Jingga yang sedang patah hati karena di selingkuhi kekasihnya, menerima tantangan dari Mela sahabatnya. Mela memintanya untuk menikahi kakak sepupunya, yang seorang jomblo akut. Padahal sepupu Mela itu memiliki tampang yang lumayan ganteng, mirip dengan aktor top tanah air.
Bara Aditya memang cakep, tapi sayangnya terlalu dingin pada lawan jenis. Bukan tanpa sebab dia berkelakuan demikian, tapi demi menutupi hubungan yang tak biasa dengan sepupunya Mela.
Bara dan Mela adalah sepasang kekasih, tetapi hubungan mereka di tentang oleh keluarganya. Mereka sepakat mencari wanita, yang bersedia menjadi tameng keduanya. Pilihan jatuh pada Jingga, sahabat Mela sendiri.
Pada awalnya Bara menolak keras usulan kekasihnya, tetapi begitu bertemu dengan Jingga akhirnya dia setuju.
Yuk, ikuti terus keseruan kisah Jingga dan Bara dalam membina rumah tangga. Apakah rencana Mela berhasil, untuk melakukan affair dengan sepupunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 : Menikahi Bos
Hari yang di tunggu telah tiba, waktu yang di berikan oleh Bara selama satu minggu dengan cepat berakhir. walau pada awalnya Jingga menolak, tetapi Mela mampu meyakinkan. Dan di sinilah kini, ia sedang di rias oleh seorang MUA profesional yang biasa merias para artis. Dengan di dampingi oleh Mela juga Tante Soraya, kegugupan yang melanda perlahan-lahan mulai menghilang.
Pada awalnya Jingga berharap pernikahan mereka hanya untuk kalangan keluarga saja, tetapi Bara menginginkan pesta pernikahan yang megah. Tidak kekurangan akal, Jingga membatalkan rencana sang bos satu hari sebelum ijab kabul. Jadi pesta tetap berlangsung, tapi bukan di hotel melainkan di sebuah villa milik keluarga Bara.
Begitu perias pengantin telah selesai dengan tugasnya, Tante Soraya tersenyum bahagia. Ia seperti melihat sang kakak, hadir dalam wujud Jingga. Di pelukannya tubuh ramping dengan kebaya putih tulang itu, penuh suka cita.
"Kamu terlihat cantik, sayang" ucap Tante Soraya, sambil memandangi sang keponakan dengan mata berembun. "Mirip dengan ibu mu, sewaktu masih hidup" lanjutnya sendu.
"Tante juga cantik. Jangan nangis dong, nanti dandanannya jadi berantakan" hibur Jingga, mencoba mengalihkan kesedihan.
"Enggak kok, Tante cuma kelilipan" ucap Tante Soraya, berdusta. Ia segera mengurai pelukannya pada Jingga, dan mengusap matanya sekilas.
"Ish, Tante ku memang pandai berakting" canda Jingga pada akhirnya.
"Udahlah Jingga, Tante Soraya memang menangis tapi tangis bahagia" tambah Mela. "Benarkan, Tante!?" lanjutnya, sembari melirik wanita paruh baya yang tengah berdiri berdampingan dengan sang pengantin.
"Ya tentu saja, siapa sih yang gak bahagia? menyaksikan putrinya akan menikah" tutur Tante Soraya meng-iyakan.
"Tuh denger Jingga, kamu harus bahagia. Karena bahagianya orang tua, ketika melepaskan anak perempuannya menuju pelaminan."
"Sahabat gue ternyata bisa berkata bijak juga, ya!" ujar Jingga. "Tapi pernikahan ini gak akan terwujud, tanpa campur tangan lo."
"Santai aja kali!"
"Tok! Tok! Tok!" terdengar ketukan di daun pintu. Mereka semua tampak saling berpandangan.
"Siapa ya?" tanya Mela, sambil membukanya. "Oh kamu!? Mau ngapain."
"Bolehkah aku bicara dengan calon istri ku?" tanya suara dalam milik Bara.
"Enggak boleh!" ucap Mela ketus.
"Sebentar saja, ada yang harus aku bicarakan" ucap Bara memaksa. Ia mendorong pelan tubuh Mela, yang menghalanginya.
"Ayok...kita keluar dulu" Tante Soraya menarik lengan Mela, untuk diajaknya meninggalkan ruangan ganti.
Sebelum keluar mata mereka berdua saling bersirobok, ada tanya menggelayuti dalam hati Mela. Timbul prasangka buruk dalam benaknya, tapi....ya sudahlah! Mela menyerahkan segala sesuatunya pada sepupu tercintanya, demi tercapainya tujuan mereka.
Bara memandangi Mela yang berjalan menjauh bersama Tante Soraya, lalu tatapannya beralih pada Jingga. Perempuan dengan tubuh mungil itu, sedang duduk di kursi rias.
Untuk sesaat, Bara terpesona dengan penampilan calon istrinya. Mereka saling menatap lewat cermin, kemudian memalingkan wajah secara bersamaan.
"Ada apa bapak datang kemari? Bukankah, kita belum boleh bertemu?" tanya Jingga.
"Saya hanya ingin memastikan, kalo kamu gak berubah pikiran" jawab Bara enteng.
"Sebenarnya saya berharap Mela akan menghentikan pernikahan ini, dan menggantikannya dengan dirinya sendiri."
"Jangan konyol, saya sudah mempersiapkan segalanya supaya berjalan lancar. Saya hanya ingin membuat Mela berpaling, dan menemukan tambatan hatinya."
"Perempuan kadang pandai menyimpan rasa cintanya, membiarkan bersemi di sudut hatinya yang paling dalam. Mela ingin saya yang menjadi pengganti dirinya, tapi mana ada perempuan yang rela mengorbankan kebahagiaannya?"
"Oleh sebab itu, marilah kita saling bekerjasama. Saya ingin mengakhiri hubungan dengan Mela, demi kebaikan bersama."
"Apakah kalian mampu saling mengabaikan?" tanya Jingga lagi.
"Saya harus bisa!" tekad Bara tegas.
"Oke! Saya pegang ucapan bapak."
"Kalo saya ingkar, kamu bisa minta apa yang saja yang dibutuhkan" ucap Bara meyakinkan. "Sekarang bersiap-siaplah, penghulu sudah datang dan keluarga besar saya juga telah hadir semuanya."
"Bapak keluar aja dulu, nanti saya Menyusul" balas Jingga.
Tanpa memandang lagi Jingga, pria dengan perawakan tinggi besar itu melenggang pergi. Sosoknya yang gagah memang pantas menjadi idaman setiap wanita, tapi sayang hatinya telah tertambat pada sepupunya. Mampukah Jingga melepaskan bayang-bayang Mela, dipikiran Bara? Atau bisakah ia menyembuhkan luka hatinya? Karena penghianatan Randy, dengan menerima pinangan dari bosnya.
... ****...
"Saya terima nikah dan kawinnya Jingga permata Dewi binti almarhum Harsono, dengan mas kawin 50 gram emas dan seperangkat alat sholat di bayar tunai" dengan suara lantang dan dalam satu tarikan napas, Bara mengucapkan ijab kabul di saksikan oleh penghulu juga wali hakim Jingga dan keluarga besar Bara.
"Bagaimana saksi, sah?" tanya penghulu pada para saksi, yang menyaksikan ijab kabul tersebut.
"Sah!"
"Sah!"
"Sah!"
Serempak mereka menjawab pertanyaan penghulu, secara bersamaan. Lalu setelahnya, ditutup dengan ucapan hamdalah.
Bara memasangkan cincin kawin di jari manis istrinya, lalu di ikuti Jingga melakukan hal yang sama. Mencium tangan sang suami dengan takjim, dan giliran Bara membacakan doa pengantin lantas melabuhkan kecupannya di kening Jingga agak lama.
Tante Soraya memeluk Jingga penuh haru, melepaskan keponakannya pada lelaki yang kini menjadi suaminya.
"Selamat ya sayang, doa Tante selalu menyertaimu." ucapnya lembut. "Patuhilah suami mu, hormatilah dia karena kini ia menjadi tempat mu berbagi dan berkeluh kesah serta tempat ternyaman untuk pulang."
"Makasih, Tan" balas Jingga dengan mata yang mulai berkabut.
"Dan untuk kamu Bara, tolong bimbing keponakan saya ini" lanjutnya beralih menatap suami keponakannya. "Jangan terlampau keras padanya, jika kiranya kamu sudah tidak mencintainya lagi, tolong kembalikan pada saya."
"Saya akan menjaga Jingga dengan sepenuh hati, memberikannya kasih sayang dan memanjakannya" tutur Bara. "Percaya sama saya Tan, tak sedikit pun saya ingin mengakhiri pernikahan ini." janjinya penuh kepastian.
"Saya percaya sama kamu, dan tentunya sebagai seorang ksatria sejati akan menepati janjinya."
"Saya bukan ksatria Tante, tapi seorang suami yang mencintai istrinya" ujar Bara merendah.
Jingga yang mendengar percakapan Tante Soraya dan Bara, mencibir dalam hati. Janji yang di ucapkan lelaki yang kini jadi suaminya, hanyalah pemanis di bibir. Bulshit banget!
Pesta untuk merayakan pernikahan Jingga dengan Bara di adakan di luar villa, semacam pesta kebun. Tamu-tamu yang di undang hanya kerabat dekat, juga beberapa kolega bisnis Bara.
Orang tua Bara langsung pulang, begitu mendengar putranya akan menikah. Mereka sangat bahagia dengan pilihan Bara, dan langsung memberi restu pada Jingga. Bahkan mommy Bara menghadiahi kalung peninggalan neneknya, sebagai pertanda penerimaannya.
Jingga bahagia mendapat banyak kasih sayang dan cinta, dari orang-orang di sekitarnya. Hanya hatinya agak sedih melihat sahabatnya Mela, terlihat murung sejak kehadiran orang tua Bara. Ia berdiri agak menjauh dari pelaminan, memegang segelas cocktail ditangan dan menatap Bara dengan tatapan terluka.
'Tuhan berdosa kah aku?' keluh Jingga pilu.
^^^ ****^^^
Lanjut Ka Author jangan patah semangat..
Lanjut ka n ttp semangat 💪
kasian Jingga dah di hianati pacar sekarang suami'y
Lanjut Ka Author ttp semangat 💪
I like❤👍
menurut aku nie novel sangat bagus... aku suka tokoh Jingga yg tegas tak banyak drama kumenangis membayangkan...🤣ini mah berbeda tak sperti kbanyakan novel" lain yang hobi mainkan air mata..
Semangat Ka author moga success🏆💪
Sama Laki'y jga kaya punya rencana tidak baik..
Lanjut ka....
Lanjut ka Author ttp semangat