Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #12
Keesokan paginya.
Abi masih berada di kota S, dia belum melakukan kesepakatan karena Denis akan membaca dengan teliti kontrak kerja sesama perusahaan mereka. Abi mendapatkan sebuah pesan yang bertuliskan jika seseorang bernama Anhar sedang ada di taman kota. Abi memerintahkan kepada orang suruhannya agar menangkap pria bernama Anhar tersebut dan anak buah Abi pun setuju.
Anak buah Abi sedang ada di taman, mereka heran karena ketika melihat hanya ada anak kecil berusia sekitar lima tahun sedang duduk di sebuah bangku, anak itu terlihat bermain ponsel.
"Tidak ada siapapun, apa kita ditipu oleh pria itu?" salah satu anak buah Abi menjadi bingung.
Mereka kembali mengakses nomor ponsel milik pria bernama Anhar yang sudah berani membobol data perusahaan ANS GROUP. Ketika mereka mendapat sinyal, keduanya terkejut karena sinyal mereka tertuju pada anak itu.
"Apa mungkin—?"
Keduanya saling pandang, mereka melangkah mencoba mendekati Al tetapi seorang wanita tua sudah terlebih dahulu menghampiri Al.
"Cicit Oma, lihat Oma bawa apa untuk kamu?" Oma Asna menunjukkan dua es krim yang ada di tangannya.
"Es krim!" sorak Al dengan riang dan Oma memberikan es krim Cornetto itu kepada Al.
Al langsung membukanya dan melahap es krim tersebut.
Kedua pria itu dengan perlahan mendekati bangku Al dan Oma, mereka dengan cepat membungkam mulut Oma menggunakan sapu tangan yang sudah di beri bius.
Oma tergeletak pingsan dan kedua pria itu membekap mulut Al lalu membawa Al ke dalam mobil mereka.
Mobil pun melaju pergi meninggalkan area taman.
Al mengerutkan dahi saat kedua pria itu membawanya pergi.
"Kenapa kalian menyakiti Omaku?" Al berbicara tanpa rasa takut.
Kedua pria itu hanya tersenyum tipis. "Kamu tidak takut dengan kami?"
Al menggeleng dengan cepat. "Untuk apa aku takut dengan kalian? Aku saja heran apa sebenarnya motif kalian menculik aku seperti ini."
Kedua pria itu hanya saling tatap karena heran dengan jawaban tegas Al, pria yang menyetir mobil langsung menancap gas agar segera sampai ke apartemen milik Abi.
Dua puluh menit kemudian.
Kedua pria tersebut membawa Al masuk ke dalam apartemen milik Abi.
Abi pun tersenyum senang akan kedatangan anak buahnya tetapi senyum itu perlahan surut ketika Abi melihat siapa yang anak buahnya bawa.
"Apa-apaan kalian ini?" Abi membentak anak buahnya dengan kencang.
Kedua pria itu hanya bingung dengan pertanyaan Abi.
"Bos, dia ini adalah orang yang kita cari."
Bugh!
Plak!
Abi memukul serta menampar anak buahnya.
"Apa kalian buta? Dia itu hanya anak kecil dan saya juga mengenalnya!" teriaknya emosi karena merasa jika anak buahnya sangat ceroboh.
Kedua pria itu hanya saling lirik dan memegangi wajah mereka yang sakit akibat tamparan Abi.
"PERGI! DASAR TIDAK BECUS!" bentak Abi mengusir para suruhannya.
Kedua pria itu keluar dari apartemen milik Abi dan mereka heran dengan hal yang sangat sulit di pahami ini.
"Saat pencarian tadi aksesnya tertuju pada anak itu, sangat tepat malah. Tetapi bagaimana mungkin pembobolan data perusahaan dilakukan oleh anak ingusan itu?" salah satu pria berbadan tegap dan memakai anting bingung.
"Entahlah, mungkin kita salah nomor ponsel. Ayo, kita pergi dan mencari info lagi agar Bos tidak marah dengan kita." sambung sang teman dan mereka pergi dari apartemen itu.
Di dalam apartemen.
Abi menatap Al dengan lekat, wajah itu sangat mirip dengannya mulai dari manik mata, bibir, bentuk alis dan hidung. Abi seperti kembali ke masa kecil ketika melihat wajah Al yang sangat mirip dengannya.
"Al, apa kamu baik-baik saja? Apa mereka melakukan sesuatu padamu?" Abi bertanya dengan lembut.
Al hanya diam sambil terus menatap Abi yang sudah mensejajarkan tubuhnya dengan dia.
"Akulah yang melakukan semua ini."
Abi terdiam, dia mencoba mencerna ucapan Alvarendra.
"Apa maksud kamu?"
"Ya, Pak. Aku sudah melakukan pembobolan data-data di perusahaanmu tetapi aku hanya menyimpannya dan tidak akan membeberkan pada siapapun."
Abi terkekeh pelan karena merasa jika ucapan Al hanyalah gurauan.
"Kamu bergurau?"
"Tidak! Aku memang pelakunya." Al berkata dengan tegas dan datar.
Senyuman Abi hilang begitu saja, dia berdiri dan berjalan duduk ke sofa.
"Apa saya harus mempercayai ucapan anak kecil sepertimu, Al?"
Al mendekati Abi dan memperlihatkan ponselnya.
"Ini, data milik Bapak aku copy di handphone ini juga. Aku memiliki tujuan tersendiri dalam melakukan hal ini."
Abi mengerutkan dahi. "Apa kamu memiliki dendam dengan saya?"
Abi pun percaya dengan ucapan Al karena dia melihat bukti langsungnya dari ponsel milik Al.
"Aku sedang mencari Ayah kandungku."
Deg!
Jantung Abi berdetak lemah saat mendengar ucapan Al ini.
"A—ayah?"
Al mengangguk. "Mama sudah melarang agar aku tidak mencari tahu tentang Ayah kandungku tetapi rasa penasaranku lebih besar hingga aku mengabaikan ucapan Mama. Jika Mama tahu, mungkin saja dia pasti akan marah besar padaku." lanjutnya sambil tertunduk lesu.
Abi tidak tega melihat Al, dia mengelus pundak Al dan memberikan senyum. "Lalu untuk apa kamu membobol data perusahaan milik saya?"
"Aku merasa jika Bapak adalah Ayah kandungku, entah mengapa feelingku sangat kuat hingga aku memiliki ide untuk bertemu langsung dengan Bapak. Aku waktu itu melihat televisi dan wajah Bapak muncul di layar televisi lalu aku merasa jika wajah kita sangatlah mirip."
Abi tidak menyangka jika Al memiliki firasat sama sepertinya, Abi menduga-duga apakah Anaya adalah gadis yang tidak sengaja dia lecehkan lima tahun lalu?.
"Kamu jangan asal menduga, Al. Saya sebenarnya heran, diusiamu yang baru menginjak lima tahun kamu sudah memiliki sikap dewasa seperti ini. Kamu benar-benar anak genius, tidak seperti anak-anak lain pada umumnya."
Al hanya tersenyum.
Sebuah ide terlintas di benak Abi, dia langsung mencari cara agar Al mau melakukan tes DNA.
"Jika kamu merasa kalau saya adalah Ayah kamu, maka kita bisa melakukan tes DNA."
Al terdiam. "Apa saja syaratnya?"
"Saya hanya perlu membawa kamu ke rumah sakit dan kita akan melakukan tes DNA disana, untuk persyaratan paling hanya rambut atau darah."
Al mengangguk dengan cepat karena dia sangat penasaran akan feelingnya saat ini.
"Kita akan pergi sekarang setelah itu saya akan mengantarkan kamu pulang. Kamu bisa menuliskan nomor ponselmu di handphone saya dan setelah hasil tes DNA keluar maka saya akan mengabari kamu."
Al lagi-lagi mengangguk, dia mengetik nomornya di ponsel milik Abi.
'Aku berharap akan segera menemukan Ayah kandungku.' batin Al berdoa karena dia sangat ingin tahu rupa Ayah kandungnya meksipun selama ini Al tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang dari Ayah ataupun Mama.
•
•
**TBC