Ditalak ketika usai melahirkan, sungguh sangat menyakitkan. Apalagi Naura baru menginjak usia 20 tahun, harus kehilangan bayi yang dinyatakan telah meninggal dunia. Bagai jatuh tertimpa tangga dunia Naura saat itu, hingga ia sempat mengalami depresi. Untungnya ibu dan sahabatnya selalu ada di sisinya, hingga Naura kembali bangkit dari keterpurukannya.
Selang empat tahun kemudian, Naura tidak menyangka perusahaan tempat ia bekerja sebagai sekretaris, ternyata anak pemilik perusahaannya adalah Irfan Mahesa, usia 35 tahun, mantan suaminya, yang akan menjadi atasannya langsung. Namun, lagi-lagi Naura harus menerima kenyataan pahit jika mantan suaminya itu sudah memiliki istri yang sangat cantik serta seorang putra yang begitu tampan, berusia 4 tahun.
“Benarkah itu anak Pak Irfan bersama Bu Sofia?” ~ Naura Arashya.
“Ante antik oleh Noah duduk di cebelah cama Ante?” ~ Noah Karahman.
“Noah adalah anakku bersama Sofia! Aku tidak pernah mengenalmu dan juga tidak pernah menikah denganmu!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Kebencian Irfan
Pertanyaan Adiba yang tidak disangka-sangka oleh Naura. Haruskah ia mengatakan sejujurnya? Sedangkan ia yang sudah susah payah melupakan rasa sakitnya, rasanya tidak ingin mengingatnya kembali. Lagi pula ia juga sebentar lagi akan berhenti dari pekerjaannya.
Jika pun ia mengatakan sejujur-jujurnya, apa untungnya bagi Naura? Dan, apakah Adiba akan percaya dengan semua ceritanya? Belum tentu juga percaya dan jelas tidak akan menguntungkan bagi wanita itu.
“Maaf Bu, kenapa Ibu bertanya seperti itu?” tanya Naura dengan tatapan penasaran.
Sesaat Adiba melirik Noah yang masih bersandar pada wanita itu.
“Ibu hanya ingin bertanya saja Naura. Siapa tahu mungkin kamu pernah mengenal dengan putra saya.”
Wanita itu mengulum senyum tipisnya. “Saya belum pernah bertemu dengan Pak Irfan, Bu. Saya baru melihat pada saat acara beberapa hari yang lalu di kantor, begitu juga dengan Noah ... baru bertemu pada saat acara perkenalan.” Pada akhirnya Naura berkata bohong, dan menyimpan masa lalu, ia tidak ingin berurusan lagi dengan masa lalunya.
Hati Adiba terselip rasa kecewa, tapi bukan berarti ia akan berdiam diri begitu saja. Yang jelas kemiripan wajah pada Noah, membuat hati wanita paruh baya itu terdorong untuk menyelidikinya.
“Oh, Ibu kira kamu pernah bertemu dengan Irfan. Ternyata baru kenal toh,” balas Adiba tampak mengerti. ”Dan, cucu Oma langsung apet sama kamu, Naura,” lanjut kata Adiba seraya mengusap pipi cubby Noah.
“Hanya kebetulan saja kok Bu. Lagian saya memang sangat suka dengan anak kecil,” ujar Naura turut menatap bocah tampan itu. Dan, Adiba hanya bisa mengangguk paham.
"Kemiripan ini bukanlah sebuah kebetulan, aku harus mencari tahu biar kecurigaanku terjawab," batin Adiba langsung menyusun rencana.
Enggak mungkinkan kalau Naura berkata jika ia pernah memiliki anak tapi telah tiada, dan anak itu adalah anaknya Irfan dengannya. Biarlah masa lalu Naura dan Irfan tersimpan dengan rapi, lagi pula mereka sudah memiliki jalannya masing-masing.
Sementara itu, Irfan yang memilih membelikan es cream buat Noah serta makan siang tampak sibuk memilih beberapa menu di restoran terdekat dari rumah sakit di temani Deri.
Deri menatap serius saat sahabat sekaligus bosnya sedang menyebutkan beberapa menu pada waiters.
“Irfan, kamu tidak mau menceritakan sesuatu sama aku?” tanya Deri dengan sikap non formalnya, jika di luar perusahan atau tidak dalam keadaan meeting di luar maka Deri dan Irfan berkomunikasi layaknya seorang sahabat, bukan antara bos dan karyawan.
Pria yang baru saja selesai memesan makanan menarik napas lelahnya, kemudian mengembalikan buku menu pada waiters. “Maksud kamu tentang Naura?” tebak Irfan.
“Mmm, siapa lagi kalau bukan Naura. Jujur saja aku terkejut melihat Naura ada di perusahaan, dan bukankah kamu sudah tidak komunikasi lagi dengan wanita yang telah menduakan hatimu itu?” balik bertanya Deri sembari menyandarkan punggungnya.
Irfan menyungging senyum hambarnya, lalu meneguk air mineral yang sempat ia pinta untuk membasahi tenggorokannya.
“Justru aku juga baru tahu kalau Naura itu adalah sekretaris papaku selama dua tahun belakangan ini, Der,” balas Irfan agak kesal, kemudian ia kembali meneguk minumannya.
“Kalau begitu kamu bisa memecatnya, bilang saja kamu sudah ada sekretaris yang akan membantu kamu, ketimbang nanti dia menyadari jika Noah itu adalah anaknya. Dan, sebelum Sofia tahu jika wanita yang mengandung Noah itu adalah Naura. Bisa hancur rumah tangga kamu dengan Sofia, kalau sampai istrimu tahu. Lagian kamu juga sangat membencinya, ‘kan? Jadi tidak masalah,” tukas Deri agak menggebu-gebu saat ia berkata-kata.
Pria itu mengalihkan pandangannya ke sudut yang berbeda. Ingatannya akan beberapa potret Naura dengan pria lain saat mereka berstatus suami istri mulai menyeruak, hatinya kembali terbakar api cemburu.
Memang kala itu Irfan hanya menemui Naura seminggu sekali dengan alasan ia baru dapat pekerjaan di Jakarta, dan Naura masih belum menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta, alhasil Irfan tidak bisa mengajak Naura pindah ke Jakarta dan mereka terpaksa long distance marriage. Padahal yang sebenarnya Irfan sudah memiliki istri, dan tidak mungkin pula ia membawanya ke Jakarta.
Ketika Naura sudah positif mengandung anaknya, Irfan berinisiatif mengutus orang mengawasi Naura untuk berjaga-jaga demi menjaga kandungan wanita itu. Hingga pada menjelang kehamilan bulan ke-8 Irfan mendapati laporan jika Naura sering jalan bersama pria yang tidak ia kenal, namun ia diam saja dan tidak pernah konfirmasi siapa pria itu pada Naura. Ditambah lagi Deri memanasi sahabatnya jika Naura telah menduakan hati Irfan.
Kebenciannya pun menggelayuti hatinya dan memendam perasaannya itu hingga Naura melahirkan buah hati mereka. Dengan perasaan penuh kebencian itulah Irfan sangat mudah menjatuhkan talak pada Naura.
“Naura sudah mengajukan pengunduran diri.”
“Nah, bagus itu. Kalau begitu langsung saja di-acc. Biar anakmu aman, jika dia sampai tahu Noah itu adalah anaknya, memangnya kamu siap Noah diambil Naura? Apalagi aku melihat kejadian tadi di rumah sakit saat Noah dekat Naura, itu bahaya!” cecar Deri.
Irfan menarik napas dengan perasaan gusarnya, lalu mengusap tengkuknya yang berasa berat.
“Tapi papa tidak menyetujuinya, karena Naura yang memahami mengenai perusahaan papa serta relasi bisnis. Jadi aku tidak bisa berbuat apa pun, menyetujui resignnya saja juga tidak bisa,” balas Irfan penuh dusta. Yang sebenarnya Irfan sendirilah yang mempersulit Naura yang ingin resign dengan dalih harus bayar penalti, jika ia memang membenci Naura sebaiknya dipermudah pengundurannya dirinya.
“Alah Irfan, itu mah masalah kecil. Aku bisa bantu kok kayak tidak kenal aku aja. Aku ini asisten pribadi yang sudah lama bekerja denganmu, nanti aku bantu cari pengganti Naura yang lebih kompeten. Jadi untuk saat ini kamu setujui saja,” desak Deri, tampaknya ia sangat menginginkan Naura dihempaskan dari Grup Mahesa.
Sejenak Irfan bergeming, hatinya tidak selaras dengan keinginan Deri.
“Aku yang memutuskan, bukan kamu yang memutuskannya, Deri!” tegur Irfan dengan tegasnya.
Sontak saja Deri terhenyak, lalu tidak lama waiters datang membawa pesanan Irfan.
“Aku hanya mengingatkan kamu saja, Irfan. Jika tidak mau menerima saranku tidak pa-pa. Hanya saja aku mengingatkan jika kamu sangat membenci wanita yang telah menduakanmu. Dan untung saja Noah itu anakmu, bukan anak pria itu,” ujar Deri sebelum mereka berdua meninggalkan restoran.
Benarkah saat itu Naura berselingkuh? Padahal Irfan sangat tahu jika kala itu Naura sangat mencintai dirinya.
Bersambung ... ✍️
Saya suka dengan karakter Adiba & Damar, memiliki prinsip dan bijaksana.
Sungguh menginspirasi ❤