Demi Cinta Sejati
Semilir angin yang lumayan dingin menemani Alwi dan Bunga yang sedang dalam perjalanan pulang.
Pelukan Bunga kepada Alwi diatas motor Vespa tua sedikit menghangatkan mereka berdua, mereka tertawa dan bercanda sambil menikmati indahnya suasana kota malam ini.
"Alwi, Lihat deh!, diatas ada yang ngikutin kita"
Ucap Bunga sambil menyenderkan dagunya di pundak Alwi.
"Siapa yang ngikutin kita Bunga?. Kuntilanak?"
"Yee. Bukan lah, tapi bulan sabit, lucu banget tau, tuh lihat!"
"Hmmm. Kirain apa, tapi masih lucuan juga wanita yang di belakangku ini"
"Ah kamu, kalau aku sih gausah ditanya, aku kan selain lucu cantik juga, perhatian, pengertian, rajin, emmm apalagi ya, oh iya satu lagi, aku itu orangnya ngangenin terus. Iya kan?"
"Iya deh lengkap kalo kamu. Tapi ada sih satu lagi yang belum disebutin"
"Hmmm apa emang?"
"Cerewet. Haha"
"Ih Alwi. Ngeselin yaa emmmmm"
Bunga menggelitik perut Alwi sampai merekapun saling tertawa lepas. Tapi setelah itu Alwi memegang tangan Bunga dan sedikit mengusapnya.
"Bunga?"
"Iya sayang kenapa?"
"Kita kan sudah empat tahun pacaran, kamu masih sabar kan nungguin aku?"
"Hmmm. Kalau boleh sabar sih aku pasti bakalan terus sabar Wi sampai kapan pun juga, aku ngerti ko keadaan kamu saat ini, yang jadi tantangan kamu saat ini kan cuma papa aku, tapi aku yakin ko suatu hari nanti papa bakal merestui hubungan kita, kamu semangat terus ya sayang"
"Tapi kadang aku pesimis Bunga"
"Pesimis gimana Wi?"
"Aku pesimis buat buktiin sama papa kamu kalau aku bisa bahagiain kamu nanti, kamu tau sendiri kan dari dulu papa gak pernah suka sama aku, mungkin karena pekerjaanku yang hanya sebagai OB. kuliahku juga sudah gak bisa aku lanjutin, aku gak tau bisa bahagian kamu atau enggak kedepannya"
"Wi, dengerin aku, aku gak pernah peduli sama pekerjaan kamu apapun itu, aku sudah tau persis perjuanganmu seperti apa selama ini, kamu juga kan harus merawat ibumu. Tapi aku selalu yakin kamu bisa bahagiain aku, aku juga bisa kan bantu kamu nanti setelah kita menikah, aku juga bisa sambil kerja, aku gak bakal resign kita berjuang sama-sama ya Wi"
"Aku tau kamu bisa terima aku apa adanya Bunga. Tapi papa kamu, dia mana mau menikahkan anaknya dengan orang sepertiku yang masa depannya belum jelas"
"Kamu jangan ngeluh gini lah Wi, masih banyak waktu ko, pokoknya aku gamau kamu nyerah, liat aku disini!, perjuangkan aku ya Wi aku mohon, aku gamau kehilangan kamu, aku benar-benar sayang Wi sama kamu"
Bunga pun mulai meneteskan airmatanya sambil menggenggam tangan Alwi.
"Aku juga gamau Bunga kehilangan kamu, mudah-mudahan rencana Tuhan lebih indah ya sayang, kalau berusaha aku pasti akan selalu berusaha buat masa depan kita, tapi aku juga harus realistis, pasti gak akan semudah itu"
"Udah Wi jangan dibahas dulu, aku jadi takut ah"
Alwi pun memberhentikan motornya di bahu jalan, kemudian dia turun dan langsung mengusap airmata Bunga. Bunga langsung memeluk Alwi dengan penuh rasa takut. Alwi mencoba untuk menenangkannya.
"Maafin aku ya, yaudah jangan dibahas dulu, udah jangan nangis, aku paling gak sanggup ngeliat kamu nangis kaya gini"
"Aku takut kamu nyerah terus pergi, jangan ya Wi jangan sampai kamu pergi ninggalin aku"
"Iya aku gak akan pergi sayang, yaudah yaudah maaf ya"
"Hmmmm"
Alwi terus mengusap-usap punggung Bunga, hingga Bunga kini mulai sedikit tenang.
"Kita lanjut jalan ya. Udah malem, nanti kamu dicariin coba sama orang rumah"
"Iya Wi, ayo kita jalan lagi!"
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan, tapi mereka mendadak jadi sama-sama pendiam, karena mungkin sama-sama kefikiran tentang obrolan tadi. Tapi Alwi terus mengusap tangan Bunga yang terus memeluknya sepanjang perjalanan.
Setiap hari Alwi selalu mengantar jemput kekasihnya itu, karena kantor mereka juga searah, Bunga bekerja di divisi Finance di salah satu perusahaan besar di jakarta, sedangkan Alwi hanya seorang Office Boy.
Harusnya Alwi sudah lulus kuliah dan punya pekerjaan yang lebih baik saat ini, tapi kuliahnya terhenti satu tahun yang lalu setelah Ayahnya meninggal.
Dia sempat bekerja sambil melanjutkan kuliahnya, tapi Alwi tak sanggup karena satu tahun ini Ibunya terkena penyakit yang lumayan parah dan harus berobat jalan sampai saat ini.
Beban Alwi semakin berat saat seminggu yang lalu papanya Bunga menanyakan keseriusan Alwi dengan anaknya. Bunga ini adalah anak pensiunan tentara, papanya lumayan dihormati didaerahnya, dulu papanya sempat merestui Alwi dan bunga karena papanya tau bahwa Alwi ini kuliah di salah satu kampus ternama dan Alwi juga merupakan anak yang pintar.
Ayahnya Alwi juga dulu merupakan salah satu orang lumayan terpandang di daerahnya, tapi karena penyakit, ayahnya meninggal dan sampai hartanya habis dipakai berobat hingga Alwi tidak bisa melanjutkan kuliahnya.
Kini Alwi hanya tinggal berdua dengan ibunya di salah satu rumah kontrakan, karena rumahnya harus dijual untuk biaya pengobatan Ayahnya waktu itu.
Singkat cerita mereka pun sampai, di depan gerbang rumah sudah ada papanya Bunga yang sedang menunggu.
Saat Bunga dan Alwi turun dari motor, Bunga langsung disuruh masuk ke dalam rumah, tapi Alwi ditahan didepan rumah dan ada yang ingin disampaikan oleh papanya Bunga..
Bunga pun menuruti kemauan papanya tapi dia menguping di depan jendela ruang tamu sambil melihat ke arah mereka berdua.
Papanya kini sedikit berbicara tegas kepada Alwi.
"Alwi?"
"Iya Pah?"
"Papa mau bicara serius sama kamu"
"Em yaudah Pah silahkan, mau bicara apa?"
"Gini Wi. Mulai besok kamu gak perlu lagi ya antar jemput Bunga. Kamu juga mulai malam ini dan seterusnya gak perlu lagi menemui Bunga"
"Tapi kenapa Pah?, kenapa mendadak seperti ini?"
"Bunga mau papa jodohkan, jadi papa mohon mulai saat ini kamu jangan menemui Bunga dan jangan pernah ganggu dia lagi"
Alwi langsung syok dan gak percaya dengan apa yang dibicarakan oleh papanya Bunga.
"Pah, bukannya papa kasih Alwi waktu seminggu yang lalu, papa kasih Alwi waktu kan satu tahun lagi?"
"Enggak Wi maaf. Papa berubah pikiran, tadi siang papa habis ketemu dengan teman lama dan dia mengenalkan anaknya kepada papa, sepertinya Bunga lebih cocok sama dia dibandingkan dengan kamu, Jadi papa mohon pengertian kamu saat ini"
"Pah. Alwi mau berusaha Pah, Alwi sama Bunga sudah saling mencintai, Bunga juga pasti gamau Pah dijodohin, dia pasti pilih Alwi"
"Hmm. Kamu punya apa sih Wi?.
Sekalipun Bunga mencintai kamu tapi apa kamu rela Bunga hidup menderita sama kamu nanti?. Bunga itu anak papa satu-satunya, papa ingin dia dapat yang terbaik. Papa mohon ya Wi, kalau kamu sayang sama Bunga tolong lupain Bunga, kamu juga mau kan lihat Bunga hidup bahagia?"
"Aku gamau Pah kehilangan Bunga, Alwi janji Pah Alwi bakalan berusaha, Alwi mohon beri waktu dan kesempatan sekali lagi aja. Cuma Bunga Pah yang bisa buat Alwi semangat selama ini. Ya Pah Alwi mohon!"
Alwi terus memohon sambil menciumi tangan papanya Bunga.
"Udah Wi, mendingan kamu sekarang pulang ya, udah gak ada kesempatan lagi buat kamu, mending kamu fokus urus Ibu kamu yang sedang sakit, dia lebih membutuhkan kamu dibandingkan Bunga"
Disini Papanya Bunga langsung menutup pintu gerbang dan masuk ke dalam rumah, dia sudah sama sekali tidak memperdulikan Alwi saat ini. Alwi hanya bisa melamun dan gak menyangka sama sekali tentang kejadian malam ini.
Bunga pun Langsung berlari dari arah rumah menuju ke arah Alwi yang ada didepan gerbang, tapi papanya langsung menahan dan menyuruh Bunga masuk.
"Alwi, Jangan pergi!, aku mau ikut kamu"
Bunga teriak-teriak sambil menangis. papanya terus menahan dengan sangat kuat sampai memeluknya.
Alwi hanya bisa menangis dan sudah gabisa berbuat apa-apa.
"Bunga. Maafin aku Bunga"
Ucap Alwi sambil berusaha membuka pintu gerbang yang sedang terkunci.
Akhirnya Bunga pun mau gak mau dipaksa masuk oleh papanya kemudian papanya langsung mengunci pintu rumahnya.
Tapi Bunga masih teriak-teriak sampai beberapa tetangga pun keluar rumah melihat kejadian itu. Sampai ada salah satu pria paruh baya yang menghampiri Alwi dan sedikit menenangkannya.
"Saya tau kamu anak yang baik nak, sabar ya, suatu hari nanti kamu pasti bisa nemuin kebahagiaan kamu sendiri, semenjak pensiun, papanya Bunga memang agak sedikit berubah sifatnya, dia juga sudah jarang bergaul dengan orang-orang disekitar sini. Udah ya kamu sekarang pulang ikhlaskan, diterusin juga gak akan bener yang ada kamu makin sakit hati nantinya"
Alwi hanya bisa menjawab dengan menganggukkan kepalanya dia masih terlihat sangat syok sekali, dia masih tak percaya dengan kejadian malam ini. Kemudian dia pulang dengan badan yang sangat lemas dan di perjalanan dia terus mengusap airmatanya.
Singkat cerita Alwi sampai dirumahnya. Saat ibunya membukakan pintu dia kaget melihat anaknya berlinang air mata.
"Nakk. Kamu kenapa sayang?"
Alwi langsung memeluk erat Ibunya.
"Nak, kamu kenapa?, ayo duduk dulu yuk, bicara sama ibu, siapa yang sudah menyakitimu?"
Alwi duduk di atas karpet sambil menyenderkan badannya kebelakang tembok, airmatanya terus keluar tak pernah berhenti.
Ibunya langsung memberi Alwi segelas air putih agar Alwi sedikit tenang dan mau bicara. Setelah Alwi minum ibunya kembali bertanya.
"Kenapa nak? Ayo cerita sayang sama ibu!"
"Bunga Bu"
"Bunga kenapa?"
Alwi langsung memeluk Ibunya sambil menangis' tersedu-sedu.
"Bunga kenapa Wi?"
"Bu, aku udah gabisa lagi ketemu Bunga, Bunga mau dijodohkan oleh papanya, tadi setelah Alwi mengantar dia pulang, papanya minta Alwi gaboleh lagi menemui Bunga.. Papanya bilang Alwi gak pantas buat Bunga Bu"
"Ya Allah nak"
Ibunya langsung memeluk Alwi kembali dan ikut menangis.
"Maafin ibu ya Nak, harusnya kamu gak pernah ngalamin penderitaan sesakit ini, ibu sudah gagal jadi orangtua yang baik, ibu gabisa bahagiain kamu"
Alwi langsung melihat ke arah ibunya.
"Enggak, ibu gak pernah salah, ini semua salah Alwi Bu, harusnya Alwi juga sadar diri kalau Alwi itu memang gak pantas untuk Bunga"
"Tapi semenjak Ayah kamu meninggal, hidup kamu jadi susah, banyak orang yang merendahkan mu sekarang, harusnya kamu gak pernah mengalami nasib seperti ini, belum lagi Ibu sekarang yang sudah menjadi beban buat kamu"
"Ibu gaboleh bicara seperti itu, ini ujian Bu buat kita karena Allah begitu sayang sama kita, aku gapapa ko Bu, aku hanya sedih aja harus kehilangan wanita yang selama ini aku cintai. Kita harus selalu bersyukur ya Bu, Ibu jangan sedih, Ibu segalanya buat aku, hanya Ibu yang aku punya saat ini, udah ya ibu jangan ikutan nangis, aku pasti bisa hadapi semua ini ko"
"Ibu sungguh gak rela Nak kamu direndahkan seperti itu"
"Udah, aku gak kenapa-kenapa ko Bu aku gak sakit hati, aku hanya belum siap aja kehilangan Bunga.. Udah ya ibu jangan sedih, aku lebih baik kehilangan segalanya daripada harus melihat ibu menangis seperti ini"
Alwi terus memeluk dan menenangkan ibunya, karena hanya ibunya yang Alwi punya saat ini, Alwi gak pernah rela melihat ibunya sedih bahkan menangis. Suasana pun sedikit tenang setelah mereka saling berpelukan.
"Alwi, sekarang kamu ganti baju gih, kamu ambil wudhu terus shalat biar tenang fikiran nya, habis itu kita makan sama-sama"
"Iya Bu, emang ibu masak apa?"
"Hmm baru ada nasi aja sih, paling sama telor nanti ibu masakin ya"
"Mending kita makan diluar yuk Bu, Ibu pasti kangen makan sama sate, dulu kan Ayah setiap habis gajian pasti beliin kita sate"
"Ah kamu, mending makan dirumah aja, sayang tau nasi nanti gak kemakan pamali"
"Kan besok pagi bisa dibikin nasi goreng, ayolah Bu, plissss mau yaa"
"Hmm ini anak ya kalo udah maksa. Yaudah deh iya. Sekarang kamu sholat dulu gih sana"
"Oke Bu siap"
Alwi pun pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan mengambil wudhu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
S. M yanie
busettt paragraf ya panjang amat,,, mnding jdi 5 paragraf
2024-10-12
0
mayang sari
mampir baca ya thor😀
mengandung bawang nih ceritanya🥺
2024-10-14
2
Hani
aku mampir Thor /Rose/mampir juga dikaryaku Ok /Pray/
2024-10-19
1