Firman selama ini berhasil membuat Kalila, istrinya seperti orang bodoh yang mau saja dijadikan babu dan tunduk akan apapun yang diperintahkan olehnya.
Hingga suatu hari, pengkhianatan Firman terungkap dan membuat Kalila menjadi sosok yang benar-benar tak bisa Firman kenali.
Perempuan itu tak hanya mengejutkan Firman. Kalila juga membuat Firman beserta selingkuhan dan keluarganya benar-benar hancur tak bersisa.
Saat istri tak lagi menjadi bodoh, akankah Firman akhirnya sadar akan kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebakaran
Kemarin...
"Abang, uang jajan Lia udah habis. Kirimin lagi, dong!" pinta manja Lia kepada seorang pria paruh baya berkepala botak yang duduk menempel dengannya.
"Gampang, Sayang!" jawab pria tua itu. "Yang penting, nanti kamu kasih servis yang memuaskan untuk Abang."
Lia tersenyum kecil. Ia memukul lengan pria tua itu dengan malu-malu.
"Abang, ih!! Disini banyak orang. Gimana kalau mereka denger obrolan kita?"
"Ya, nggak apa-apa. Toh, mereka juga nggak kenal kita," jawab pria tua itu sambil mencolek dagu Lia.
"Lia janji akan kasih servis yang oke banget buat Abang. Tapi, Abang harus kasih Lia uang lima juta, ya!"
"Kalau lima juta, Abang lagi nggak ada, Sayang! Adanya cuma dua juta aja."
"Yah, Abang... Nggak cukup dong, buat perawatannya Lia." Perempuan itu memasang tampang cemberut.
"Minggu depan Abang tambahin, deh. Tapi, untuk hari ini, dua juta dulu, ya?" rayu pria tua itu.
"Tapi, janji ya! Lia nggak suka kalau dibohongi sama Abang."
"Iya, Sayang! Abang janji."
Pria itu merangkul pinggang Lia dengan sangat mesra. Keduanya seolah tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang sekitar terhadap mereka.
"Pak Broto?"
Pria tua itu tersentak kaget. Mustahil ada yang mengenalinya di kota ini.
"Mbak Kalila?" pekik pria tua itu kaget.
Ya, dia mengenali Kalila. sangat mengenal, malah. Kalila pernah menjadi majikannya saat Kalila dan Kalandra masih tinggal di kota sebelah.
"Mbak Kalila??" Lia langsung berubah pias. Matanya melotot sempurna. Rangkulan pria tua itu ia lepas dengan kasar dari pinggangnya. Setelah itu, ia beringsut mundur, memberi jarak yang lumayan jauh dari sang teman kencan.
"Hai, Lia!" sapa Kalila dengan santainya.
"Kalian saling kenal?" tanya pria tua berkepala botak itu.
Glek!
Lia meneguk ludahnya kasar. Bagaimana ini? Tak mungkin ia jujur bahwa Kalila adalah kakak madunya. Walau bagaimanapun, Lia mengaku pada Pak Broto bahwa dia adalah seorang single.
"Ka-kami..."
"Kami pernah satu kerjaan, Pak," potong Kalila cepat.
Kening Lia pun berkerut heran. Dia tak menyangka bahwa Kalila akan membantunya.
"Oh, jadi kamu pernah satu kerjaan sama Mbak Kalila, Sayang?"
Mau tak mau, Lia mengangguk.
"A-abang sendiri, kok bisa kenal sama Kalila?" tanya Lia.
"I-itu..." Pak Broto yang merupakan mantan supir Kalila itu tampak sangat gugup. Tak hanya Lia yang berbohong. Pak Broto juga.
Pria tua itu mengaku sebagai seorang pengusaha kaya. Padahal, aslinya beliau bekerja sebagai pedagang sayur disalah satu pasar yang ada di kota sebelah.
"Aku juga pernah satu kerjaan sama Pak Broto," jawab Kalila.
Otaknya bisa mencerna dengan cepat bahwa kedua orang dihadapannya ini sama-sama sedang saling menipu. Dan, dengan senang hati Kalila akan membantu mereka untuk menyembunyikan kebohongan masing-masing.
"Ah, itu benar," sahut Pak Broto cepat.
"Maksudnya, Kalila pernah jadi anak buahnya Abang?" tebak Lia dengan ekspresi yang kini seolah meremehkan Kalila.
Pak Broto kembali gugup. Jika menjawab ya, maka kemungkinan besar Kalila akan tersinggung. Tapi, jika dia berkata jujur, maka calon istri mudanya akan pergi begitu saja meninggalkan dirinya.
"Iya, Lia. Saya memang pernah kerja, sama Pak Broto," sahut Kalila sambil melipat kedua tangannya. "Ngomong-ngomong, kok kalian bisa ada disini? Dan, apa-apaan tadi? Kenapa Pak Broto peluk-peluk kamu, Lia? Kalian..."
"Kami nggak ada hubungan apa-apa kok, Kalila!" potong Lia panik.
"Kenapa muka kamu jadi panik gitu, Lia?"
"Kamu ini ngomong apa sih, Yang? Kok, Abang malah nggak diakui? Bukannya, kita sudah pacaran selama tiga bulan, ya?" seru Pak Broto angkat suara.
Mati!
Jantung Lia berdegup kencang tak terkendali. Jika Kalila mengadu pada Firman soal hari ini, maka tamatlah riwayat Lia.
"Oh, ternyata kalian pacaran?" tanya Kalila dengan suara lantang.
"Iya, Mbak," jawab Pak Broto dengan bangga. "Gimana? Kami cocok kan, Mbak?" Dia merangkul bahu Lia.
"Cocok," jawab Kalila sambil menyeringai jahat.
Pias. Wajah Lia benar-benar pucat.
"Kalila..." panggil Lia dengan tatapan penuh arti.
"Aku masih ada urusan. Aku tinggal dulu, ya! Selamat bersenang-senang!" pamit Kalila sebelum Lia sempat membuka suara.
"Kalila! Tunggu!" teriak Lia mencoba mencegah kepergian Kalila.
"Tenang aja, aku nggak akan bilang siapa-siapa, kok," ujar Kalila balas berteriak.
*
*
*
"Kalila! Ini Mas!" teriak Firman didepan kamar Kalila. Hari sudah menjelang sore saat dia pulang ke rumah hari ini.
"Ada apa, Mas?" tanya Kalila sambil membuka pintu kamarnya.
"Mas punya kejutan untuk kamu!"
"Apa?"
Firman langsung menarik tangan Kalila untuk masuk ke dalam kamar. Didudukkannya Kalila di tepi ranjang lalu ia pun ikut duduk disamping perempuan yang semakin cantik itu.
"Apa, sih?" tanya Kalila heran.
"Tara!!!" Firman membuka paper bag yang dibawanya. Beberapa emas batangan dengan berat masing-masing 10 gram ia keluarkan dari dalam paper bag tersebut.
"Ini ganti emas-emas kamu, Sayang!" ucap Firman dengan wajah ceria.
Kalila pun menerima emas-emas itu dengan tampang datar. Tak ada rasa berbunga-bunga sama sekali seperti yang diharapkan Firman.
"Terimakasih," jawab Kalila. Dia tak habis pikir, kenapa Firman malah mengganti perhiasan emasnya dengan logam mulia. Padahal, logam mulia jelas lebih mahal dibanding perhiasan emas biasa.
Atau... Firman tidak tahu bahwa harga kedua barang itu memiliki perbedaan?
"Kok, muka kamu biasa aja sih, Sayang? Kamu nggak suka ya, karena Mas kasihnya emas batangan seperti itu?"
"Suka, kok," jawab Kalila. "Aku nggak peduli Mas Firman mau ganti pake model emas seperti apa. Yang penting, Mas Firman sudah menepati janji untuk mengganti perhiasan milik aku."
"Jadi, sekarang kamu udah mau kan, maafin Mas? Mas tahu Mas salah karena sudah selingkuh dengan Lia. Untuk itu, Mas meminta satu kesempatan lagi dari kamu untuk tetap mempertahankan rumah tangga kita. Mas mohon, Sayang! Kembalilah seperti Kalila yang dulu! Mas benar-benar ingin kamu menjadi Kalila yang dulu lagi. Mau kan?"
"Jadi, Mas suka kalau aku jadi Kalila yang selalu kalian jadikan babu itu?" tanya Kalila penuh penekanan.
"Bukan babu, Sayang!" ralat Firman. "Tapi, istri yang menjalankan kewajibannya dengan benar. Mengurus rumah dan juga Ibu kan, memang tanggung jawab kamu."
"Oke. Aku bersedia."
Tampang Firman langsung tersenyum cerah.
"Terimakasih, Sayang! Kamu memang istri yang terbaik!"
"Tapi, berapa juta yang akan Mas berikan untukku sebagai upah jadi ART dan perawat Ibu kamu?"
Senyum Firman langsung surut. "Kamu menagih bayaran dari suamimu sendiri, Kalila?"
"Tentu saja!" angguk Kalila mantap.
"Kamu..."
Drt! Drt! Drt!
Ponsel Firman tiba-tiba saja berdering.Mau tak mau, ia harus menunda kemarahannya dulu terhadap Kalila.
"Ya, Ko?" tanya Firman begitu panggilan telepon tersambung.
[Toko utama kebakaran, Pak!]
"Apa? Kebakaran!? Kok bisa?" pekik Firman dengan suara keras hingga Kalila sampai kaget dibuatnya.
bhkn sbntr lgi km jdi gembel ples kena pnyakit kelamin.... krna istrimu lia & vivi itu smuanya jalang... /Facepalm//Facepalm/
trus apa fungsinya ada si lia & vivi/CoolGuy//CoolGuy/
Tak punya malu lagi masih akan minta bantuan. Gantian minta bantuan pada istri- istri yang lain