Di tengah dunia magis Forgotten Realm, seorang pemuda bernama Arlen Whiteclaw menemukan takdir yang tersembunyi dalam dirinya. Ia adalah Pemegang Cahaya, pewaris kekuatan kuno yang mampu melawan kegelapan. Bersama sahabatnya, Eira dan Thorne, Arlen harus menghadapi Lord Malakar, penyihir hitam yang ingin menaklukkan dunia dengan kekuatan kegelapan. Dalam perjalanan yang penuh dengan pertempuran, pengkhianatan, dan pengorbanan, Arlen harus memutuskan apakah ia siap untuk mengorbankan segalanya demi kedamaian atau tenggelam dalam kegelapan yang mengancam seluruh Forgotten Realm.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orionesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan dari Masa Lalu
Mereka bertiga berdiri dalam keheningan yang tegang, menatap kabut tebal yang mengaburkan jalan keluar dari Lembah Bayangan. Bayangan besar perlahan tampak muncul dari dalam kabut itu, bergerak mendekat dengan langkah-langkah berat yang menggema.
“Arlen, apa kau merasakan energi itu?” bisik Eira, suaranya rendah namun bergetar.
Arlen mengangguk pelan. “Ya, aku merasakannya. Entah apa yang ada di balik kabut itu, tapi energinya… bukan main kuatnya.”
Finn maju selangkah, mencabut belatinya. “Aku sudah lelah dengan semua keanehan di tempat ini. Apapun yang muncul, kita akan hadapi bersama.”
Tiba-tiba, sosok dalam kabut itu berhenti, dan perlahan kabut mulai memudar, menampakkan seorang pria tinggi dengan jubah hitam yang compang-camping. Matanya yang tajam menatap lurus ke arah mereka bertiga, seakan menembus jiwa mereka.
“Siapa dia?” bisik Eira, hampir tak berani menatap langsung ke mata pria itu.
Pria itu tersenyum dingin. “Kalian mencari Relik Gelap dan berhasil mendapatkannya, namun tahukah kalian apa yang sebenarnya telah kalian lepaskan?”
Arlen merasa darahnya berdesir. “Kami datang ke sini untuk menghentikan Malakar, bukan untuk melepaskan apapun.”
Pria berjubah itu terkekeh pelan. “Oh, betapa naifnya kalian. Mengambil Relik Gelap berarti menghidupkan kembali kekuatan-kekuatan lama yang seharusnya tetap terkunci. Kalian baru saja membangunkan sesuatu yang lebih besar daripada Malakar.”
Finn menatap pria itu dengan sorot penuh kemarahan. “Siapa kau? Dan apa hakmu menuduh kami begitu?”
Pria itu mendekati Finn dengan gerakan lambat namun mengancam, matanya menyipit. “Aku? Aku adalah Guardian pertama dari Relik Gelap. Dulu, akulah yang mengunci kekuatan kegelapan ini. Namaku Orion, dan aku telah terjebak di sini selama berabad-abad untuk memastikan tidak ada yang menyentuhnya.”
Eira terkejut mendengar nama itu. “Orion? Jadi kau… adalah penjaga pertama? Tapi mengapa kau mengizinkan kami menyentuh Relik Gelap?”
Orion mengangguk perlahan, seolah mengakui bahwa ia memang membiarkan mereka mengambil Relik Gelap. “Aku tidak mengizinkan kalian. Relik Gelap memilih sendiri pemiliknya, dan sayangnya, kalian sekarang menjadi alat dari kehendak gelap itu.”
Arlen mengerutkan kening. “Jika kau penjaga, mengapa kau tak menghentikan kami?”
Orion menatap Arlen dalam-dalam, seakan menilai sesuatu dari wajahnya. “Aku sudah terlalu lemah untuk melawan keinginan Relik. Namun, aku bisa memberi kalian peringatan. Setiap kekuatan yang besar memiliki harga, dan Relik Gelap akan menuntutnya dari kalian.”
Arlen menatap Relik di tangannya. “Kami sudah tahu risikonya, dan kami siap menanggungnya.”
Namun, Orion menggelengkan kepala dengan ekspresi sedih. “Kalian tidak paham. Relik Gelap tidak hanya menuntut pengorbanan. Ia akan menguji batas kejiwaan kalian, menuntut bagian dari hati kalian yang paling gelap.”
Finn menggenggam bahu Arlen. “Arlen, kita tidak perlu mendengarkannya. Kita sudah membuat keputusan.”
Orion menatap Finn dengan tatapan tajam. “Kesombonganmu akan menghancurkanmu, anak muda. Relik Gelap hanya akan membawa kegelapan, bukan kemenangan. Jika kalian tak bisa menahannya, maka kalian akan menjadi seperti Malakar, terhisap dalam kekuatan gelap tanpa jalan kembali.”
Eira memandang Orion penuh kebimbangan. “Kalau begitu, apa yang harus kami lakukan?”
Orion menarik napas dalam-dalam, lalu mengangkat tangannya ke arah Relik Gelap di tangan Arlen. “Satu-satunya cara untuk menjaga keseimbangan adalah dengan menemukan Tiga Pilar Cahaya. Mereka adalah penjaga yang bisa menahan Relik Gelap agar tidak menguasai pemiliknya.”
Arlen mengernyit. “Tiga Pilar Cahaya? Apa itu?”
Orion melanjutkan, “Tiga Pilar Cahaya adalah tiga objek kuno yang disegel di tiga tempat tersembunyi di seluruh Dunia Tersembunyi. Mereka adalah satu-satunya yang bisa menahan efek kegelapan dari Relik. Tanpa mereka, kalian hanya akan semakin mendekat pada kehancuran.”
Finn tampak gusar. “Jadi kau bilang, kita harus mencari benda-benda lain untuk bisa mengendalikan Relik ini?”
Orion mengangguk. “Jika kalian serius ingin menggunakan Relik Gelap untuk kebaikan, maka carilah ketiga Pilar itu. Mereka akan membimbing kalian untuk mengendalikan kegelapan di dalamnya.”
Arlen menatap Eira dan Finn dengan pandangan penuh tekad. “Kalau begitu, kita harus menemukannya. Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan berharap Relik ini tidak menghancurkan kita.”
Eira mengangguk, meskipun wajahnya menunjukkan ketakutan yang mendalam. “Arlen, ini akan menjadi perjalanan yang jauh lebih berat. Tapi jika ini yang harus kita lakukan, aku akan bersamamu.”
Finn menarik napas panjang, lalu mengulurkan tangannya pada Arlen. “Aku juga akan bersamamu. Kita sudah sejauh ini, tidak ada alasan untuk mundur sekarang.”
Orion mengangguk pelan, tampak puas dengan tekad mereka. “Kalau begitu, aku hanya bisa memberi petunjuk pertama. Pilar pertama terletak di Kuil Langit. Carilah di sana, dan temukan cara untuk membuka segelnya. Tapi ingat, setiap Pilar memiliki penjaganya sendiri, dan mereka tidak akan semudah itu melepaskan cahaya mereka.”
Arlen menatap Orion dengan penuh rasa terima kasih. “Terima kasih, Orion. Kami akan menemukan ketiga Pilar itu, dan memastikan Relik Gelap tidak jatuh ke tangan yang salah.”
Orion mengangguk dengan wajah penuh kelelahan. “Semoga keberuntungan menyertai kalian. Ingatlah bahwa kegelapan selalu mencari celah di hati yang lemah. Jangan biarkan keraguan menguasai kalian.”
Dengan kata-kata terakhir itu, sosok Orion perlahan memudar, meninggalkan mereka bertiga sendirian di dalam Lembah Bayangan. Saat keheningan menyelimuti kembali, mereka bertukar pandang, merasakan beratnya tugas yang kini menanti mereka.
Namun, tak ada waktu untuk ragu. Mereka berbalik dan mulai berjalan keluar dari lembah, membawa Relik Gelap dan peringatan Orion dalam hati mereka.
Mereka melangkah keluar dari lembah, langit mendung mulai menutup cahaya, memberikan tanda bahwa dunia sepertinya sudah tahu bahwa Relik Gelap kini berada di tangan mereka. Mereka tidak tahu siapa atau apa yang mungkin mengincar mereka, tapi satu hal pasti: jalan di depan penuh dengan bahaya yang lebih besar.
Saat mereka melangkah meninggalkan Lembah Bayangan, langkah kaki mereka terhenti ketika terdengar suara gemerisik dari balik pepohonan. Arlen, Eira, dan Finn saling berpandangan, menahan napas, mencoba memastikan apakah mereka tidak sedang dibayangi bahaya.
“Apakah kau mendengar itu?” bisik Eira sambil melirik ke arah Arlen.
Arlen mengangguk, lalu memberi isyarat kepada mereka untuk merapat. Mereka bergerak pelan, berusaha menyembunyikan diri di balik semak belukar, berharap tak ada yang melihat kehadiran mereka.
Tiba-tiba, sosok hitam muncul di depan mereka. Tubuhnya besar, dengan mata merah menyala dan tatapan buas. Ia mengenakan jubah hitam pekat yang berkibar ditiup angin. Sosok itu berdiri diam, seolah menunggu mereka melakukan gerakan pertama.
Finn menelan ludah, merapatkan pegangan pada belatinya. “Apa itu... mungkin pengikut Malakar?” bisiknya dengan nada gentar.
Sosok itu tersenyum dingin, memperlihatkan deretan gigi tajamnya. “Kalian tak akan pergi jauh dengan Relik Gelap itu,” katanya, suaranya terdengar seperti desis ular. “Malakar sudah mengetahui keberadaan kalian. Dia mengirimku untuk mengambil apa yang seharusnya miliknya.”
Arlen menyipitkan mata, mencoba menjaga keberaniannya. “Kami tidak akan menyerahkan Relik ini kepadamu atau Malakar!”
Sosok itu terkekeh, suaranya menggema seram. “Kalian sungguh percaya diri. Tapi lihatlah... kekuatan yang kalian miliki hanya ilusi. Tanpa Pilar Cahaya, Relik Gelap itu hanya akan menguras kekuatan kalian.”
Arlen menggertakkan gigi. Ia tahu mereka tidak siap menghadapi ancaman ini tanpa Pilar Cahaya. Di tengah ketegangan itu, sosok tersebut melangkah maju, dan udara di sekitar mereka semakin berat. Terpojok, mereka bertiga bersiap melawan, meskipun tidak yakin bisa keluar dari ancaman ini dengan selamat.