Ralina Elizabeth duduk tertegun di atas ranjang mengenakan gaun pengantinnya. Ia masih tidak percaya statusnya kini telah menjadi istri Tristan Alfred, lelaki yang seharunya menjadi kakak iparnya.
Semua gara-gara Karina, sang kakak yang kabur di hari pernikahan. Ralina terpaksa menggantikan posisi kakaknya.
"Kenapa kamu menghindar?"
Tristan mengulaskan senyuman seringai melihat Ralina yang beringsut mundur menjauhinya. Wanita muda yang seharusnya menjadi adik iparnya itu justru membuatnya bersemangat untuk menggoda. Ia merangkak maju mendekat sementara Ralina terus berusaha mundur.
"Berhenti, Kak! Aku takut ...."
Ralina merasa terpojok. Ia memasang wajah memelas agar lelaki di hadapannya berhenti mendekat.
Senyuman Tristan tampak semakin lebar. "Takut? Kenapa Takut? Aku kan sekarang suamimu," ucapnya lembut.
Ralina menggeleng. "Kak Tristan seharusnya menjadi suami Kak Karina, bukan aku!"
"Tapi mau bagaimana ... Kamu yang sudah aku nikahi, bukan kakakmu," kilah Tristan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Dating
"Kamu ada di mana?" tanya Ares lewat sambungan telepon.
Sejak tadi ia menunggu Ralina di parkiran. Mereka sudah berencana akan pergi jalan-jalan karena Ares baru saja gajian. Sesekali ia ingin menyenangkan wanita yang dicintainya.
"Aku sudah mau sampai di parkiran. Di belakangmu."
Mendengar jawaban dari seberang telepon, Ares langsung membalikkan badan. Ia tertegun di tempatnya memandangi sosok wanita yang sedang berjalan ke arahnya.
Ralina mengenakan pakaian bermotif bunga-bunga kecil yang bahannya terlihat ringan sampai menari-nari tertiup angin. Rambut panjang nan hitamnya yang tergerai juga terlihat indah ketika tertiup angin. Wanita itu seperti malaikat yang tengah menghampirinya.
Penampilan Ralina hari ini sangat berbeda dibandingkan dengan hari-hari biasanya.
"Maaf, lama. Aku tadi harus menemui dosen dulu di ruangannya," ucap Ralina.
Ares masih tertegun menatap kekasihnya. "Kamu mau kemana berpakaian seperti ini?" tanyanya.
"Hah?" Ralina melihat penampilannya sendiri takut ada yang salah.
"Apa ... ini tidak cocok denganku?"
Ralina jadi ragu untuk mulai berpakaian elegan seperti permintaan Karina. Ia mengenakan pakaian yang dibelikan Tristan untuknya. Ia rasa pakaiannya tidak berlebihan dan tetap cocok untuk pergi ke kampus.
"Bukan ... Kamu sangat cantik mengenakan pakaian seperti ini," puji Ares.
Ralina tersipu malu mendengarkan pujian Ares secara langsung. Ia tersenyum kecil.
"Kamu tidak biasanya berpenampilan seperti ini. Apa kamu akan pergi ke suatu tempat?"
Ralina mengernyitkan dahi. Ia heran dengan pertanyaan Ares. "Bukannya ... Hari ini kamu mau mengajakku jalan-jalan? Apa kamu mau membatalkannya?"
"Tidak ... Tidak ...." tiba-tiba Ares jadi gugup. Ralina bahkan mempersiapkan penampilan dengan secantik itu hanya untuk pergi dengannya. Tapi, dia malah berpenampilan biasa, mengenakan kaos hitam celana cream, outfit sederhana yang biasa ia kenakan ke kampus.
"Aku yang jadi minder karena kamu secantik ini," ucap Ares malu-malu.
Ralina mengulaskan senyuman. Ia menggandeng tangan pemuda itu dengan erat.
"Mau seperti apapun pakaiannya, bukankah aku tetap satu orang yang sama?" ujarnya.
"Ayo kita berangkat sekarang! Katanya mau mengajakku jalan-jalan, kan?"
"Iya, benar ... Tapi pakaianmu tidak cocok untuk naik motorku yang jelek."
Entah mengapa muncul perasaan tidak pantas ia dekat dengan wanita secantik Ralina. Meskipun mereka memiliki perasaan yang sama, tapi perbedaan di antara mereka sangat jauh. Ia terkadang lupa jika Ralina tetaplah anak orang kaya.
"Hari ini aku bawa mobil. Kamu yang mengendarai!"
Ralina menarik tangan Ares agar ikut dengannya. Ia mengajak pemuda itu ke tempat ia memarkirkan mobilnya.
"Kakakmu sudah mengembalikan mobilmu?"
"Iya, sudah. Kakakku sudah mengganti mobilnya lagi."
"Wah, kakakmu memang luar biasa."
"Untung yang membelikan Kak Tristan. Kalau tidak, kakakku hanya akan membuat pusing Mama dan Papa."
"Oh, calon kakak iparmu sangat baik, ya? Belum apa-apa sudah dibelikan mobil."
"Ya, saking cintanya dia sering membelikan banyak hadiah untuk kakakku."
"Kamu tidak iri? Pacarmu tidak pernah membelikan hal-hal seperti itu untukmu."
Ralina menghentikan langkah. Ia melemparkan tatapan kesal mendengar ucapan Ares barusan.
"Apa aku harus iri? Apa selera orang harus sama? Kalau kamu tidak suka orang seperti aku, ya sudah, tinggalkan saja!" ucap Ralina dengan nada kesal.
Ia melepaskan genggaman tangannya dan berbalik pergi meninggalkan Ares.
"Ralin ... Ralin ... Jangan ngambek begitu!"
Ares berlari mengejar Ralina yang marah. Ia menggandeng kembali tangan Ralina meskipun wanita itu masih membuang muka padanya.
"Maaf, ya ...," bujuknya.
"Aku hanya kurang percaya diri saat ini. Di mataku kamu sangat sempurna."
"Kadang aku juga ingin sadar diri, tapi aku sangat mencintaimu."
Ralina menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Tolong jangan katakan hal semacam itu lagi."
Ares menarik Ralina ke dalam pelukannya. "Iya, aku minta maaf."
Keduanya lantas pergi meninggalkan kampus menaiki mobil Ralina. Ares yang mengemudikannya. Meskipun belum punya mobil sendiri, terkadang ia menggantikan orang untuk menjadi sopir.
Seperti yang Ares janjikan, ia mengajak Ralina nonton film bersama. Setelah itu, mereka menghabiskan waktu bermain di time zone. Keduanya juga mencicipi makanan di mall yang mereka datangi. Hari ini menjadi sangat menyenangkan bagi pasangan muda mudi itu.
"Kuliahmu lancar?" tanya Ralina.
Mereka berjalan bergandengan tangan sambil memakan es krim yang tadi mereka beli.
"Ya, masih bisa aku atasi walaupun sibuk bekerja. Bagaimana denganmu?"
"Aku juga masih lancar sejauh ini. Tidak ada dosen yang menyulitkan."
"Aku mulai agak kewalahan membagi waktu. Jadi aku sedang mengurangi durasi ojek online. Aku sedang mencoba mempelajari trading di pasar saham dan forex. Mudah-mudahan nanti bisa ada hasil."
"Hati-hati kalau kamu terjun ke dunia semacam itu."
"Kamu tenang saja, aku juga sudah mempertimbangkan resikonya. Aku juga menggunakan uang hasil menabung selama ini."
"Kalau aku tidak berani ambil resiko, aku juga tidak tahu akan bisa berhasil atau gagal."
"Jangan asal main kalau belum menguasai ilmunya. Itu sama saja dengan bertaruh atau judi!"
"Hahaha ... Iya, iya ... Modalku sangat terbatas. Jadi, tentu saja aku akan sangat berhati-hati."
Sementara itu, di sisi lain, ada seorang lelaki yang tatapannya mengikuti arah langkah mereka.
Tristan baru saja selesai mengadakan pertemuan dengan salah satu rekan bisnisnya di mall tersebut. Tanpa sengaja ia melihat Ralina melintas bersama pemuda yang fotonya diperlihatkan oleh Hamin kepadanya.
Hatinya panas melihat secara langsung kedekatan mereka. Ralina begitu cantik, tertawa bahagia di samping pemuda itu. Padahal, selama ini ia selalu berharap Ralina segera menemukan lelaki yang tepat. Tapi, melihat hal itu, ada perasaan tidak rela.
"Apa yang saya katakan memang benar kan, Pak? Mereka berdua sebenarnya pacaran," celetuk Hamin.
"Bisa-bisanya dia memacari wanita yang mengenakan pakaian pemberianku," lirih Tristan geram.
"Apa?" Hamin tidak mendengar jelas ucapan bosnya.
"Tidak apa-apa!" tepis Tristan. Ia tidak ingin mengatakan kekesalannya kepada dua orang yang setia mendampinginya.
"Apa perlu saya mengikuti Nona Ralina lagi?" tanya Hamin.
"Itu tidak perlu!"
"Pak, pertemuan dengan Tuan Aldrick akan dilaksanakan dua jam lagi. Anda ingin langsung kembali ke kantor atau ingin beristirahat sebentar di hotel yang ada di sini?" tanya Hansan.
Tristan menjadi tidak bersemangat untuk melakukan apa-apa. Ia ingin sekali menghampiri Ralina dan membawanya lari. Ia ingin melihat dari dekat betapa cantiknya wanita itu mengenakan barang-barang yang dibelikannya. Ada rasa senang melihat Ralina mengenakannya. Dari mulai baju, sepatu, dan tas, semuanya sangat cocok untuk Ralina. Sayangnya, lelaki yang bisa memandangi keindahan Ralina bukan dirinya.
"Apa Anda menyukai Nona Ralina?" tebak Hansan.
"Itu tidak mungkin! Pak Tristan tidak suka perempuan yang terlalu muda. Iya, kan?" tepis Hamin.
Tristan terkejut mendengar pertanyaan sopir pribadinya. Namun, ia tidak ingin mengumbar perasaannya kepada siapapun. Gengsinya terlalu tinggi untuk mengakuinya.
kira" kemana raliba apa diculik jg sama bobby bisa sj kn raliba dpt info dr seseorang beritahu kbradaan karina yg trnyata dibohongi jg sma orang itu krn oerginya ralina g ada yg tau knp hamin g ngejar waktu itu
tristan pdkt sama ralina ny jngan kasar"
klo g kabur masa iya tristan rela jd suami karina yg urak an demi mnjaga ralina udah dikuras uagnya msih korban raga pdhl udah menyadari klo suka sama ralina... buang " ttenagadan harta tristan
ralina kabur kemana nih
iklaskn ralina yg sudah di incar trintan dr kecil
ralina d culik jga sma karina apa ya? duuhhh ko jd ngilang2 kmna lgi ralin...,,