Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Mas... Lika berangkat dulu ya..." ujar Malika buru buru dengan memakai sepatu tergesa gesa.
"Kenapa buru buru gitu sayang?' tanya Refandi bingung melihat kelakuan sang istri, dari tadi nyantai nonton tv.
"Lika lupa mas, hari ini Lika ada janji sama intan mau nyari buku ke toko buku yang di mall sangrina, buat tugas besok" cengir Lika.
"Kamu ini... Belum tua sudah pikun" omel Refandi.
"Ya mau gimana lagi, biasanya kan Lika ngak pernah ada janji sama teman teman, pulang kampus lansung pulang, ngak pernah kemana mana, ya udah Lika santai mumpung libur. ehhh... malah di tlp sama Intan sambil di ocehin dia sudah nunggu dari tadi, tapi Lika belum sampai sampai juga, dia sudah pesan minum dua gelas, sama makanan, tapi Lika ngak datang datang juga katanya, coba klau dia ngak tlp Lika lupa benaran ini mas, bisa jadi satpam anak orang di mall itu mas" kekeh Malika, sambil berdiri menyalami sang suami dengan takzim.
Refandi hanya geleng geleng kepala dan juga sedih melihat sang istri, semenjak menikah, memang lah istrinya itu hanya menghabiskan waktu di apartemen merawat dia.
"Lika berangkat ya mas, ngak lamo kok paling 2 jam doang" ujar Malika.
"Habiskan waktu luang mu bersama teman teman mu sayang, main lah di mall, mau shoping sekalian juga ngak apa, atau mau ke salon pergi lah" ujar Refandi menatap sendu sang istri.
"Ngak ah... Mas sendiri di rumah" ujar Malika menggelengkan kepalanya.
"Ini perintah sayang, kamu harus lakukan itu, jangan pikirkan mas, sebentar lagi Sandi sama Tomi mau ke sini kok" ujar Refandi dia ingin istrinya itu bersenang senang dengan teman sebayanya, dia tau gadis se usianya seharusnya masih asik bermain, shoping, nonton dll menghabiskan masa muda mereka, namun istri cantiknya itu malah menghabiskan waktu dengan mengurus dirinya yang cacat ini tanpa ada keluhan yang keluar dari bibir istrinya itu, dia selalu semangat dan ikhlas merawat Refandi.
"Beneran kak Sandi sama Kak Tomi mau ke sini?" tanya Malika memastikan.
"Bener sayang, jadi kamu bersenang senang lah di luar sana, habiskan waktumu untuk bermain bersam teman temanmu, tapi ingat harus ada batasannya, kamu sudah punya suami tidak lajang lagi, tidak boleh dekat dekat sama laki laki lain, ok..." ujar Refandi.
"Aaakkkk.... Mas aku pada mu" pekik Malika dan meloncat memeluk suaminya itu karena di kasih kebebasan hari ini untuk bermain bersama temannya, walau selama ini Refandi tidak pernah mengekangnya, namun Malika sungkan untuk pergi pergi klau suaminya sendiri ada di rumah dan tidak dalam keadaan baik baik saja, tapi kali ini suaminya begitu pengertian Malika di izinkan bermain di luar sana, tentu saja dia kesenangan, bisa menenangkan otaknya sebentar saja bersama teman temannya, dan tidak di buru buru untuk pulang.
Cup....
Cup...
Cup...
Malika menghujani suaminya dengan banyak banyak ciuman, sampai sampai Refandi terkikik kegelian karena ulah sang istri.
"Sudah sayang, mas geli ihhh..." kekeh Refandi.
"Hehehehe..." malika melepaskan pelukan dan berhenti mengecup wajah sang suami.
"Sudah sana pergi, nanti temannya makin lama nungguin kamu" titah Refandi.
"Ahhh iya hampir lupa" ujar Malika menepuk jidatnya, dan bangkit dari duduk nya.
"Dada... Mas, Lika jalan dulu ya..." ujar Malika lalu beranjak ke luar apartemen.
"Da.... Hati hati" ujar Renfadi sambil geleng geleng kepala.
"Kau gadis yang baik sayang, tidak pernah menuntut ini dan itu, kau juga merawatku penuh kasih sayang tanpa mengeluh sedikitpun, sungguh beruntung mas memilikimu" gumam Refandi melihat pintu yang sudah tertutup.
"Lika..... lu... benar benar ya... hampir saja gw lumutan nungguin lu di sini, lu malah enak enak di rumah suek banget lu jadi orang" omel Intan mencerocos bak kereta api.
"Hehehe... Sory sory, gw benar benar lupa klau kita ada janji hari ini" kekeh Malika merasa bersalah sama temanya itu.
Intan hanya memutar mata malas melihat Malika.
"Ya udah kita ke toko buku, takut kehabisan bukunya" ujar Malika mendahului Intan tanpa dosa.
"Ya.... perempuan ini benar benar deh..." kesal Intan mengikuti langkah panjang Malika dari belakang.
Malika hanya terkekeh, namun dia tidak berhenti berjalan sampai masuk ke toko buku yang mereka datangi.
"Mencar aja ya, gw ke sana, lu ke sana" ujar Intan.
"Siap Intan yang cantik" jawab Malika semangat dan lansung menuju ke arah rak tempat buku buku, mencari satu demi satu buku yang mereka perlukan tanpa terlewati satu pun rak buku di sana.
Begitu pun dengan Intan, dia juga mencari buku dengan fokus.
Bersambung....