Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Sifat Aslinya
Setelah menyiapkan semua bahan yang akan Arina gunakan untuk membuat pesanan Astrid dan mamanya besok subuh, Arina ingin kembali ke kamar anak-anaknya, namun tiba-tiba dirinya ditahan oleh suaminya, dan Arina dipeluk dari belakang oleh suaminya sehingga membuat Arina kaget dengan perlakuan suaminya.
"Mau kemana bunda?" tanya nya lembut ke telinga Arina, namun Arina bukannya merasa nyaman dengan perlakuan ayahnya anak- anak, tapi dia sudah merasa muak karena akan selalu seperti itu disaat hati suaminya sudah tenang perasaannya dan sudah nyaman, perilaku dia akan berubah 180 derajat dibanding kalau dia lagi marah- marah tidak jelas, atau lagi banyak masalah entah masalah dari kantor atau masalah apa.
Dia seolah olah melupakan kejadian dan perilaku dia ke aku seperti apa dua hari ini, sampai-sampai sudah berani main tangan ke aku, tapi aku yang tidak akan bisa melupakan semuanya, itu membuat aku sakit hati hingga saat ini dan muak jika melihatnya, namun dia nya sudah menganggap biasa saja.
Aku tak tahu itu sudah menjadi sifat atau apa pada diri suamiku, namun akan selalu begitu disaat dia sudah merasa tenang, dia akan baik sekali kepadaku, namun dia seolah melupakan kalau sakit yang dia toreh dan tinggalkan itu masih terasa, dan itu akan slalu kuingat sepanjang hidupku.
Mentalku dan batinku yang sudah dia hancurkan sejak dulu akan selalu terasa sakit, setiap perilaku kasar dia ke aku dan itu tak pernah berubah hingga saat ini, makanya kenapa aku sudah putuskan untuk meninggalkannya, sambil menunggu anak sulungku selesai ujian kenaikan kelas.
"Aku mau ke kamar anak-anak, mau menemani mereka belajar mewarnai" jawabku datar
" kita kekamar kita saja ya Bun....Ayah kangen sama Bunda" sahutnya dengan suara yang lembut namun sayang aku sudah tidak tergoda dengan bujuk rayu nya, dia baik kalo sudah enak perasaannya, sedangkan aku yang masih merasa sakit fisik dan batin tidak dia pikirkan, tapi yang dia pikir asal terpenuhi yang dia mau...huffftt
"Maaf ayah aku tidak bisa karena aku lagi tidak enak badan" tolakku
"Tidak enak badan tapi masih bisa buat kue pesanan orang kamu nya" jawabnya namun sudah tidak lembut lagi seperti tadi.
"Makanya aku mau istirahat dikamar anak-anak, biar besok aku bisa lebih fit agar dapat mengerjakan pesanan itu" sahutku sambil melepaskan pelukan suamiku...aku tahu ini sebenarnya masih hak dia terhadap diriku, namun rasa sakit yang dia toreh ke aku sudah sangat dalam...apakah aku salah jika menolaknya, karena perasaan ku saat ini terhadapnya sudah hilang entah kemana.
Sebenarnya ayahnya anak-anak orangnya sangat penyayang dan perhatian, namun dia juga sangat egois, entah aku yang terlalu sayang sehingga masih bertahan sampe sejauh ini, padahal sudah berkali-kali disakiti secara mental dengan kata-kata nya yang sangat menyakitkan hati.
Satu lagi sifatnya kuketahui setelah aku resign dari tempat aku bekerja, kalau ternyata dia itu sangat perhitungan sekali dalam masalah uang, dan semuanya dia yang pegang tanpa memberikan sepersen pun kepadaku, soal belanja dia yang lakukan semua dia penuhi mulai dari bahan makanan, perlengkapan mandi dan semua kebutuhan anak-anaknya, namun untuk keperluanku pribadi seperti skincare, yang bisa menunjang agar aku bisa tampil cantik juga didepan orang-orang sama sekali tidak diperhitungkan olehnya, semuanya aku yang berusaha mencari rezeki sendiri untuk keperluanku.
Alhamdulillah walau aku resign dari pekerjaanku karena mau fokus mengurus anak- anak dan keluarga, aku mempunyai keahlian dalam hal memasak dan membuat kue, walau tak diberi nafkah dari suami aku masih bisa mempercantik diriku dan merawat tubuhku dengan mencari penghasilan sendiri.
Dulu sewaktu aku masih bekerja dan dia pun bekerja memang aku tidak pernah meminta kepadanya uang untuk membeli keperluanku, karena aku mempunyai gaji sendiri jadi prinsip ku aku bisa membiayai diriku sendiri dan mungkin ini yang membuat dia berpikir kalo aku tak butuh apa-apa selama kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan anak-anak terpenuhi padahal aku juga perempuan yang butuh perawatan tubuh dan wajah.
Dalam ajaran agama kita setahuku sang suami harus memenuhi nafkah buat istri, baik lahir dan bathin namun ini tidak sama sekali malah batin yang disakiti sedemikian rupa.
Batas kesabaranku sekarang sudah di titik nol, artinya sudah sampe dibatasnya, dan sudah tidak mau lagi ada siksaan batin dan sakit hati lagi, aku juga mau bahagia walau hanya dengan anak-anakku, aku juga masih mau waras dalan menghadapi kehidupan karena aku tak mau gila karena kelakuan suamiku sendiri.
Aku harus menjaga mental anak-anakku agar mereka tidak seperti diriku yang merasakan trauma dan tekanan mental hingga sekarang.
"Maaf Ayah aku mau istirahat sekarang" jelasku sambil berlalu dari hadapannya, dengan segera aku masuk kekamar anakku kututup pintunya kemudian aku kunci dari dalam, karena aku tak mau suamiku mengikutiku kekamar anakku terus terjadi pertengkaran lagi, kasian anak-anakku kalo melihat kejadian itu lagi.
Didalam kamar kuliat Rumi dan Al sudah tertidur ditempat tidur sedangkan kaka gala masih sibuk dengan gambarnya, yah anak sulungku ini hobby sekali menggambar.
"Sayang...adik-adik dari tadi ya tidurnya?" tanyaku ke Gala
"Iya bunda sudah ada setengah jam yang lalu, kata Rumi capek sekali jadi mengantuk, mau bobo trus adek Al ikutan naik ketempat tidur...ehhh ternyata ikut bobo juga" sahut anakku dan masih sambil mewarnai gambarnya.
Tiba-tiba aku mendengar suara motor yang keluar dari pekarangan dan itu pasti ayahnya anak-anak yang keluar setelah aku tinggalkan tadi kekamar anak-anak.
Mungkin lebih baik begitu mendingan dia keluar daripada buat keributan lagi dirumah dan dia mau kemana aku tak peduli lagi terserah dia.
"Kaka gala belum mengantuk ya nak?kok belum bobo sayang?"tanyaku ke Gala
"Belum Bunda...gala mau selesaikan gambar Gala dulu biar besok adik-adik bisa liat karena tadi mereka pesan agar besok sudah jadi" jawab anakku
"Ya sudah kalo masih mau gambar tapi jangan sampe larut malam baru bobo ya nak"pesanku ke gala
"Iya bunda sayang" jawabnya lagi.
Aku keatas tempat tidur untuk memperbaiki letak tidur rumi dan al agar mereka tidak saling tindih saat tidur kemudian aku kecup kening kedua anakku.
Aku mengambil ponselku yang tadi aku letakkan di nakas, dan melihat ada telpon dari Astrid dan ternyata ponselku tersilent suaranya makanya anakku tidak mendengar kalo ponsel ini berbunyi.
Aku melihat jam di ponselku sudah menunjukkan pukul 22.00 dan aku rasa astrid sudah tidur jadi aku urungkan niatku untuk menelponnya balik sekarang mungkin besok saja aku telpon dia kembali.
terutama suamimu biar tahu diri