaan sahabatnya.

****

Sesosok pemuda tampan masuk ke dalam sebuah rumah mewah. Dengan wajah terlihat di penuhi amarah.  Melangkahkan kaki cepat menuju pada sebuah kamar.

Dia adalah Milan yang akan melampiaskan emosinya pada seseorang yang ia yakini terlibat dalam mengatur pernikahannya dengan si culun.

“Kay!” sentak Milan memanggil nama sahabat sekaligus asistennya.

Kay yang telah berbaring di tempat tidur seketika tersentak lalu duduk. Menatap pada Milan yang melangkah ke arahnya.

“Ada apa pengantin baru datang ke rumahku. Kau tidak malam pertama?” sapa Kay dengan nada terdengar mengejek membuat kekesalan Milan semakin meninggi.

“Kay! Kau yang mengatur semua ini!” bentak Milan.

“Mengatur apa?” tanyanya seolah tak tahu apa-pun.

Kay bangkit dari tempat tidur menghampiri sahabatnya.

Milan pun mendekat mencengkeram leher baju Kay.

“Aku menikah dengan si culun!” suara Milan meninggi dengan tatapan tajam seakan menusuk.

Kay menghela napas. Ya benar dialah yang mengatur semua pernikahan Milan dengan sempurna atas perintah Chelsea.

“Chelsea yang meminta aku mengurus semuanya,” akunya.

Mendengar pengakuan Kay. Milan semakin geram. Ingin rasanya Milan melayangkan tinju pada sahabatnya.

“Kau tahukan aku tidak bisa menolak Chelsea,” ucapnya santai, tak gentar sedikit pun menghadapi kemarahan Milan.

Milan mendengus melepaskan cengkeraman tangannya.

“Kau sudah merusak hidupku!” murka Milan.

“Dia sudah menyelamatkanmu dari malu,” sambar Kay mencoba mengingatkan.

“Aku tidak peduli. Dia bukan perempuan baik-baik. Dia dari keluarga berantakan, anak pemabuk. Dan aku malah menikah dengannya!” bentak Milan. Si culun adalah gadis yang paling dia benci karena latar belakang keluarganya.

“Lan, dia sahabat terbaik adikmu! Dia pasti perempuan yang baik, terlepas dari status keluarganya.”

Milan mendengus merotasi bola matanya mendengar pembelaan Kay.

“Dia pasti punya niat tersembunyi. Dia pasti hanya ingin harta dan kekuasaan agar ia bisa hidup dengan nyaman sebagai istriku.” Terangnya membuat Kay hanya menggelengkan kepala dengan ucapan Milan.

“Pokoknya aku ingin kau mengurus surat perpisahanku dengannya,” titah Milan.

“Lan,” protes Kay akan keputusan Milan.

“Aku tidak mau tahu dia harus menandatangani surat perpisahan kami. Aku tidak akan menjalani pernikahan dengannya,” ucap Milan dengan seringai jahat membingkai wajah tampannya. Dia tidak mungkin menghabiskan waktunya untuk menjalani pernikahan dengan perempuan yang tidak di cintai. Apalagi itu si culun.