Demi Cinta Sejati

Satu bulan berlalu

Di sore hari ketika Alwi pulang dari kantor menggunakan mobilnya, Alwi di kejutkan oleh sosok wanita yang tiba-tiba saja berlari ke tengah jalan, hampir saja Alwi menabraknya.

Wanita itu menjerit ketakutan sambil memejamkan matanya, untung saja Alwi dengan sigap dan tepat langsung menginjak rem mobilnya.

"Astaghfirullah." Ucap Alwi dengan wajah yang sangat panik.

Saat wanita itu terhenti di tengah jalan, dia langsung menengok ke arah dalam mobil, di sini Alwi dengan muka heran seperti sudah tak asing mengenal wanita tersebut.

Alwi pun langsung turun dari mobilnya dengan niat ingin menolong dan minta maaf.

Saat Alwi baru turun dari mobil, tiba-tiba ada beberapa orang datang yang sepertinya habis mengejar wanita tersebut.

"Itu dia, itu dia." Ucap salah satu pria yang mengejar.

Orang-orang pun mulai mendekati wanita tersebut, hingga Alwi terhalang ketika ingin melihat keadaan wanita itu.

"Bunga kamu baik-baik saja kan sayang?" Ucap wanita lumayan berumur sambil memeluk wanita tersebut.

"Hah, Bunga?" Ucap Alwi dalam hati nya.

Alwi pun langsung menghampiri karena sangat penasaran dengan wanita itu.

Saat Alwi mendekat, tanpa di duga ternyata itu adalah Bunga, wanita yang dahulu Alwi sangat cintai.

Tetapi kini keadaan Bunga sangat jauh berbeda. Rambutnya kusut, tubuhnya kurus, bahkan tatapan matanya sangat lah kosong seperti orang yang sedang sakit.

"Bunga?" Ucap Alwi sambil memegang pundak wanita itu.

"Suamiku?" sahut Bunga yang langsung memeluk Alwi.

Disini semua orang sangat heran termasuk mamanya Bunga karena seperti mimpi bisa tiba-tiba melihat Alwi kembali.

"Alwi ini kamu?"

"Iya Mah, ini aku Alwi"

"Ya Allah"

"Bunga mengapa bisa jadi seperti ini Mah?"

"Ceritanya panjang Wi, kita cerita di rumah saja ya, kasihan Bunga, mama takut dia kabur dan lari lagi"

"Yaudah kalau gitu mari mah sekalian Alwi antar"

Alwi pun langsung mengantar Bunga dan mamanya menuju rumah mereka.

Setelah sampai rumah, mereka bertiga mengobrol di bangku teras.

Di sini, Bunga terus saja memegang tangan Alwi, dia terus menyangka bahwa Alwi ini adalah suaminya.

Bunga : "Suamiku, kamu kemana saja?"

Alwi semakin sedih bahkan dia meneteskan air mata melihat Bunga yang jadi aneh seperti ini.

Alwi : "Apa yang terjadi sebenarnya Mah, kenapa Bunga bisa jadi seperti ini?"

Mama : "Satu tahun yang lalu, Bunga kabur dari rumah suaminya, Bunga ini selalu dapat perlakuan yang tidak baik setelah menikah, dia sering dimarahi bahkan disiksa, karena mungkin Bunga waktu itu memang terpaksa menikah dengan suaminya, jadi dia sering membantah dan melawan kepada suaminya"

Alwi : "Ya Allah, Bunga."

Mama : "Bunga di jadikan korban oleh papanya, kamu ingat kan Wi waktu itu kamu tiba-tiba tidak boleh bertemu lagi dengan Bunga oleh papa?"

Alwi : "Iya Alwi masih ingat Mah."

Mama : "Bunga ini dijadikan jaminan oleh papanya, karena yang sebenarnya terjadi papa itu punya hutang yang sangat besar kepada temannya, Bunga juga sebenarnya bukan di nikahkan dengan seorang tentara, tapi di nikahkan dengan teman papanya itu yang punya usaha koperasi peminjaman uang ilegal, bahkan Bunga di jadikan istri kedua Wi bukan istri pertama"

Alwi : "Astaghfirullah, tega sekali papa."

Mama : "Mama dan Bunga di sini di jebak Wi oleh papa, waktu itu pernikahannya juga di adakan di tempat rahasia. "

Alwi : "Astaghfirullah, terus sekarang papa dimana mah?"

Mama : "Papa sudah tidak ada Wi, waktu itu temannya mungkin kecewa karena Bunga kabur dari rumah, dan karena Bunga kabur, temannya jadi menganggap hutang papa masih ada bahkan masih sangat besar."

Alwi : "Terus mah?"

Mama : "Dari situ papa sering melamun mungkin sering mendapat teror, bahkan suatu hari papa di temukan tewas di pinggir jalan, tetapi polisi sampai sekarang tidak pernah mengungkap kasus itu. Mungkin orang yang membunuh papa bukan orang sembarangan. Kita juga tidak punya banyak bukti Wi, karena papa orangnya sangat tertutup dengan masalahnya"

Alwi : "Innalillahi, tapi Bunga kan harus nya tahu tentang suaminya, mama juga pasti tau suaminya Bunga, kenapa gak curiga kepada dia?"

Mama : "Semenjak Bunga kabur, Bunga keadaannya sudah seperti ini Wi, dia sudah seperti hilang ingatan, malah makin kesini keadaan Bunga juga makin parah, bahkan akhir-akhir ini dia sering kabur bila tidak di temani. Mama juga hanya sekali bertemu dengan suaminya, mama nggak tahu tempat tinggal aslinya orang itu ada dimana. Hanya papa yang tahu."

Alwi : "Ya Allah, kenapa semua bisa seperti ini akhirnya. Menang hutang papa besar sekali ya mah?"

Mama : "Sangat besar Wi, papa itu gila judi, dan terjebak dalam lingkaran hutang. Mama juga baru tau dari Bunga setelah dia menikah. Karena mungkin suaminya cerita mengapa dia bisa di nikahkan degannya"

Alwi : "Hmmm. Maafin aku ya Bunga aku nggak bisa menjagamu, kamu ini perempuan baik-baik, kamu harusnya tak pantas mendapatkan hal yang seperti ini"

Mama : "Semenjak Bunga seperti ini, dia selalu saja menyebut namamu apalagi bila sedang sendirian, mungkin impian terbesarnya itu dari dulu menikah denganmu Wi, makanya sekarang dia tahu dan menganggap kamu ini adalah suaminya"

Alwi : "Apa Bunga masih punya kesempatan untuk sembuh Mah?"

Mama : "Mama nggak tahu Wi, dulu Bunga sempat di rawat di RSJ, tapi kata dokter tingkat depresi Bunga sudah sangat tinggi, dokter juga sempat bilang kalau Bunga harus di pertemukan dengan orang yang selalu dia panggil namanya."

Alwi : "Maksud mama nama orang itu aku?"

Mama : "Iya Wi, sebenarnya mama ingin sekali bertemu denganmu dari dulu, tapi mama nggak tahu kamu ada dimana, lagian mama juga malu Wi bila bertemu sama kamu. Jadi ya sudahlah sampai saat ini mama hanya pasrah saja dengan keadaan Bunga."

Alwi : "Hmmm"

Mama : "Kamu lihat saja sekarang! Bunga yang sebelum bertemu kamu dia sangat lah panik, bahkan semua orang dia marahi, tapi setelah bertemu kamu dia bisa kembali tersenyum dan sangat tenang."

Di sini Bunga terus saja memegang tangan Alwi, bahkan mengusap-usap wajah Alwi.

Alwi : "Tapi Alwi sudah menikah Mah, Alwi nggak mungkin bisa sering menemui Bunga lagi."

Mendengar kabar itu, walaupun Bunga tidak pernah perduli dengan obrolan mereka dari tadi, tapi kali ini dia sedikit marah sambil memukul-mukul dada Alwi

Bunga : "Kamu jahat, kamu jahat."

Mama : "Bunga, tenang ya! Mama lagi ngobrol dulu. Nggak boleh gitu"

Setelah di tenangkan, bunga pun kembali tenang dan memegang tangan Alwi.

Mama : "Yaudah gapapa Wi, yang penting sekarang Bunga sudah ada di rumah, tadi mama sempat khawatir takut dia hilang"

Alwi : "Maafin Alwi ya Mah, tapi bila mama butuh bantuan, Alwi insyaallah bakal bantu semampu Alwi, walau bagaimanapun, Bunga ini pernah ada di hati Alwi. Alwi juga gak tega melihat keadaan Bunga seperti ini. Alwi berharap Bunga bisa sembuh seperti biasa lagi"

Mama : "Amin, ini juga kamu sudah bantu mama ko, habis ini kamu pulang saja ya Wi gapapa, kasian istrimu pasti sudah menunggu di rumah"

Alwi : "Iya mah,"

Mereka pun mengobrol sekitar satu jam, disini keadaan Bunga sangat tenang sekali, tapi mau bagaimana lagi, Alwi tak bisa menemani Bunga terus menerus.

Akhirnya Alwi pun pamit.

Alwi : "Sekali lagi kalau Bunga kenapa-kenapa, mama hubungin Alwi saja ya, ini ada kartu nama Alwi."

Alwi memberikan satu buah kartu nama yang dia ambil dari saku kemejanya.

Saat Alwi berpamitan, di sini Bunga menggenggam tangan Alwi begitu kencang, dia tak mau Alwi pergi.

Bunga : "Suamiku, kamu mau pergi kemana?"

Mama : "Bunga dengerin mama ya, suamimu mau berangkat kerja lagi, nanti kalau dia gak kerja dia bakal di marahi sama bosnya, sudah ya sekarang lepaskan tangan suamimu"

Alwi : "Iya Bunga, nanti aku bakal balik lagi ko, sekarang kamu masuk ya, jangan lari-lari lagi"

Bunga : "Tapi nanti kalau kamu pulang lagi, aku mau jalan-jalan yang jauh."

Alwi : "Iya nanti kita jalan-jalan ya."

Mama : "Yaudah Wi kamu pulang saja, mumpung dia lagi mau, kamu hati-hati ya, sekali lagi makasih banyak sudah bantu mama"

Alwi : "Iya Mah, yaudah kalau gitu Alwi pamit ya"

Saat Alwi pamit, Bunga pun cium tangan kepada Alwi.

Alwi hanya bisa tersenyum walaupun hatinya sangat sakit melihat keadaan Bunga yang jadi seperti ini.