Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Goa
"Wuuussshh"
Terasa oleh Lin Tian sebuah hawa dingin yang keluar dari goa di depannya. Saat ini Lin Tian berada kurang lebih sejauh tiga tombak dari mulut goa, namun dari tempatnya berdiri pemuda ini tidak bisa melihat apapun kecuali kegelapan di dalam goa tersebut.
"Glekk" Tanpa sadar Lin Tian menelan ludahnya dengan susah payah.
Diam-diam dia merasa takut dan ngeri juga untuk memasuki goa misterius itu. Akan tetapi rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya yang membuat Lin Tian terus melangkah maju memasuki goa tersebut.
Satu langkah, dua langkah, tiga langkah....
Sampai lima langkah kemudian tidak terjadi hal aneh padanya, selama itu pula, setiap kali melangkah Lin Tian selalu menyempatkan diri untuk menengok kebelakang, takut jika seandainya pintu goa itu tiba-tiba tertutup dan dia akan terjebak didalamnya. Sungguh pemikiran yang konyol dan tidak masuk akal, Lin Tian pun juga tidak paham dengan dirinya sendiri yang tiba-tiba bisa berpikir demikian.
Enam langkah, tujuh langkah, delapan langkah dan...
"Srraaakkk!! Adduuuhh!!"
Lin Tian tiba-tiba terpeleset entah karena apa dan dirinya menggelinding ke bawah seperti jatuh ke dalam sebuah jurang yang dalam. Bodohnya lagi mungkin karena saking takut dan paniknya, Lin Tian bukannya menyalurkan tenaga dalam untuk melindungi tubuh, tetapi malah berteriak histeris sambil terus menggelinding.
"Wwaaaaarrrgghh!! Aduh...aduh...aaddduuuhhh!!". Teriak Lin Tian heboh karena tubuhnya terus bertubrukan dengan batu-batu keras di dalam goa.
"Bruuuuukkk".
Akhirnya dia sampai juga di dasar 'jurang' itu. Lin Tian merasa kepalanya sangat pening seperti telah dihantam oleh sebuah palu raksasa.
Dia lalu bangkit dan melihat sekitar, seketika sakit di kepalanya menghilang dan mendadak Lin Tian melongo dengan muka seperti orang bodoh setelah melihat pemandangan didepannya kali ini.
Terlihat di tempanya saat ini sungguh jauh berbeda dengan mulut goa yang serba gelap tadi. Saat ini suasana di sekitar Lin Tian menjadi terang benderang, pemuda ini terheran-heran sampai memukul keras pipinya, dan hasilnya sakit, yang menandakan saat ini dia sedang tidak bermimpi.
Cahaya itu kiranya berasal dari sebuah kristal-kristal yang menancap di langit-langit dan dasar goa. Selain mengeluarkan cahaya, kristal itu juga mengeluarkan hawa yang sangat dingin.
Melihat semua ini, Lin Tian hanya mampu berdecak kagum memandangi semua keindahan alamiah yang terpampang di depan matanya.
"Wow..." Gumam Lin Tian yang masih terus memutar kepalanya memandang ke sekitar.
"Duuk.." Tanpa sadar punggung Lin Tian menabrak salah satu kristal dibelakangnya. Ia lalu berbalik dan melihat didepannya saat ini terdapat sebuah kristal setinggi dadanya dengan diameter kurang lebih sebesar paha orang dewasa.
Lin Tian kemudian menyentuh kristal itu perlahan. Dingin, itulah yang pertama kali dirasakan olehnya. Lalu Lin Tian mencoba mengetuk-ngetuk kristal tersebut. Keras dan padat. Setelah itu Lin Tian mencoba untuk memukul kristal itu.
"Buukk!!"
Lin Tian membolatkan kedua matanya kaget, seandainya yang ia pukul tadi hanyalah batu biasa seharusnya sudah hancur berkeping-keping. Akan tetapi kristal ini, jangankan hancur, lecet pun tidak sama sekali.
Kemudian Lin Tian mencoba memukul kembali, kali ini ia memukul dengan mengerahkan tenaga dalam sepenuhnya. Dan hasilnya....
"Buuukkk!!"
Membuat Lin Tian kecewa, batu itu masih sama seperti tadi, tanpa lecet sedikitpun oleh pukulan Lin Tian. Namun tiba-tiba Lin Tian tersenyum lebar sambil memandangi kristal itu. Sangat cocok!! pikirnya.
Apa yang sangat cocok? Sebenarnya pedang Lin Tian yang terakhir kali sudah sangat tumpul dan tidak nyaman untuk digunakan, jika seandainya ia mampu membuat sebuah pedang baru dengan bahan kristal ini, bukan hanya bilahnya yang akan berhawa dingin sama dengan tenaga dalamnya tapi juga nantinya pedang itu pasti akan menjadi sebuah pusaka yang sangat hebat. Begitulah pikirnya.
Namun yang membuatnya bingung kali ini, bagaimana cara mengambil kristal tersebut? Dipukul dengan pengerahan tenaga dalam sepenuhnya saja masih tidak berefek, apalagi jika memotongnya dengan pedang yang sudah jadi rongsokan itu? Sungguh tidak mungkin!!.
Lin Tian lalu berjalan mondar-mandir untuk mencari sebuah solusi yang cocok untuk digunakan dalam situasi saat ini. Tapi setelah beberapa jam, Lin Tian sama sekali tidak menemukan solusi apa-apa untuk membawa kristal itu.
Akhirnya dia memilih duduk bersila di depan kristal tersebut. Dahinya berkerut tanda dia sedang berpikir keras.
Dipukul biasa tidak bisa, dipukul menggunakan tenaga dalam pun masih juga percuma, apa mungkin harus dicabut dari tempatnya??. Tunggu diacabut....??.
Tiba-tiba Lin Tian melompat berdiri dan tersenyum sumringah. "Ya!! itu dia, hanya dengan dicabutlah aku bisa membawa kristal ini." Pikir Lin Tian.
Secepat kilat Lin Tian lalu memukul-mukul dasar goa yang berada di sekitar kristal untuk menggalinya. Setelah beberapa menit ia akhirnya melihat ujung kristal yang menancap di dalam tanah dasar goa. Untung bagi Lin Tian bahwa kristal itu menancap di dalam tanah kurang lebih hanya tiga puluh sentimeter, sehingga tidak memakan waktu terlalu lama untuk menggali.
Tanpa ragu-ragu lagi, Lin Tian memeluk kristal itu dan mengerahkan tenaga dalamnya. Sejurus kemudian ia menariknya dengan sekuat tenaga dengan tujuan mencabut kristal tersebut.
"Hiiaaaaaa....!!" Teriak Lin Tian disela-sela tarikannya.
"Crookkk...!!"
Akhrinya kristal berhasil tercabut dari tempatnya. Karena Lin Tian terlalu keras saat mengerahkan tenaga untuk menarik, akibatnya setelah kristal itu tercabut daya tariknya masih tersisa dan membuat Lin Tian jatuh kebelakang tertimpa kristal itu.
"Aduuhh!!!". Terdengar suara Lin Tian mengaduh kesakitan. Ia lalu mendorongkan kedua tangannya mengangkat kristal itu dan bangkit duduk.
"Hahahah....hebat!! Sungguh tak sia-sia perjuanganku untuk datang ketempat ini." Ucap Lin Tian sambil tertawa menggelegar yang menimbulkan gema di goa tersebut.
Kemudian Lin Tian bangkit berdiri sambil memikul kristal tersebut. Ternyata tak jauh di depannya terdapat sebuah lorong lain yang juga sangat gelap seperti di pintu goa. Lin Tian nampak ragu-ragu, takut jika kejadian yang sama akan terulang kembali, tetapi karena tidak ada lagi jalan yang bisa ia lewati di tempat ini, di tambah dirinya tak tahu di mana arah jalan keluar, akhirnya Lin Tian memasuki lorong gelap itu berharap memang itulah jalan keluarnya.
*******
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Lin Tian melihat seberkas cahaya di ujung lorong. Langsung saja ia percepat langkahnya berharap bahwa cahaya itu adalah sinar matahari.
"Hah....hah...". Ternyata harapan Lin Tian terwujud. Cahaya itu memang benar berasal dari sinar matahari pagi yang menyinari seluruh lereng gunung itu. Memang jalan keluar ini ternyata langsung menembus ke lereng gunung yang berjarak kurang lebih sejauh tiga ratus meter dari puncak.
Lega hati Lin Tian dapat keluar dari tempat aneh itu. Lin Tian juga merasa sangat senang karena setelah dengan nekat memasuki goa misterius itu, dia keluar membawa sebuah barang yang sangat berharga yaitu sebuah kristal dipikulannya ini.
Sebelum pergi meninggalkan tempat itu, pemuda ini menengok sebentar kearah puncak. Lin Tian sebenarnya masih merasa heran dengan semua yang telah ia alami di puncak ini, akan tetapi diam-diam dia juga sangat berterimakasih dengan puncak ini yang telah membuatnya menjadi jauh lebih kuat. Kemudian ia menurunkan kristal itu sejenak untuk membungkukkan badan memberi hormat kepada puncak itu sambil berucap lirih.
"Terima kasih banyak."
|•BERSAMBUNG•|