Warning.!!! 21+
Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.
Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.
Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??
Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Di luar jendela sejauh mata memandang di suguhkan dengan sebuah taman kecil dengan air mancur bergemericik yang menambah kesan romantis.
Kedua tangan kokoh melingkar membelit pinggang ramping Wanita itu dengan posesif. Merapatkan tubuh, menjatuhkan dagu di pundak kanannya, aroma parfum mahal khas laki-laki menguar masuk di indra penciumannya.
Anin sudah hapal siapa pemilik tubuk tegap di belakangnya.
“Mas. kamu mengagetkanku." sembari memegang kedua tangan kokoh yang melilit pinggangnya.
“Kamu suka?"
“Hu’um … Anin mengangguk, suasananya cantik mas."
“Tidak mengalahkan kecantikanmu."
Hidung mancungnya melesak masuk ke belakang leher jenjang wanita itu.
“Maass… hentikan!" Anin berusaha melepaskan diri.
“Five minutes."
"Aku merindukanmu," bisiknya sambil menghirup aroma tubuh Anin. "Rasanya ini akan menjadi mood booster untukku tiap hari."
"Hah!"
"Apanya?" Anin masih belum mengerti.
"Aroma tubuhmu," Dirga berkata lirih.
"Kryuukkk" … suara perut Anin menandakan minta segera di isi. Sungguh ia merasa malu.
"kamu sudah kelaparan rupanya," Dirga bicara sambil tertawa renyah.
"Ayo, kita makan." Pria itu merangkul pundaknya, mendudukkannya di kursi untuk menikmati makanan.
"Mas yang menyiapkan semuan ini?" Tanya anin
“Bukan."
“Terus?"
"Aku hanya meminta Bayu untuk mereservasi tempat. Aku ingin makan malam bersamamu."
"Ishh… sama saja." Aniin mengerucutkan bibirnya.
"Jangan mengganggu konsentrasiku Sayang."
“Hah!!"
“Konsentrasi?"
Wanita itu masih dengan kebingungannya. Sedangkan Dirga tersenyum penuh arti.
"Kenapa tidak makan di tempat biasa saja? Makan di sini pasti mahal? Anin bertanya.
"Ini makan malam kita yang pertama. Aku ingin yang terbaik." jawab Dirga.
"Jangan berfikir, aku bahkan mampu membeli restoran ini."
Anin terdiam.
"Emm... Apa ini, termasuk makan malam romantis kita?" Anin memajukan wajahnya sedikit ke depan
"Tidak. Akan ada makan malam berikutnya yang lebih romantis dari malam ini."
“Cup." Dirga mengecup bibir Anin.
"Diam lah! Nikmati makanannya, kalau tidak mau aku berbuat lebih!"
Suara gemericik air terdengar merdu. Berdua, mereka menikmati makanan yang di sajikan. Sudah sangat lama bagi Dirga. Ia tidak menikmati makan malam dengan seorang wanita. Sesekali terlihat Dirga menyuapinya wanitanya.
"Mas… sudah, aku sudah kenyang." Anin menutup mulutnya ketika Dirga ingin menyuapinya lagi.
"Sekali lagi, ini yang terakhir."
"Maasss.." dengan wajah cemberut Anin membuka mulutnya.
“Good Girl." Dirga mengusak rambut Anin.
"Isshhh… aku bukan anak kecil lagi!" Anin menjawab dengan bersungut sungut.
"Ya, kamu sudah besar, sudah bisa memuaskanku di ranjang, Sayang." Dirga tergelak tertawa
"Cck.. Jangan menggodaku." pipinya memerah menahan malu.
*
*
Mereka sudah berada dalam mobil menuju rumah Anin, dengan Dirga yang berada di kemudi. Anin duduk dengan tenang di sampingnya. Sambil sesekali ekor matanya melirik Dirga yang sedang fokus dengan jalanan.
Sebenarnya Dirga ingin mengajak Anin pulang ke hotelnya. Tetapi anin menolaknya, dengan alasan kemarin malam ia sudah tidak pulang.
Dengan berat hati Dirga mengijinkannya.
"Kenapa memperhatikanku?" Dirga bertanya walau arah matanya tetap mengarah ke jalanan. Wajahnya nampak serius.
"A-aku… tidak apa-apa." Anin tersenyum sembari mengusap tengkuknya.
"Ishh! … garangnya muncul lagi." Anin membatin.
Malam ini ia terlihat lebih tampan
berkali-kali lipat saat mengemudi. Anin tersenyum sambil mengigit bibir bawahnya. Saat anin masih dengan pikirannya. Tiba-tiba mobil berhenti di sisi jalan yang tidak terlalu ramai. Dirga melepaskan seatbeltnya. Berbalik ke arah wanita itu mendekatkan tubuhnya. Kedua tangannya membingkai wajahnya menatapnya dalam diam.
"Ma-Maasss! Mau apa?"
Anin terkejut di buatnya. Ketika merasakan benda kenyal menempel di bibirnya. Rasa hangat seketika menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Maass."
"Sssttt… diam lah."
Pria itu menciumnya lagi. Menekan tengkuknya agar bisa lebih dalam menciumnya. Lidahnya menerobos masuk mengabsen seluruh rongga. Mencecapnya lama … mel*mat penuh bibir merah yang sedari tadi sudah menggodanya.
"Nghh." suara lenguhan lolos begitu saja dari mulut wanitanya. Mengalungkan kedua tangannya di leher Dirga. Kewarasannya ikut menghilang ketika nafsu keduanya melebur menjadi satu. Seakan tidak perduli mereka sedang berada dimana? Tangannya mulai meraba, meremat gundukan yang masih berada dalam kain penutupnya. Lidahnya dengan lincah menyusuri leher putih itu hingga ke dada. Menelusup masuk ke dalam pakaian, memainkan ujung pucuk yang telah menegang.
Udara di dalam mobil mulai memanas.
Suara decapan dan des*han menggema memenuhi ruang dalam mobil.
Hingga kewarasan seakan menarik kembali kesadaran Wanita itu.. Ia mendorong dadanya. Melepaskan diri dari cengkramannya.
“Cukupp Mas! Kita di jalan." dengan napas yang memburu. Anin segera merapihkan pakaiannya yang berantakan akibat ulah tangan jail pria itu.
Dirga mengeram kesal. Kepalanya menjadi pening. Menarik napas dalam dalam lalu membuangnya.
"Hah!!" menetralkan kembali gejolak yang telah menguasainya. Berharap sesuatu miliknya yang sudah menegang kembali lemas. Bersandar ke headboard kursi. Dirga merapihkan rambut dengan kelima jarinya.
"Maaf, aku tidak bisa mengontrolnya." suara Dirga masih terdengar parau.
"A-aku juga Mas." Anin merasa gugup seraya tersenyum. Hingga menular ke pria di sampingnya. Mereka berdua tertawa menyadari kekonyolannya.
"Tidak lucu rasanya kalau besok pagi tersebar di surat kabar dan media elektronik. Seorang pengusaha sukses pemilik dari perusahaan Wijaya grup berbuat mesum di dalam mobil." cibir Anin sambil tertawa.
Dirga mengapit hidung Anin di antara Ibu jari dan ujung telunjuknya dengan gemas sambil menggoyangkannya.
"Puas kamu ya! melihat kepalaku pening. Besok kamu harus menggantinya dobel!"
Anin menelan ludahnya, tanda alarm dalam tubuhnya mulai menyala.
Mobil kembali melaju ke jalan raya.
Dirga mengemudi dengan kecepatan sedang hingga beberapa kilometer mobil mewah berwarna hitam itu telah sampai di pekarangan rumah.
Sejenak Dirga tertegun memandang rumah sederhana di hadapannya.
****
Bersambung❤️
karna saya sadar diri..
saya ga bisa nulis cerpen..
hee