Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.
Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.
Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.
"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.
"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.
Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?
Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.
"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.
Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Meminta Restu
Manaf duduk di kantornya, menatap berkas berkas yang disiapkan Olaf untuk mengurus pernikahannya dengan Mahreeen. Hatinya penuh dengan tekad dan kebahagiaan, meskipun perasaan gugup mulai muncul. Dia tahu bahwa langkah ini akan membawa perubahan besar dalam hidupnya dan juga Mahreeen.
"Olaf, pastikan semua dokumen ini disiapkan dengan sempurna. Aku tidak mau ada masalah di kemudian hari. Ini harus segera diurus." perintah Manaf
"Tentu, Tuan Manaf. Semua sudah saya atur, saya yakin Nona Mahreeen pasti akan senang." jawab Olaf tersenyum.
"Iya, dia pasti akan senang. Tapi aku yang lebih khawatir bagaimana reaksi keluargaku nanti." ucap Manaf tertawa kecil.
"Jangan khawatir, Tuan. Saya percaya Tuan pasti bisa menyakinkan Tuan besar dan Nyonya besar, terlebih setelah mereka bertemu dengan Rasya dan Chana, semua akan baik-baik saja. Mereka anak-anak yang hebat." ucap Olaf mencoba berfikir dengan logika.
Manaf mengangguk setuju, tapi di dalam hatinya, dia tahu perjalanan untuk meminta restu orang tuanya tidak akan mudah.
"Ya sudah, kamu urus sekalian Rasya dan Chana untuk bersiap siap menemui kedua orang tuaku, dulu. Tapi jangan memberikan tekanan yang tidak tidak pada mereka," perintah Manaf.
"Siap, Tuan. Kapan anda akan kemansion?" tanya Olaf.
"Besok, pas sekali waktunya weekend." ucap Manaf.
"Baiklah, akan saya siapkan semuanya," ucap olaf lalu undur diri dari ruangannya.
"Mama dan Papa semoga saja bisa mengerti," lirihnya.
***
Sore hari, Manaf juga menyempatkan diri menemui Viktor, sahabat lamanya sekaligus dokter yang selama ini merawat kesehatannya. Di sela sela cek rutin, Manaf berbagi cerita tentang rencananya untuk menikah kembali.
"Jadi, kamu sudah siap menikah lagi? Ini keputusan besar, Manaf. Bagaimana kamu menjelaskan situasimu saat ini?" tanya Viktor.
"Aku sudah merasa jauh lebih baik, Viktor. Dan Mahreeen... dia membuat segalanya terasa lebih ringan. Aku ingin menjalani hidupku bersamanya. Untuk penyakitku ini, aku akan jujur pada kedua orangtuaku, mereka berhak tahu yang sebenarnya. Aku tidak ingin Mahreeen terluka karena aku," jawab Manaf tersenyum tenang.
"Itu bagus. Aku senang kamu menemukan seseorang yang bisa membuatmu bahagia. Tapi kamu harus tetap menjaga dirimu, ya? Memastikan pada kedua orang tuamu bukanlah hal yang mudah, terlebih kamu sudah menutupinya selama ini" jelas Viktor.
"Tentu saja. Kamu sudah merawatku selama ini. Aku tidak akan mengecewakanmu. Doakan saja semoga berjalan sesuai yang aku inginkan," ucap Manaf
"Ya, Manaf. Kapan kamu akan ke mansion? Perlukah aku disana untuk menjelaskan keadaan kesahatanmu?" tanya Viktor.
"Seperti aku butuh bantuanmu untuk menjelaskan situasiku ini. Besok siang, dan sore kamu datanglah langsung ke mansion. Aku pasti disana," ucap Manaf yang merasa sahabatnya iti sangat tahu dan sangat pengertian.
"Baiklah, aku pamit, dan jangan lupa besok sore," lagi pinta Manaf.
"Siap, Bos Omar!" ucap Viktor dengan tangan hormat di wajahnya.
Keluar dari ruangan Viktor, Manaf berjalan sendiri menuju lobi, tepat setelah turun dari lift namanya ada yang memanggilnya.
"Manaf, Manaf, Manaf!" panggil wanita itu dan Manaf menolehnya.
DIA!!! Terkejut Manaf.
Manaf yang langsung diam di tempat, terkejut dan tentu saja marah. Wanita itu menghampiri Manaf bahkan ingin menyentuhnya.
"Jangan sentuh aku!" ucap Manaf dengan tatapan tajamnya.
"Tidak kusangka kita bertemu lagi setelah 25 tahun. Lama sekali ya." ucapnya yang masih sok akrab.
"Aku tidak tertarik membicarakan masa lalu, Queen." ucap Manaf dengan dingin.
"Oh, begitu? Tapi masa lalu selalu punya cara untuk kembali, bukan?" jawab Queen tersenyum sinis.
"Aku tidak punya waktu untuk ini. Jangan harap aku akan membuang waktuku untuk sesuatu yang sudah lama berakhir." ucap Manaf mengabaikannya dan melangkah lagi.
Meninggalkan Queen yang masih menatapnya dengan tatapan penuh rahasia. Manaf bertekad untuk tidak membiarkan masa lalu mengganggu kehidupannya yang baru.
Aku tidak sudi melihat atau berbicara denganmu, Queen! Kamu yang membuatku begini! Tanpa ada maaf darimu, sudah membuatku terluka! Batin Manaf.
***
Esok hari, Manaf dengan penuh keyakinan membawa Rasya dan Chana ke mansion keluarga Omar. Kedua anak Mahreeen tampak senang dan antusias, meski mereka sedikit gugup bertemu dengan keluarga Manaf untuk pertama kalinya.
Setibanya di mansion, Malika Omar, Mama Manaf, segera menyambutnya dengan mata berbinar.
"Manaf, sudah lama sekali kamu tidak datang ke sini. Dan... siapa mereka ini?" ucap Malika tersenyum bahagia (menatap Rasya dan Chana dengan penuh rasa ingin tahu).
"Ma, kenalkan, ini Rasya dan Chana, anak-anak Mahreeen. Aku ingin Ibu dan Ayah mengenal mereka lebih dekat." jawab Manaf tersenyum, setelah melepaskan pelukan Mamanya.
Lalu Malika menatap kedua anak yang datang bersama Manaf, lalu mendekat oada mereka.
"Oh, betapa manisnya kalian! Selamat datang di keluarga kami, sayang. Kalian sudah seperti cucu-cucuku sekarang." sapa Malika menyambut Rasya dan Chana dengan pelukan penuh kasih.
Rasya dan Chana tersenyum malu-malu dalam pelukan Malika, tapi segera merasa nyaman dengan kehangatan yang ditunjukkan oleh Malika. Mereka pun langsung merasa diterima di keluarga Manaf.
"Kak, ternyata mereka baik," bisik Chana.
"Shuuutttt!" lirih Rasya yang tidak enak lalu menganggukkan kepalanya pada adiknya itu.
"Ayo masuk!" aja Malika.
Akhirnya mereka masuk dan bermain di taman belakang dengan para art ataupun dengan Malika hingga benar benar puas. Bahkan Malika merasa kedua anak itu seperti malaikat yang menyejukkan hatinya setelah selama ini Manaf belum juga mempunyai anak.
"Kalian teruslah bermain, Nenek masuk dulu." pinta Malika.
"Iya, Nek," jawab keduanya.
Malika masuk ke dalam rumahnya, dan Manaf akhirnya ounya kesempatan untuk berbicara dengan kedua orang tuanya.
"Papa, Mama, aku datang ke sini untuk meminta restu. Aku ingin menikah lagi dengan ibu dari mereka, namanya Mahreeen." ucap Manaf.
Manna dan Malika tampak terkejut, toba tiba saja anaknya meminta restu. Menikah lagi?
"Manaf, bagaimana mungkin kamu berpikir untuk menikah lagi? Bagaimana dengan Farisa dan keluarganya? Pernikahanmu belum berakhir, dan ini akan menimbulkan masalah besar!" ucap Manna dengan nada tegas.
"Papa maafkan aku sebelumnya, pernikahan dengan Farisa hanyalah pernikahan kontrak. Tidak ada cinta di antara kami, dan aku tidak bisa terus hidup dalam kepura puraan. Aku mencintai Mahreeen, dan aku ingin memulai hidup baru bersamanya." ucap Manaf berusaha menjelaskan.
"Apa!" terkejut kedua orang tuanya. Bahkan Malika hampir pingsan dibuatnya akibat ucapan anaknya yang menggampangkan dan menyepelekan pernikahan.
"Kamu gila, Manaf!!" bentak Manna.
"Ma, kamu baik baik saja?" tanya Manna yang melihat istrinya lemas.
"Anakmu bukan sih dia, Pa? Kenapa dia begitu? Aku tidak pernah mendidiknya membuat lelaki pecundang, Pa," lirih Malika yang mulai terisak.
"Ma, Pa. Aku bisa jelaskan," pinta Manaf yang sadar ini bukan hanya masalah sepele.
"Apa lagi Manaf? Mau buat kami mati mendadak!" ucap Manna dingin.
Deg!
Datanglah, Viktor!!!! Batin Manaf.
...****************...
Hi semuanya, bagaimana sejauh ini cerita mereka? Kasih komentarnya ya? Like juga.
bentar lagi up ya di tunggu
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.