"Aku dimana?"
Dia Azalea. Ntah bagaimana bisa ia terbagun di tubuh gadis asing. Dan yang lebih tidak masuk akal Adalah bagaimana bisa ia berada di dunia novel? Sebuah novel yang baru saja ia baca.
Tokoh-tokoh yang menyebalkan, perebutan hak waris dan tahta, penuh kontraversi. Itulah yang dihadapai Azalea. Belum lagi tokoh yang dimasukinya adalah seorang gadis yang dikenal antagonis oleh keluarganya.
"Kesialan macam apa ini?!"
Mampukah Azalea melangsungkan kehidupannya? Terlebih ia terjebak pernikahan kontrak dengan seorang tokoh yang namanya jarang disebut di dalam novel. Dimana ternyata tokoh itu adalah uncle sang protagonis pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! (18)
Selamat Membaca
*****
Caramel hanya mampu diam saat Ariana membawanya ke sana ke mari. Mulai dari senam sampai berbelanja semua kebutuhan gizinya.
Kini mereka berada di sebuah restoran terkenal di kota itu. Ariana sengaja membawa Caramel untuk menemui teman-teman sosialitanya.
"Ini menantuku, cantik kan?" Ariana terlihat begitu bangga memperkenalkan Caramel di depan teman-temannya.
Caramel tersenyum sambil menunduk anggun, "Caramel tante."
"Wah.. cantik sekali!"
"Terlihat sangat anggun."
"Kau beruntung Ariana."
"Menantumu idaman sekali, sangat cantik."
Caramel tersenyum malu mendengarnya. Ada rasa senang di hatinya ketika mendengarkan pujian dari teman mertuanya.
Begitupun dengan Ariana tersenyum mendengarkan pujian-pujian yang dilontarkan oleh teman-temannya. "Kalian bisa saja."
"Bukankah putramu bertunangan dengan putrinya Alex?" celetuk seseorang yang tiba-tiba datang dan duduk lalu tersenyum, "Maaf aku terlambat, ada sedikit urusan."
"Ah, iya aku baru ingat hal itu."
"Benar juga, aku baru sadar."
"Iya, bahkan di hari pernikahannya Auris sempat hadir tapi hampir dipermalukan."
Wajah Ariana dan Caramel berubah masam. Sementara wanita yang berceletuk tadi kini tersenyum anggun sambil meminum minumannya. Dia Thalita, istri dari Abimanyu Maheswara sang pengusaha tersohor seperti Aldrick.
"Reynold memang bertunangan dengan putrinya Alex. Tapi ternyata mereka merasa tidak cocok dan akhirnya Reynold memilih Caramel menjadi pasangannya," jelas Ariana tersenyum tipis.
"Kalau begitu menantumu yang sekarang hanya sebatas pelarian? Atau telah terjadi sesuatu yang membuat mereka harus menikah secepatnya?" Thalita tersenyum menatap Ariana. "Atau karena Reynold memang bermain dengannya sebelum pertunangannya dengan Auris dibatalkan?"
Tatapan tajam Ariana berikan pada Thalita. "Wanita sialan! Kenapa dia harus muncul sekarang?!"
Thalita memang jarang muncul jika ada pertemuan diantara mereka. Terlebih jika Ariana hadir di sana. Akan lebih baik jika dirinya tidak datang. Tapi setelah mendengar kabar jika Reynold menikah, Thalita menjadi tertarik untuk hadir.
Apalagi setelah mengetahui bahwa sebelumnya Reynold bertunangan dengan putri dari rekan kerja suaminya.
"Tante, jika tante tidak suka padaku tolong katakan saja. Jangan mempermalukan mama di depan semua orang." Caramel menundukkan kepalanya sebentar. Kemudian ia mendongak dengan mata yang sudah berkaca-kaca menatap Thalita. "Aku tahu mungkin aku terkesan tidak tahu diri karena menikah dengan mantan tunangan sepupuku, mungkin tante bisa menyebutku perebut, aku tidak masalah. Tapi tolong jangan permalukan mama."
Thalita tersenyum, "Jangan terlalu sedih Caramel, tidak baik bagi bayi di kandunganmu.... Upss maaf, aku keceplosan." Thalita menutup mulutnya seakan merasa bersalah.
Sementara Ariana dan Caramel terbelalak mendengar ucapan Thalita. Tidak ada yang tahu kabar kehamilan Caramel, bagaimana Thalita bisa mengetahuinya?
"Menantumu hamil Ari?"
"Kenapa cepat sekali?"
"Dia sedang hamil? Wah aku baru jika menikah sehari bisa langsung hamil."
"Jadi putramu menikah karena accident?"
Tidak tahan diserbu berbagai pertanyaan oleh teman-temannya. Ariana menggandeng Caramel untuk pergi dari sana. Hal itu membuat teman-temannya semakin bertanya-tanya.
Thalita tersenyum sinis melihat kepergian Ariana. "Berbahagialah teman lama."
*****
Malam harinya, Auris terbangun di dalam sebuah kamar yang tidak asing baginya.
Sebuah kamar pribadi milik Aldrick yang terletak di ruang kerja pria itu. Auris menyegarkan rambutnya ke belakang. Merubah posisinya menjadi duduk di pinggir kasur sambil mengumpulkan kesadarannya.
Sebuah berkas di atas nakas menarik perhatiannya. Karena Auris ingat jika dirinya tidak meletakkan berkas apapun di sana.
"Berkas apa ini?" Auris mengambil berkas itu dan membukanya. Dirinya seketika terbelalak melihat isi berkas tersebut. "I-ini?.. Mas Aldrick benar melakukannya untuk ku?"
Auris benar-benar tidak percaya dengan apa yang tertera di sana. Sebuah data dan perjanjian pembelian saham Dirgantara Group sebesar 40% tertulis atas namanya.
Auris keluar dari kamar dengan terburu-buru. Ia mencari sosok Aldrick yang tidak ada di ruangannya. "Dima-"
Cklek...
Pintu terbuka dan menampilkan sosok Aldrick yang hanya menggunakan kemeja. Pria itu tersenyum melihat Auris yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Suka dengan hadiahnya sayang?"
Auris menganggukkan kepalanya beberapa kali. Ia menghampiri Aldrick dan memeluk pria itu erat. "Terimakasih... terimakasih mas," bisik Auris pelan. "Caramel, aku akan mengambil semua hak-hak ku, bahkan jika itu sudah usang sekalipun!"
*****
Reynold yang baru saja keluar dari kamar mandi mengerut bingung mendengar suara Caramel yang seperti membentak seseorang.
Dengan rasa penasaran Reynold pun berjalan menghampiri Caramel yang berdiri di Balkon kamar mereka.
"Sialan! Aku tidak takut padamu!"
"Apa maksudmu!
"Jangan bicara sembarangan brengsek!"
"Caramel," panggil Reynold.
Caramel berbalik dengan ekspresi kaget di wajahnya. "Rey? Sejak kapan kamu di situ?"
"Baru saja, siapa?" tanya Reynold melirik HP yang berada di tangan Caramel.
Caramel tersenyum kikuk sambil mendekati suaminya itu. Ia memeluk lengan Reynold manja. "Bukan siapa-siapa. Hanya orang salah sambung saja."
"Benarkah?"
"Iya Rey, aku tidak berbohong." Caramel tersenyum manis membuat Reynold mengangguk percaya.
"Ya sudah ayo masuk."
Keduanya berjalan memasuki kamar mereka. Caramel bersandar pada tubuh Reynold sambil memilin rambutnya.
"Bagaimana hari ini? Menyenangkan bukan? Tadi pagi mama mengatakan padaku jika dia ingin mengajakmu melakukan senam hamil."
Mendengar hal itu, Caramel tiba-tiba menunduk sedih. "Aku dan mama di permalukan Rey, salah satu teman mama mengetahui jika aku hamil. Semua orang jadi mencecarku jika aku hamil di luar nikah." Caramel melihat Reynold dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Bukan hanya itu, dia juga mengatakan kalimat yang seolah-olah aku merebutmu dari Auris."
Reynold membawa Caramel ke pelukannya. "Sudah sayang, biarkan saja mereka. Yang penting sekarang kita susah menikah, heem?"
"Kamu mencintaiku kan?" tanya Caramel tiba-tiba.
Hening
"Kamu-"
"Aku mencintaimu."
*****
"Kamu yakin ingin kembali ke kediaman kamu heem?"
Auris mengangguk mantap, "Aku akan kembali untuk merebut apa yang menjadi milikku."
Aldrick mengangguk, "Baiklah. Berhati-hatilah selama di sana. Mas akan mengirim seseorang untuk menjaga kamu selama di sana. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi mas. Mengerti sayang?"
"Siap pak Aldrick!"
Aldrick terkekeh pelan mendengarnya. jujur saja ia merasa tidak rela membiarkan Auris tinggal di kediaman yang menurutnya seperti neraka itu.
Mobil Aldrick akhirnya sampai di. kediaman Dirgantara. Aldrick turun dan membukakan pintu untuk Auris. Ia mengulurkan tangannya yang diterima baik oleh Auris.
"Masuklah," titah Aldrick.
Auris mengangguk sambil tersenyum, "Terimakasih untuk hadiahnya. Aku masuk." Auris maju dan mengecup singkat pipi Aldrick. Setelah itu ia langsung berlari masuk ke dalam meninggalkan Aldrick yang membeku sambil memegang pipinya.
"Nakal sekali." Aldrick tertawa kecil kemudian kembali ke mobilnya. "Pantau seluruh pergerakan mereka. Jangan sampai mereka menyakiti Auris."
Tatapan lembut yang tadi Aldrick tunjukkan pada Auris kini berubah tajam setelah menghubungi orang suruhannya untuk memantau kediaman Dirgantara.
*****
Terimakasih sudah membaca 😗
like dan Votenya dong sayang-sayangku😊
biar gak mikir berat... 😉😉
/Plusone//Coffee/