selingkuhan suamiku merampok semua hartaku dan papaku, suamiku berubah saat bertemu wanita iblis bernama Syifa, aku tidak menyangka perubahan sikap yang ditunjukkan oleh suamiku karena pengaruh guna-guna wanita iblis bernama Syifa itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Setiap desahan keluar dari mulut syifa, Richard tak henti-hentinya menghentakkan pusakanya ke apem milik Syifa.
Aaaaah ooough ini nikmat sekali mas.
desahan demi desah keluar dari mulut Syifa
Mereka bermain sampai tiga ronde dengan berbagai gaya.
"Nikmat sekali punyamu Syifa, apemmu legit
Kau pintar memuaskan aku melebihi Alice" Puji Richard.
Syifa menutup matanya, merasakan sentuhan Richard yang membuatnya bergetar. Ia merasa puas dengan permainan panas Richard.
"Richard," bisik Syifa, dengan suara yang gemetar karena nafsu. "Aku sangat menikmati sentuhanmu."
Alice mendengar suara mobil Richard yang menghentikan kendaraannya di depan rumah. Ia langsung berlari menuju pintu dan membuka pintu dengan cepat.
"Richard," panggil Alice, dengan suara yang gemetar karena lega.
Richard tersenyum lebar dan melangkah masuk ke dalam rumah. Ia langsung memeluk Alice dengan erat.
"Sayang," kata Richard, sambil mencium rambut Alice dengan lembut. "Aku merindukanmu."
Alice membalas pelukan Richard dengan erat. Ia merasa lega karena Richard sudah pulang. Namun, setelah beberapa saat, ia perlahan melepas pelukan Richard dan menarik sedikit jarak di antara mereka.
"Richard," bisik Alice, dengan nada yang sedikit cemas. "Kenapa kamu bau parfum wanita?"
Richard terkejut mendengar pertanyaan Alice. Ia mencoba menutupi bau parfum wanita itu dengan menarik napas dalam-dalam. Namun, Alice sudah mencium bau parfum wanita itu dengan jelas.
"Aku hanya ketemu teman kerja di jalan," jawab Richard, dengan suara yang gemetar. "Dia memakai parfum itu."
Alice menatap Richard dengan tatapan yang mencurigai. Ia mengingat bau parfum itu dengan jelas. Itu adalah parfum yang dipakai wanita murahan yang pernah bersama Richard di ranjang hotel pada saat itu.
"Richard," bisik Alice, dengan nada yang sedikit mengancam. "Jangan berbohong padaku."
Richard tersenyum lebar, mendengar kata-kata Syifa. Ia merasa bahagia bisa merasakan kehangatan tubuh Syifa.
"Aku juga sangat menikmati sentuhanmu, Sayang," jawab Richard, dengan suara yang mendalam.
Syifa merasa bahwa rencananya berhasil. Richard sepenuhnya terpesona padanya. Ia bertekad untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan segalanya dari Richard.
"Richard," bisik Syifa, sambil memeluk Richard erat. "Aku ingin kita selalu bersama."
Richard mencium rambut Syifa dengan lembut. "Aku juga ingin selalu bersamamu, Sayang," jawab Richard, dengan suara yang menyenangkan.
Syifa merasa bahagia. Ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Richard sepenuhnya menjadi miliknya.
Senyum licik terukir di bibir Syifa. Ia memandang Richard dengan tatapan yang penuh kelicikan. Di benaknya, ia sudah merencanakan segalanya.
"Richard," bisik Syifa, sambil menatap mata Richard dengan tatapan yang menakutkan. "Aku ingin kita selalu bersama. Aku ingin kita menikah."
Richard terkejut mendengar kata-kata Syifa. Ia belum pernah memikirkan tentang menikah dengan Syifa. Namun, ia merasa takut untuk menolak Syifa. Pengaruh susuk yang diberikan Mbah Sri membuatnya merasa takut pada Syifa.
"Syifa," jawab Richard, dengan suara yang gemetar. "Aku belum bisa menceraikan Alice."
"Kenapa?" tanya Syifa, dengan nada yang tajam. "Apakah kamu masih mencintai Alice?"
Richard menggeleng kuat. "Tidak, Sayang," jawab Richard, sambil menatap mata Syifa dengan tatapan yang menyeramkan. "Aku hanya takut melukai hatinya."
"Kau tidak perlu takut," bisik Syifa, sambil menarik Richard dekat. "Aku akan membantumu."
Syifa kemudian menjelaskan rencananya pada Richard. Ia akan membantu Richard untuk menceraikan Alice dan menikah dengannya.
Richard menangguk setuju. Ia terbuai oleh pesona Syifa dan takut pada ancaman yang tersirat dalam kata-kata Syifa. Ia merasa bahwa ia harus melakukan apa yang diinginkan Syifa.
"Aku akan menceraikan Alice dan menikah denganmu," kata Richard, dengan suara yang gemetar.
Syifa tersenyum lebar. Rencananya berhasil. Ia berhasil menaklukkan Richard dan membuatnya merasa takut. Ia bertekad untuk mendapatkan segalanya dari Richard.
"Aku mencintaimu, Richard," bisik Syifa, sambil mencium bibir Richard. "Kita akan menjalani hidup yang bahagia bersama."
Richard menangguk setuju. Ia merasa bahagia mendapat cinta Syifa. Namun, ia tidak sadar bahwa ia telah terjebak dalam jebakan Syifa.
Alice menggeleng kuat, mencoba menghilangkan pikiran buruk yang menyerbu benaknya. "Tidak, Richard tidak mungkin menghilang lagi," gumam Alice, sambil mencoba menenangkan diri. "Dia pasti sedang sibuk bekerja."
Namun, dalam hati, Alice merasa tak yakin dengan kata-katanya sendiri. Perasaan takut dan curiga masih menyergap hatinya. Ia teringat peristiwa ketika Richard menghilang beberapa hari yang lalu.
"Apakah Richard kembali mengkhianati ku lagi?" gumam Alice, dengan suara yang gemetar. "Apakah dia menemui wanita murahan itu lagi?"
Segala pertanyaan bersarang di benaknya. Alice merasa terluka dan terkecewa. Ia tidak menyangka bahwa Richard akan mengkhianatinya lagi.
"Aku harus mempercayai Richard," gumam Alice, sambil mencoba menenangkan diri. "Aku harus mempercayai suamiku."
Namun, raut wajah Alice menunjukkan bahwa ia tak yakin dengan kata-katanya sendiri. Ia masih merasa takut dan curiga terhadap Richard.
"Aku harus mencari tahu," gumam Alice, sambil mengambil handphone-nya. "Aku harus mencari tahu di mana Richard berada."
Alice kemudian mencoba menghubungi teman-teman Richard. Ia berharap teman-teman Richard bisa memberikan informasi tentang lokasi Richard.
"Richard," gumam Alice, dengan suara yang penuh kekhawatiran. "Di mana kamu?"
Richard beranjak dari tempat tidur Syifa, tubuhnya masih bergetar karena hasrat yang baru saja terpuaskan. Ia merasa bersalah telah mengkhianati Alice, namun rasa takut pada Syifa lebih dominan.
"Aku harus pulang," gumam Richard, sambil berjalan menuju kamar mandi. "Alice pasti menunggu aku."
Richard bersiap-siap dengan cepat. Ia mencuci mukanya dan menyisir rambutnya. Ia ingin menampilkan penampilan yang baik di hadapan Alice.
Sementara itu, di rumahnya, Alice tampak menunggu kepulangan Richard dengan harap-harap cemas. Hati nya masih dipenuhi kebingungan dan ketakutan setelah melihat perubahan perilaku Richard yang mendadak.
"Di mana Richard?" gumam Alice, sambil menatap pintu rumah. "Kenapa dia lama sekali?"
Alice merasa takut apabila Richard menghilang lagi seperti kejadian sebelumnya. Ia merasa tidak aman tanpa kehadiran Richard.
"Aku harus mencari tahu," gumam Alice, sambil mengambil handphone-nya. "Aku harus menghubungi Richard."
Alice kemudian menghubungi Richard. Namun, teleponnya tidak diangkat. Alice merasa semakin cemas.
"Kenapa Richard tidak menjawab teleponku?" gumam Alice, dengan suara yang bergetar. "Aku harus mencari tahu di mana dia."
Alice kemudian mencoba menghubungi teman-teman Richard. Ia berharap teman-teman Richard bisa memberikan informasi tentang lokasi Richard.
"Richard," gumam Alice, dengan suara yang penuh kekhawatiran. "Di mana kamu?"
Alice menatap Richard dengan tatapan yang tajam. Ia tak percaya dengan alasan Richard. Ia tahu bahwa Richard sedang berbohong.
"Richard," bisik Alice, dengan nada yang mengancam. "Jangan berbohong padaku. Aku tahu kamu bertemu dengan wanita itu."
Richard terdiam sejenak. Ia takut kehilangan Alice. Ia takut jika Alice mengetahui perselingkuhannya dengan Syifa.
"Alice," bisik Richard, dengan suara yang gemetar. "Aku meminta maaf. Aku tidak bermaksud melukai hatimu."
"Tidak, Richard," jawab Alice, dengan suara yang penuh kekecewaan. "Kau berbohong padaku. Kau menghilang selama satu hari dan kau bau parfum wanita itu. Kau tidak bisa menipu aku, Richard."
Richard terdiam lagi. Ia takut kehilangan Alice. Ia tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan yang besar.
"Alice, aku mohon maaf," bisik Richard, dengan suara yang gemetar. "Aku janji tidak akan melakukannya lagi."
"Tidak, Richard," jawab Alice, dengan suara yang penuh kemarahan. "Kau sudah melakukannya lagi. Kau telah mengkhianati aku lagi."
Alice kemudian berbalik dan meninggalkan Richard. Ia merasa sangat terluka dan terkecewa. Ia tidak menyangka bahwa Richard akan mengkhianatinya lagi.
"Aku tidak percaya lagi padamu, Richard," gumam Alice, sambil menangis terisak. "Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan."
Richard terdiam di tempat. Ia merasa sangat bersalah dan kecewa pada dirinya sendiri. Ia telah melakukan kesalahan yang besar. Ia telah menyakiti hati Alice yang sangat ia cintai.
"Alice," bisik Richard, dengan suara yang penuh penyesalan. "Aku sangat menyesal. Aku mohon maaf."
Namun, Alice sudah meninggalkan Richard. Ia tidak mau mendengarkan penjelasan Richard. Ia sangat terluka dan terkecewa.
Richard terdiam sejenak. Ia merasa sangat kesepian dan terpuruk. Ia telah melakukan kesalahan yang besar. Ia telah menyakiti hati Alice yang sangat ia cintai.