Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia lebih segalanya
"Del.. Delia.. bangun..." suara Keyla tiba-tiba membangunkan tidur Delia yang sedang nyenyak-nyenyaknya.
Delia yang terkejut langsung mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Keyla dengan ekspresi sebal. "Kenapa sih Key?"
"Itu.."Jari telunjuk Keyla tertuju ke arah pintu.
Delia mengikuti arahan itu dan tak lama Devan muncul dari balik pintu dengan gagahnya.
Dengan dikuti dua pengawalnya, Devan masuk ke ruangan Pak Jaya dan menghampiri Delia.
Sontak Delia langsung berdiri, ia terlihat linglung dengan situasi ini. Terlebih kenapa Devan bisa ada disini?
Tanpa berkata apa-apa Devan langsung membawa Delia keluar.
Di sepanjang jalan Delia berusaha menyembunyikan wajahnya dengan satu tangannya. "Kita mau kemana, apa kamu udah lupa sama ucapan kamu sendiri kalau hubungan kita-"
"Tidak akan ada yang tau," Devan menyela ucapan Delia.
"Kok bisa?"
Devan tidak menjawab. Lalu perlahan Delia menurunkan tangannya.
Ia sudah celingukan kesana kemari anehnya tidak ada satu orang pun yang memperhatikannya. Rumah sakit ini pun juga tampak sepi tidak seperti rumah sakit pada umumnya.
Delia tidak berani mempertanyakan hal itu pada Devan, yang harus ia lalukan sekarang hanyalah mengikuti kemana pun Devan membawanya.
Lalu sampailah mereka di sebuah aula rumah sakit. Ruang yang besar itu nampak kosong, ada perasaan takut yang tiba-tiba menyerang Delia. Apalagi di ruangan itu hanya ada mereka berdua.
"Kenapa kamu membawaku kesini?" tanya Delia ragu-ragu.
"Kenapa kamu nggak cerita kalau mami udah ngancem kamu," ucap Devan dengan tatapan serius.
Tentu saja Delia langsung syok ketika mendengar itu. Ia bahkan sudah gelagapan tidak tahu harus menjawab apa.
"Aku udah tau semuanya. Mami tadi pagi kesini kan, dan itu alasan kamu buru-buru ke rumah sakit."
Delia terdiam cukup lama setelah beradu pendapat dengan dirinya sendiri. Dalam pikirannya tidak mungkin Devan tahu hal ini dari Margaret. Lalu?
"Kenapa kamu bisa tau, kamu ngikutin aku ya?" Delia balik bertanya. Ia bahkan berani menatap Devan secara terang-terangan.
Devan tersenyum. "Apa yang dia inginkan, bercerai denganku?" tanya Devan lagi.
Kini mata Delia sudah membulat sempurna. Untuk hal ini, Devan tidak mungkin tahu hanya dengan menerka-nerka bukan?
Devan kini sudah menjauh dari Delia, ia membalikkan badan dan kini sudah memunggungi Delia.
"Kamu tau kan, kita tidak akan bercerai sebelum aku yang mengatakannya," kata Devan.
Delia tidak bisa membantah ucapan Devan karena memang hal itu sudah tertulis di dalam surat perjanjian. Jika diingat-ingat kembali, isi dari surat itu memang lebih banyak menguntungkan Devan. Sedangkan Delia, ia sama sekali tidak bisa leluasa.
"Aku memilihmu bukan tanpa rencana Delia. Aku tentu sudah menyiapkan segala suatunya termasuk menjagamu dari mami," lanjut Devan.
Ucapan Devan tentu membuat Delia semakin bingung.
Disaat yang bersamaan ponsel Devan berdering, pria itu segera mengangkatnya lalu keluar melupakan Delia yang masih terdiam mencoba mencerna ucapannya.
Lagi lagi Devan berbuat sesukanya, datang dengan memaksanya lalu begitu pergi pria itu meninggalkannya tanpa menoleh sedikitpun. Delia hanya bisa menghembuskan napas panjang.
****
Di lain tempat, Monic meraih jus lemonnya lalu meneguknya. Ia kini tengah berada di restoran dengan Margaret, bukan karena keinginannya tapi tiba-tiba Margaret mendatangi rumahnya sehingga mau tidak mau Monic harus menemuinya.
"Monic bagaimana kabar orang tuamu.. Apa mereka tau jika Devan sudah menikah?" tanya Margaret dengan tidak sabaran, padahal minuman mereka baru saja datang.
"Tidak tante karena Devan menginginkan pernikahannya tetap dirahasiakan dari siapapun," jawab Monic, sebenarnya ia sangat malas harus berbasa-basi dengan Margaret.
"Bagus itu.." jawab Margaret sambil menyunggingkan senyum riangnya. "Apa kamu tau kalau Devan mengencani wanita itu?" tanya Margaret, tiba-tiba ia memalingkan pandangannya dari Monic dan mulai melamun. "Kali ini Devan sepertinya tidak main-main," gumamnya tanpa sadar.
"Maksud tante?" tanya Monic begitu ia mendengar gumaman Margaret.
"Ahhh Itu... Bagaimana Devan bisa berkenalan dengan dia?"
"Monic juga tidak tau tante. Devan tidak pernah membicarakan gadis itu."
Monic tetap saja terbayang-bayang ucapan Margaret tadi, biasanya apa yang diucapkan oleh seseorang secara tidak sengaja, justru itu adalah kebenaran yang disembunyikan.
Monic menjadi semakin penasaran dengan sosok Delia. Ia hanya ingin tahu siapa dia hingga bisa menarik hati Devan yang sedingin salju.
"Bagaimana pun sebenarnya tante tetap menginginkan kamu menjadi menantu tante." Margaret sudah mengusap-usap punggung tangan Monic, seperti belum rela jika harus melepaskannya.
Monic hanya tersenyum kaku, ucapan Margaret tidak membutuhkan jawaban karena bagaimanapun pertanyaan itu sudah terjawab dengan hadirnya Delia di hidup Devan.
"Andai tante punya dua putra ya. Hahaha..." ucap Margaret sambil tertawa pelan.
Seorang pelayan menghampiri meja Monic dan Margaret lalu meletakkan dua hot plate di hadapan mereka.
"Ayo di makan," ucap Monic sambil meraih pisau dan garpu.
Monic mengangguk lalu mulai fokus dengan makanan di hadapannya.
Saat sedang menikmati makanannya, tiba-tiba tanpa sengaja Monic melihat Delia. Gadis itu hendak masuk ke restoran yang sama dengannya.
Buru-buru Monic menghampirinya sebelum Margaret melihat kemunculan Delia.
"Tante Monic ke toilet sebentar ya." Monic langsung bergegas pergi.
"Lohh makananmu belum habis." Begitu selesai berbicara rupanya Monic sudah menghilang dari pandangannya. Namun Margaret tak menaruh rasa curiga sedikitpun.
Kini Monic sudah berdiri dihadapan Delia dan langsung menariknya untuk keluar. "Kamu harus pergi dari sini."
"Ta-pi kenapa?" tanya Delia bingung, Delia sama sekali tidak mengingat wajah Monic karena bagaimanapun ketika di acara pernikahannya ia tidak terlalu memperhatikan wanita itu.
Sementara Keyla yang mengekor di belakang Delia seperti sedang mencoba mengingatnya karena bagi Keyla wajah Monic seperti tidak asing.
"Kamu temannya Tuan Devan ya," celetuk Keyla tiba-tiba yang membuat Monic langsung menghentikan langkahnya. Ia sempat menoleh ke sekeliling untuk memastikan bahwa mereka sudah cukup jauh.
"Iya, aku Monic," jawab Monic sambil mengulurkan tangannya ke Delia.
Delia menyambut uluran tangan Monic, namun ekspresi wajahnya tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya ketika mendengar nama itu.
"Kamu mungkin pernah mendengar namaku dari Devan," ucap Monic seolah menjawab ekspresi Delia. "Tapi itu sekarang nggak penting, aku membawamu kesini karena didalam ada Tante Margaret, kebetulan aku dan tante sedang makan disini."
"Apa?" Tentu saja Delia tidak menyangka jika ia akan bertemu lagi dengan Margaret dalam waktu yang berdekatan. Benar-benar dunia ini sempit.
"Aku kesini cuma mau ngasih tahu itu. Kalau gitu aku masuk dulu ya, takut Tante curiga kalau lama-lama."
Delia menatap kepergian Monic sambil memperhatikan penampilannya. Delia mulai berpikir kenapa Devan tidak mau menikah dengan Monic. Dibanding dirinya, Monic lebih dari segalanya. Monic cantik, anggun, baik, setara lagi, dan yang pasti Margaret juga sangat menginginkannya. Tapi kenapa Devan justru menolak, apa yang membuatnya menolak gadis se-sempurna Monic.
BERSAMBUNG..
Bikin Devan salting terus sampe klepek-klepek sama Delia🥰🤭