Menikah adalah suatu keinginan setiap orang tapi apa yang terjadi jika menikah dengan orang yang tidak di kenal.
Itulah yang kini dialami oleh seorang gadis bernama Adhiba Noora Yasmin.
Gadis berusia 18 tahun baru saja masuk kuliah semester pertama itu pun terpaksa menikah atas permintaan Ayahnya yang kini sedang sakit parah.
Tanpa di duga itu adalah permintaan terakhir sang Ayah karena setelah acara ijab kabul selesai sang Ayah pun menghembuskan napas terakhirnya membuat nya hatinya terpukul.
Kesedihan pun menyelimuti hatinya.
Apa yang harus dia lakukan nya sekarang?
Lalu apakah suami yang tidak di kenalnya itu akan menerimanya sebagai seorang istri ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Airina Nu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Emir pun menutup jendela kamar nya setelah waktu sudah berganti sore.Dengan langkah malas dia pun bergegas menuju ke lemari pakaian nya untuk berganti pakaian untuk sholat.
Setelah selesai dia pun langsung keluar dari kamarnya karena akan pergi ke Masjid untuk sholat Maghrib berjamaah.
Saat turun sampai di lantai satu asistennya sudah menunggu nya dengan pakaian koko dan juga peci di kepala nya.
"Tuan".sapa nya
" Hem.Kita berangkat sekarang ".ucapnya sambil berjalan ke arah pintu keluar dan asistennya pun ikut berjalan di belakang nya.
Keduanya pun berjalan menuju ke Masjid yang tidak jauh dari tempat tinggalnya sekarang.Sepanjang perjalanan keduanya menjadi pusat perhatian warga sekitar karena penampilan keduanya yang berbeda dari warga sekitar.
Setelah selesai sholat keduanya pun kembali ke rumah tapi sebelum masuk ke dalam rumah Emir pun berdiri untuk melihat ke seberang di mana kontrakan istrinya berada.Lampu rumah nya kini telah menyala dengan terang, entah apa yang kini sedang di lakukan oleh istrinya.
"Tuan".panggil Juna saat melihat Tuannya hanya berdiri di depan gerbang rumah nya dengan pandangan nya tertuju ke arah kontrakan yang di tempati Nyonya nya.
" Jarak kami begitu dekat tapi kami seperti berada di tempat yang begitu jauh.Istriku pasti sekarang sedang sendirian di dalam sana dengan kondisi nya yang sedang sakit."ucapannya pun terjeda beberapa saat
"Aku ingin ke sana menemani nya tapi istri ku pasti tidak akan suka, apalagi aku ini adalah suami yang tidak bertanggung jawab, mengabaikan nya bahkan tanpa melihat nya. Sungguh aku menyesalinya." ucapnya tertunduk sedih.Lalu berjalan masuk menuju ke dalam rumah.Sedangkan Juna sang asisten hanya bisa terdiam menatap punggung Tuannya yang kini terlihat begitu rapuh.Dalam hatinya pun berkata
" Apakah saya harus senang melihat Anda menderita Tuan?
"Semua ini adalah kesalahan Anda karena semua nya berawal dari sikap abai Anda hingga Nyonya lebih memilih pergi meninggalkan Anda.Sikap tidak perduli Anda yang sedari awal telah Anda tunjukkan pasti Nyonya yang membuat nya memilih pergi".
Lalu dia pun perlahan-lahan dia pun menutup gerbang nya lalu ikut masuk ke dalam rumah.
Sementara itu di dalam kontrakan Noora kini sedang duduk bersandar di sandaran ranjang.Pandangan matanya fokus kearah kaki kanan nya yang terbalut gips.Sesaat dia pun menarik napas dalam-dalam lalu di hembuskannya dengan pelan ke udara saat mengingat ucapan Dokter sat diri nya cek up
"Secepatnya Anda harus melakukan operasi kalau terlambat maka cedera nya akan bertambah parah dan mengakibatkan cacat permanen".
Gadis itupun langsung mengambil ponselnya dan mencari nama seseorang
"Mommy".
" Apa sekarang aku harus menghubunginya?tanyanya ingin menekan tombol untuk menelpon tapi tidak jadi.
"Sebaiknya jangan." ucapnya sambil menaruh ponselnya di atas nakas.
"Ini semuanya adalah kesalahan ku sendiri, seandainya saja aku bisa menunggu untuk bertahan di sana mungkin keadaan ku sekarang ini pasti baik-baik saja".ucapnya penuh penyesalan hingga tak terasa dia pun tertidur karena pengaruh obat.
Pagi pun menyapa.Semua orang kini sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, begitupun dengan Noora yang kini sudah bersiap-siap untuk keluar untuk jalan-jalan pagi sekalian untuk melancarkan langkah berjalan nya menggunakan tongkatnya.
Dengan langkah perlahan-lahan dan hati-hati dia pun mulai berjalan keluar kontrakan nya.Walaupun belum terbiasa mengunakan tongkat tapi mulai hari dirinya akan membiasakan nya.
"Aku harus bisa! katanya menyemangati dirinya sendiri.
Gadis itu tersenyum saat berpapasan dengan beberapa orang yang menyapanya hingga tak terasa dia pun sampai di depan warung nasi membuat pemilik warung itupun langsung bergegas keluar menyambut nya dengan raut wajah sedikit panik saat melihat nya.
"Noor".ucapnya sambil membantu gadis itu untuk duduk dan menaruh tongkat nya bersandar di dinding tembok.
" Makasih Mba".ucapnya dan wanita itupun mengangguk
"Kamu kok kesini,Mba baru suruh Diah buat anterin sarapan pagi untuk kamu".katanya yang kini ikut duduk di berhadapan dengan gadis itu.
"Noor sengaja Mba,pengen cobain jalan pakai tongkat".katanya jujur.
Mimin pun tersenyum walaupun dia tau kalau apa yang di ucapkan oleh gadis di hadapan nya itu begitu menyayat hatinya.
" Ya udah, kamu mau makan di sini atau bungkus? tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Bungkus aja."
"Loh kok bungkus memang nya kamu sudah sarapan?
" Sudah".jawabnya dan wanita itupun akhirnya pun mengangguk.
"Noor".
" Iya Mba".
"Ada yang ingin Mba bicarakan sama kamu".
"Bicara saja Mba Noor akan dengar kan".ucapnya sambil melihat ke arah wanita yang duduk di hadapan nya
"Sebelum nya Mba minta maaf jika begitu lancang membicarakan hal ini sama kamu tapi jujur dalam hati Mba tidak bermaksud untuk menyinggung mu." Ucapan nya pun terjeda hingga beberapa saat dan Noora pun masih setia mendengarkan nya untuk berbicara kembali.
"Apa kamu tidak ingin menghubungi seseorang?
Noora masih terdiam mencoba untuk menyimak inti dari pembicaraan mereka berdua.
" Ya maksud Mba gini Noor jangan salah paham,Mba hanya ingin yang terbaik untuk kamu kerabat mu, hanya itu. "
Gadis itu tak menjawabnya tapi tiba-tiba terdengar suara deret kursi bergeser membuat wanita dewasa itupun tersadar saat Noor sudah berdiri dengan memakai tongkat nya.
"Noor".
Noora hanya terdiam sambil mengambil uang di kantong rok panjang nya.Entah mengapa hatinya begitu sensitif jika membicarakan tentang hal yang menyangkut hal yang sangat privasi baginya.
" Ini untuk bayar nasi".ucapnya sambil memberikan uang dua puluhan di atas meja.
"Tapi Noor Mba ".belum sempat dia berkata lagi gadis itupun keluar setelah mengucapkan salam.
" Noor".panggil Mimin berusaha mengejar karena merasa bersalah tapi gadis itu terus saja berjalan tanpa menoleh ke belakang.Lalu wanita dewasa itupun langsung menyuruh Diah untuk mengikuti nya.
Setelah kepergian Noora,suasana di dalam warung nasi berubah menjadi sepi.Para pembeli pun hanya satu atau dua orang yang mampir untuk membeli nasi.
Karena tidak pembeli Surti pun mendekati saudaranya dan ikut duduk di kursi bekas Noora tadi duduk.
"Kenapa Mba bicara seperti itu?
" Awalnya Mba juga tidak mau membicarakan nya tapi saat melihat luka di kakinya Noor tiba-tiba saja Mba mengeluarkan kata-kata itu.Kamu tau Surti Mba dan Bu Wati begitu mengkhawatirkan keadaan nya. Luka di kaki nya itu akan bertambah parah jika dirinya tidak segera menjalani operasi secepatnya kalau nggak kemungkinan kaki kanan nya tidak akan sembuh dan akan cacat permanen.Kamu bisa bayangkan itu Surti".
"Mba akui kalau Mba memang telah begitu lancang berbicara seperti itu tapi saya hanya ingin agar pihak keluarga nya bisa bersamanya bahkan membantu nya mencari solusinya.Kamu tau Surti operasi itu membutuhkan biaya yang begitu banyak bisa puluhan bahkan ratusan juta dan kita tidak bisa membantu nya sebanyak itu walaupun kita sudah ikutan menyumbang tapi tetap saja itu belum cukup."katanya dan Surti pun paham dengan maksud saudara nya.
Pembicaraan keduanya membuat seseorang yang sedari duduk sambil minum kopi itupun langsung bangun dari duduk nya, sebelum pergi dia menaruh uang seratusan di atas meja.
"Aku harus melakukan sesuatu".ucapnya sambil berjalan keluar dari warung itu.
bersambung
jangan dipikir pembacamu akan naik dg diviralkan. akun kamu bisa saya tumbangkan
hufft