Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencintai dalam diam
Bab 7-
Sejenak Rere tersadar kalau di dunia ini, mereka menggunakan sesuatu yang sama dengan dunia manusia. Bedanya bahan bakar yang digunakan untuk mobil yang ditumpangi Rere dan Arion sekarang, adalah batu berupa batu sihir.
Rere tidak tau persis seperti apa bentuk batu sihir. Meskipun penasaran, dia cukup gugup untuk bisa satu mobil lagi bersama dengan Arion, begitu juga rasa hangat diperutnya.
Undine dan Lory bilang, kalau kehangatan aliran mana yang diberikan oleh Ayah sang bayi, hanya bertahan dua hari saja. Semakin lama Rere bersama dengan Arion, maka semakin lama juga aliran mana yang menghubungkan Arion dengan Bayi mereka bertahan.
Rere duduk di depan, sementara Arion duduk di belakang. Pria itu tampak gagah dengan pakaian formalnya. Setelah Rere amati, Arion punya wibawa sebagai seorang permimpin.
Merasa terus diperhatikan, kini Arion mengarahkan tatapannya kepada kaca mobil yang ada di depan. Seolah-olah sedang menangkap basah tatapan mata Rere yang terus tertuju padanya.
"Mengapa kamu terus melihatku seperti itu?"
Rere yang sudah sadar tertangkap basah oleh Arion, menghela nafas, "Saya hanya memastikan yang mulia putra mahkota baik-baik saja."
"Aku merasa tatapanmu begitu dalam seolah ingin menembus diriku."
Sial!
Mengapa Arion begitu peka?
Rere hanya diam, meskipun dia bisa mendengar Arion yang berdecih pelan dan kembali mengarahkan pandangannya ke arah lain.
Begitu sampai Rere terus mengekori kemana Arion pergi. Mereka sampai cukup lama sampai Rere sempat tertidur sebentar, kalau saja Undine yang bersembunyi dibalik kalung Rere, tidak membangunkan dirinya. Mungkin Arion akan meninggalkannya di mobil tanpa ingin membangunkannya.
Perang antar wilayah yang cukup sengit. Banyak sekali camp perkemahan di dirikan untuk membuat zona aman.
Mereka adalah suin, jadi perang yang dilakukan menggunakan kuda, pedang dan panah. Sejenak Rere merasa ngeri dengan pemandangan yang baru saja dia lihat ini, tidak pernah terbesit di dalam benak Rere ketika dia harus berada di situasi peperangan.
Tanpa sadar Rere yang mengekori Arion, malah tersandung dan tidak sengaja memeluk punggung pria itu. Sesuatu yang hangat kembali terasa di perutnya.
"Apa yang kamu lakukan?" Suara itu terdengar tajam.
Rere menyengir di balik cadarnya. Kemudian menjauh beberapa langkah dari Arion, sebelum pria itu benar-benar memiliki kesan yang buruk pada Rere.
Rere memperhatikan Arion yang saat ini tengah berbicara serius dengan seorang pria paruh baya berbadan kekar, dan ada garis luka dibawah mata kanannya. Rere menebak, kalau pria itu adalah jendral perang wilayah ini.
"Ayah kamu galak sekali ya nak, padahal dulu tidak segalak itu," Gumam Rere yang mengajak bayi dalam perutnya untuk berbicara.
"ADA YANG TERLUKA!"
Rere refleks menoleh dan bergegas menuju tandu yang mengangkut pasien. Dia ingat kalau para peri punya kekuatan penyembuhan, meskipun Rere tidak, tapi mungkin Undine bisa membantunya.
Rere mengulurkan tangan, mendekati para prajurit yang terluka di atas tandu. Luka-luka mereka terlihat parah, dan darah mengalir tanpa henti. Hatinya tergerak untuk membantu, meskipun dia tahu kekuatannya sendiri tidak cukup. Namun, Undine, peri air yang selalu setia bersamanya, sudah siap membantu.
"Undine, aku butuh bantuanmu," bisik Rere dengan tegas.
Undine keluar dari kalung Rere, sayap kecilnya berkilau dengan energi sihir. Dia terbang rendah, lalu mengecup dahi Rere dengan lembut. Tiba-tiba, tanda berbentuk kepingan salju muncul di dahi Rere, menandakan koneksi yang kuat antara mereka. Perasaan dingin menyelimuti tubuh Rere, tetapi itu bukan dingin yang menusuk-melainkan rasa sejuk dan menenangkan, seperti embun pagi.
Rere mulai menyentuh salah satu prajurit yang terluka. Di bawah sentuhannya, luka-luka prajurit itu mulai menyembuh perlahan, meskipun prosesnya memakan banyak energi. Satu demi satu, Rere membantu para prajurit dengan segenap kekuatan yang dia dan Undine miliki.
Namun, seiring waktu, Rere mulai merasa kelelahan. Tubuhnya gemetar, napasnya tersengal, dan pandangannya mulai kabur. Mana yang tersisa dalam dirinya menipis. Undine juga tampak kelelahan, cahaya yang biasanya bersinar terang kini meredup.
Ketika dia berusaha menyembuhkan prajurit terakhir, tubuh Rere mulai goyah. Saat itu, Arion yang tengah berbicara dengan jenderal wilayah Taewon merasakan sesuatu yang ganjil. Pikirannya tiba-tiba beralih dari peperangan ke arah Rere, yang sudah hampir tak berdaya. Arion merasa gelisah-perasaan yang tak biasa bagi dirinya. Meskipun ia selalu bersikap dingin dan menjaga jarak, saat ini ada dorongan yang kuat untuk mendekati Rere.
Dengan langkah cepat, Arion mendekati Rere yang terlihat sangat lelah. Saat dia sampai, tepat pada waktunya untuk menangkap Rere yang hampir jatuh ke tanah. Dalam sekejap, Rere pingsan di pelukannya.
"Utusan Peri!" panggil Arion dengan suara yang penuh kepanikan, sesuatu yang jarang terdengar dari pria itu. Tangan Arion yang kuat memeluk Rere erat, seolah-olah takut kehilangannya.
Dia merasa khawatir-perasaan yang tak pernah dia alami sebelumnya terhadap siapa pun, bahkan di tengah pertempuran sengit.
Rere tidak merespons, dan tubuhnya terasa lemah. Arion menatap Undine yang juga tampak tak berdaya.
"Dia terlalu banyak menggunakan energi," kata Undine dengan suara lemah. "Mana-nya hampir habis."
Tanpa berpikir panjang, Arion membawa Rere kembali ke tenda komandonya, meminta pengawalnya untuk menyiapkan ruangan di mana Rere bisa beristirahat. Arion tak meninggalkan sisinya, bahkan saat jenderal dan ajudannya mencoba memanggilnya untuk melanjutkan diskusi perang.
Setelah beberapa jam, Rere perlahan membuka matanya. Dia menyadari bahwa dia ada di kamp pribadinya, bukan lagi di medan perang. Pikirannya masih terasa samar, tetapi dia segera menyadari seseorang duduk di samping tempat tidurnya. Arion, dengan ekspresi yang jarang
terlihat pada wajahnya, menatapnya dalam diam.
"Arion?" panggil Rere, suaranya lemah.
Pria itu menatapnya dengan tatapan yang lembut namun penuh kerisauan, "Kamu terlalu ceroboh."
Rere tertegun. Dia belum pernah melihat Arion terlihat begitu khawatir.
"Kamu... khawatir padaku?" tanya Rere, sedikit terkejut.
Arion tidak langsung menjawab. Dia hanya diam, tetapi tatapan matanya yang tajam dan dingin tak bisa menutupi perasaan yang sedang bergelora di dalam dirinya. Bahkan, Arion sendiri merasa bingung. Mengapa dia merasa begitu khawatir terhadap Rere? Ini adalah sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, dan itu membuatnya merasa tidak nyaman. Namun, ketika dia menatap Rere, yang masih lemah di tempat tidur, dia tidak bisa menyangkalnya.
"Beristirahatlah," kata Arion akhimya, mencoba menutupi kegelisahannya. "Kamu tidak bisa sembarangan menggunakan energi seperti tadi."
Rere hanya tersenyum lemah, "Aku hanya ingin membantu..."
Arion menghela napas panjang, merasa frustrasi namun juga tak ingin marah pada Rere. "Kamu sudah melakukannya. Tapi, jangan lagi mempertaruhkan dirimu seperti itu."
Mata Rere terpejam lagi, kali ini dengan perasaan hangat yang tidak hanya berasal dari mana, tapi juga dari kehadiran Arion yang tetap ada di sampingnya, meskipun dalam keheningan. Arion pergi setelah memastikan utusan peri baik-baik saja meskipun dia juga merasa aneh kenapa hubungannya terasa familiar dengan Utusan peri?
Padahal dia baru mengenal utusan peri itu beberapa waktu yang lalu.
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?