Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Wanita Itu?
"Jangan terlalu memikirkannya. Kau juga harus fokus pada kehidupanmu sendiri." Pesan Daniel.
Amara menganggukkan kepalanya. "Kakak tenang saja. Mara juga masih ingin memikirkan hidup Mara sendiri kok." Jawab Amara.
"Syukurlah kalau begitu. Kakak hanya tidak ingin kau menjadi frustrasi nantinya jika apa yang kau harapkan tidak sesuai dengan apa yang terjadi."
"Iya, Kakak tenang saja."
Zeline yang hanya menjadi pendengar pun menoleh ke arah belakang menatap wajah Amara. "Tapi jangan lupa tetap semangat, Nty. Zel hanya mau Om Aga yang jadi suami Anty. Nda mau yang lain Zel tuh." Pinta Zeline.
"Iya, Centil. Doakan saja misi Anty berhasil, ya!"
Zeline menganggukan kepalanya seraya mengacungkan kedua jempolnya pada Amara.
*
Waktu libur bekerja akhirnya telah usai. Setumpuk pekerjaan di kantor pun sudah menunggu Amara untuk tiba. Pagi itu rumah kedua orang tuanya, Amara sudah nampak rapi dengan pakaian kerjanya. Pagi ini Amara memilih menggunakan kemeja bewarna fushia dan rok selutut bewarna putih untuk menunjang penampilannya. Setelah memastikan penampilannya cantik paripurna, Amara pun keluar dari dalam kamarnya menuju ruang belakang untuk menikmati sarapan pagi bersama ibu dan ayahnya.
"Ayo sarapan Mara. Ibu sudah mengambilkan sarapannya untuk." Bu Fatma berucap lembut pada anak bungsu kesayangannya.
"Terima kasih, Bu. Jadi merepotkan Ibu begini Mara." Jawab Mara tak enak hati.
"Pandai sekali anak Ayah ini bermanis mulut." Timpal Ayah Arif.
Amara tertawa kecil mendengarnya. Kemudian ia pun duduk di kursi yang berhadapan dengan ibunya.
Mengingat waktu berangkat bekerja sudah hampir tiba, Amara pun bergegas menghabiskan sarapan paginya. Setelah siap, ia segera berpamitan pada Ayah Arif dan Ibu Fatma untuk berangkat bekerja.
"Mara, sepertinya Ibu dan Ayah akan pulang malam hari ini. Nanti kalau kau takut sendirian di rumah pergi ke rumah kakakmu saja ya." Pesan Bu Fatma. Semenjak Naina sudah tak lagi tinggal bersama mereka Amara mudah takut jika berada sendiri di dalam rumah.
"Baik, Bu." Jawab Amara lalu masuk ke dalam mobilnya setelah berpamitan kembali pada ibunya.
Mobil milik Amara pun melaju dengan kecepatan sedang memasuki jalan raya. Selama berada di dalam perjalanan menuju kantor, Amara tak henti membayangkan wajah pujaan hatinya yang sebentar lagi akan ia lihat.
"Seandainya saja aku dan Kak Aga bisa tinggal serumah pasti sangat menyenangkan. Bangun tidur melihat wajah tampan Kak Aga dan tidur malam di dalam pelukan Kak Aga." Amara membayangkan hal indah jika ia ditakdirkan menjadi jodoh Aga suatu hari nanti.
Tanpa terasa kini mobil milik Amara sudah terparkir di besement kantor. Amara yang sudah selesai memastikan penampilannya tidak berantakan sedikit pun segera keluar dari dalam mobilnya dan melangkah ke arah pintu masuk perusahaan berada.
Setibanya di lantai teratas perusahaan, dilihatnya pintu ruangan Aga sedikit terbuka. Amara yang merasa penasaran mengapa pintu ruangan Aga terbuka pun segera melangkah ke arah ruangan Aga berada. Setibanya di depan ruangan, Amara mengerutkan keningnya melihat sosok wanita yang kini sedang duduk di dalam ruangan kerja Aga.
"Siapa wanita itu, kenapa dia bisa berada di dalam ruangan kerja Kak Aga? Apa dia rekan bisnis Kak Aga yang akan datang hari ini. Tapi... bukannya waktu kerja belum masuk. Dan kenapa dia bisa duduk di dalam ruangan Kak Aga sementara Kak Aga belum masuk ke dalam ruangannya?" Tanya Amara bingung.
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka