" Mau gimanapun kamu istriku Jea," ucap Leandra
Seorang gadis berusia 22 tahun itu hanya bisa memberengut. Ucapan yang terdengar asal dan mengandung rasa kesal itu memang sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Jeanica Anisffa Reswoyo, saat ini dirinya sudah berstatus sebagai istri. Dan suaminya adalah dosen dimana tempatnya berkuliah.
Meksipun begitu, tidak ada satu orang pun yang tahu dengan status mereka.
Jadi bagaimana Jea bisa menjadi istri rahasia dari sang dosen?
Lalu bagaimana lika-liku pernikahan rahasia yang dijalani Jea dan dosennya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Rahasia 22
" Assalamu'alaikum Jea?"
" Wa'alikumsalam, lho kok tumben Abang udah pulang jam segini."
Jea sedikit terkejut melihat suaminya yang sudah pulang. Terlebih ini baru pukul 03.00 sore. Biasanya Lean akan kembali ke rumah paling cepat magrib.
" Aku ngerasa capek banget Jea, jadi hari ini pengen pulang cepet aja. Ah iya Jea, bahan makanan di kulkas abis kan, beberapa keperluan rumah juga abis. Belanja ke market yuk."
Jea mengangguk cepat, dia juga sedang dalam mood yang kurang bagus karena Varlie tadi. Maka dari itu jalan keluar adalah salah satu pilihan yang bagus. Jadi sangat kebetulan sekali. Keduanya juga seolah saling mengerti bahwa masing-masing dari mereka membutuhkan waktu istirahat semacam ini. Me time atau quality time, pokoknya itu yang saat ini diperlukan oleh mereka.
Lean membawa mobilnya menuju ke market, dia mencari yang sedikit jauh dari apartemen karena sekalian ingin jalan-jalan. Dan tentu saja ada maksud lain yakni agar tidak ada orang yang mengenali. Meskipun itu mustahil sepertinya.
Di dalam market baik Lean maupun Jea mengenakan masker, mereka benar-benar terlihat seperti pasangan yang romantis. Beberapa orang bahkan melihat ke arah mereka berdua, karena interaksi yang mereka lakukan.
" Apa udah cukup Jea?"
" Udah Bang, itu yang Abang pilih untuk makan beberapa hari ke depan kan? Dan aku juga cukup suka itu."
Lean mengangguk cepat, sebenarnya apa yang dia ambil itu juga karena mempertimbangkan Jea. Selama tinggal bersama, Lean memerhatikan apa saja makanan yang disukai Jea. Dan sebenarnya selera makan mereka sama yakni tidak terlalu pilih-pilih makanan sehingga membeli apapun akan menjadi tidak masalah.
" Fhuaaah, akhirnya," ucap Lean lega. Dia melepaskan masker yang sedari tadi dipakainya. Awalnya Jea ingin protes tapi Lean beralasan bahwa mereka akan masuk ke dalam mobil jadi tidak akan jadi masalah.
Tapi agaknya ungkapan itu salah sepenuhnya. Lean dan Jea yang baru saja masuk mobil itu tertangkap mata oleh dua orang lainnya. Mereka adalah Zara dan Irene. Ya, saat berhenti sejenak karena macet Zara melihat mobil Lean, dan ia semakin yakin bahwa pria yang baru saja memasukkan beberapa barang ke garasi itu adalah sang adik.
Zara mengerutkan alisnya dan Irene pun begitu. " Itu Jea Mbak Za, temen yang aku ceritakan ke Mbak."
" Jea, Jeanica aaah iya aku baru inget. Itu adalah gadis yang ada di kantor Lean waktu itu. Papa pernah pergoki mereka berdua. Jadi gimana kalau kita ikuti mereka bentaran Mbak Ya."
Irene tentu setuju dnegan ide sepupunya tersebut. Ia juga penasaran ada hubungan apa antara Jea dan Lean. Pasalnya di kampus sama sekali tidak ada kabar tentang hal tersebut.
Jika benar Jea dan Lean berhubungan maka pasti kampus akan heboh. Semua orang tahu bagaimana Lean dalam bersikap. Tapi ini apa, tidak ada hal yang menyebutkan nama mereka berdua.
" Jarak aman aja Mbak Za, takutnya ketahuan."
" Iya tahu kok."
Sudah hampir 15 menit mereka mengikuti mobil Lean, tapi belum ada tanda-tanda mobil itu akan berhenti. Tapi Zara tidak akan menyerah sampai di situ, dia harus bisa tahu kemana tujuan dari sang adik.
" Mbak Za, itu bukannya gedung apartemen ya."
" Ya bener itu gedung apartemen, dan Lean punya satu unit disana."
" Apa?"
Hanya sampai disitu saja Zara dan Irene mengikuti Lean. Mereka tidak mungkin ikut masuk ke dalam karena Zara harus segera ke rumah sakit. Dia bahkan sudah menggunakan sedikit waktunya untuk mengikuti Lean.
" Mbah Ya, aku mau minta tolong coba tanya ke temen Mbak itu apa dia punya pacar. Itu akan jadi jawaban atau Lean sama dia punya hubungan. Tapi nanyanya jangan frontal ya."
" Iya Mbak Za aku juga tahu kok."
Setelah menurunkan Irene di lingkungan rumahnya, Zara segera pergi ke rumah sakit. Namun selama di jalan kepalanya tidak sedikitpun lepas memikirkan Lean dan gadis yang bersamanya tadi.
Melihat cara Lean tersenyum, meskipun samar jelas sekali adiknya itu sedang merasakan indahnya cinta. Dan ini belum pernah Zara lihat selama ini.
Sesampainya di parkiran rumah sakit, lebih dulu Zara mengambil ponsel lalu mengirimkan sesuatu kepada kedua orangtuanya. Itu adalah foto, ya dia tadi berhasil mengambil foto Lean dan Jea meskipun dari kejauhan.
" Lean, apa kamu bener-bener nyembunyiin anak orang di apartemen mu itu," ucap Zara dengan membuang nafasnya. Ia sungguh merasa tidak tenang dengan kelakuan adiknya yang memang akhir-akhir ini sedikit diluar kebiasaan.
" Haah aku harap kamu nggak macem-macem Lean. Aku harap kamu nggak nyalahin norma."
Zara keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya untuk memasuki gedung rumah sakit, maka dia harus meninggalkan semua urusan pribadinya dan mulai fokus untuk bekerja. Banyak pasien yang sudah menunggu Zara, dan ia akan kembali membahas masalah Lean ketika sudah kembali ke rumah nantinya.
Sedangkan saat ini orang yang sedang diresahkan oleh Zara tengah menikmati perannya sebagai suami dan partner hidup. Ya Lean sedang membantu Jea menata barang-barang yang baru saja mereka beli. Tepatnya mereka tengah membagi tugas, dan Jea saat ini sedang memasak untuk makan malam.
" Selesai, Jea ada lagi yang bisa ku bantu?"
" Ehmmm ada sih Bang."
" Katakan apa yang harus ku lakukan."
" Tugas dari Abang tuh tadi belum ku apa-apain."
Pletak
Lean menyentil kening Jea. Tentu saja itu permintaan bantuan yang tidak akan pernah dia lakukan sama sekali. Karena sebagai dosen dia tidak akan melakukan perbuatan curang mengerjakan tugasnya sendiri meskipun itu adalah untuk istrinya.
" Jangan aneh-aneh, kalau kamu nggak ngerjain ya nilai tugasmu kosong nanti."
" Iya iya, tahu kok. Aku cuma bercanda."
Jea terkekeh geli, dan Lean suka melihatnya seperti itu. Tanpa saat ini disadari oleh Lean bahwa akan ada hal yang mengejutkan terjadi setelah ini. Hal yang akan membuatnya mungkin harus memikirkan seribu cara untuk berkelit.
TBC
Maaf ya manteman, pertanyaan kalian soal retensi aku nggak bisa jawab dengan jelas. Karena aku juga nggak tahu gimana cara perhitungan retensi itu. Tapi katanya itu melibatkan peran aktif pembaca. Yakni, tidak menumpuk bab, tidak menabung bab, tidak loncat dan tidak berhenti di tengah jalan.
Tapi tapi, aku juga nggak bisa mewajibkan readers harus baca buru-buru karena setiap orang punya kesibukan yang nggak hanya baca novel aja. Jadi ya aku pasrah wae lah heheh. Aku yakin readers ku yang kucintai pasti udah dukung aku pol"an.
Mungkin saja ada pembaca satu atau dua orang dari ratusan pembaca yang stop alias drop baca karyaku. Dan aku juga nggak mempermasalahkan itu. Karena orang punya selera. Jadi ya udah happy aja.
Kalian tahu betul berapa banyak karya ku yang udah gagal. Dan aku kadang bangga ma diriku sendiri ya bisa bertahan sampai detik ini.
ONCE AGAIN, VERY THANK YOU FOR MY ALL READERS. THANKS FOR YOUR SUPPORT.