Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Pertemuan yang Tak Terduga
Rachel masih terguncang oleh pertemuan dengan David di depan pintu rumahnya. Sementara ia berusaha menyusun strategi untuk menjaga Leo tetap aman, perasaan cemas dan ketakutan menghantui pikirannya. Hari itu, Rachel mencoba menenangkan diri dan mengalihkan perhatiannya pada pekerjaan. Namun, bayangan tentang David yang ingin mendekati Leo tak henti-hentinya membebani hatinya.
Di kantor, Rachel tengah tenggelam dalam rapat ketika ia mendapat pesan dari asistennya.
> “Bu Rachel, ada seseorang yang ingin bertemu di lobi. Dia bilang ini sangat penting dan tidak akan pergi sebelum bertemu dengan Anda.”
Rachel mendesah, sudah menduga siapa yang akan ia temui. Ia menundukkan kepala sejenak, mencoba menenangkan pikirannya sebelum memutuskan untuk menghentikan rapat lebih awal. Setelah membereskan dokumen-dokumen, ia bergegas menuju lobi.
---
Saat tiba di lobi, Rachel melihat David berdiri di sana dengan penampilan tegas dan tatapan tajam yang tidak bisa ia sembunyikan. Ia menarik napas panjang, berusaha bersikap tenang.
“David, kau tidak bisa terus datang ke sini dan mengganggu pekerjaanku,” ucap Rachel, suaranya penuh ketegasan meski hatinya terasa goyah.
David hanya tersenyum tipis, menatap Rachel dengan pandangan yang sulit diartikan. “Rachel, aku hanya ingin memastikan satu hal. Aku ingin Leo tahu bahwa aku adalah ayahnya. Bukankah ini hal yang wajar?”
Rachel menggigit bibirnya, menahan amarah dan kekhawatirannya. “David, kita sudah membicarakan ini. Aku butuh waktu. Leo masih kecil dan belum siap menerima kenyataan ini.”
David menghela napas, tatapannya tetap tajam. “Rachel, setiap hari aku merasa bahwa waktuku dengan Leo semakin habis. Aku ingin berada di sisinya, melihatnya tumbuh, memberikan bimbingan yang ia butuhkan. Apa kau tidak melihat betapa pentingnya ini?”
Rachel terdiam, matanya berkaca-kaca. “David, aku paham keinginanmu. Tapi, kau harus mengerti, Leo sudah punya kehidupan yang ia kenal dan ia cintai. Aku tidak ingin membuatnya bingung dengan perubahan besar ini.”
David melangkah mendekat, suaranya melembut. “Aku tahu kau ingin melindunginya, Rachel. Tapi, aku juga berhak mengenal anakku.”
Rachel merasa dadanya sesak. Satu sisi dirinya ingin menerima bantuan David dan melihatnya sebagai sosok ayah bagi Leo. Namun, ia tidak bisa mengabaikan ketakutannya bahwa Leo akan terluka jika mengetahui kenyataan yang sesungguhnya.
“Aku akan memikirkan caranya,” akhirnya Rachel berkata, mencoba menahan gejolak emosinya. “Tapi, beri aku waktu. Jangan terlalu memaksa.”
David menatap Rachel dengan pandangan penuh harapan. “Baiklah, aku akan menunggu, Rachel. Tapi aku tidak akan mundur.”
---
Beberapa hari kemudian, Rachel berusaha menjaga semuanya tetap normal di rumah. Namun, Leo mulai menunjukkan tanda-tanda penasaran yang semakin besar. Suatu malam, saat mereka sedang makan malam, Leo tiba-tiba membuka pembicaraan yang membuat Rachel terpaku.
“Ibu, kenapa Om David sering datang menemui kita?” tanya Leo polos.
Rachel tersedak mendengar pertanyaan itu. Ia meletakkan sendoknya perlahan dan menatap Leo dengan senyum yang berusaha ia paksakan.
“Om David adalah teman lama Ibu, Leo. Dia hanya ingin memastikan bahwa kita baik-baik saja,” jawab Rachel sambil berusaha terdengar santai.
Leo mengangguk, tetapi masih terlihat penasaran. “Tapi kenapa Om David selalu melihatku dengan tatapan yang aneh? Seperti... seperti dia ingin mengatakan sesuatu padaku.”
Rachel merasa jantungnya berdegup kencang. Ia tahu bahwa Leo semakin cerdas dan peka, bahkan mungkin lebih dari anak-anak seusianya.
“Leo, mungkin Om David hanya terkesan dengan betapa pintarnya kau,” ujar Rachel sambil mengusap rambut anaknya dengan penuh sayang.
Namun, Leo tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya bertanya, “Ibu... apakah Om David adalah ayahku?”
Pertanyaan itu bagaikan petir di siang bolong bagi Rachel. Ia terdiam, merasakan seluruh tubuhnya kaku dan tidak tahu harus merespons bagaimana. Bagaimana mungkin Leo bisa menebak dengan tepat?
“Kenapa kau berpikir begitu, Leo?” Rachel berusaha mengulur waktu, meskipun ia tahu Leo mungkin tidak akan berhenti sampai mendapat jawaban yang memuaskan.
Leo menunduk, memainkan ujung kausnya. “Aku... aku hanya merasa berbeda, Bu. Semua temanku punya ayah, dan mereka selalu bercerita tentang ayah mereka. Aku ingin tahu kenapa aku tidak punya ayah seperti mereka.”
Rachel merasakan matanya mulai berkaca-kaca. Ia tahu ini adalah saat yang paling ia takuti. Menyimpan rahasia dari Leo mungkin lebih sulit daripada yang ia bayangkan.
“Ibu... maafkan Ibu. Ibu belum siap memberitahumu,” ujar Rachel dengan suara pelan.
Leo menatap Rachel dengan mata yang besar dan penuh harap. “Jadi, Om David benar-benar ayahku?”
Rachel menutup mata sejenak, mencoba menahan air matanya. “Ya, Leo... dia ayahmu. Tapi, ada alasan kenapa Ibu belum bisa memberitahumu sebelumnya.”
Leo terdiam, seakan mencoba mencerna informasi yang baru ia terima. “Kenapa, Bu? Kenapa kau tidak memberitahuku?”
Rachel menghela napas panjang. “Ibu hanya ingin melindungimu, Leo. Ibu tidak ingin kau bingung atau merasa kehilangan sesuatu yang tidak pernah kau miliki sebelumnya.”
Leo tampak berpikir keras, lalu memandang Rachel dengan tatapan yang penuh ketegasan, seolah-olah ada kebijaksanaan dalam dirinya yang lebih dari usianya. “Ibu, aku tidak akan marah. Aku hanya ingin tahu siapa aku dan dari mana asalku.”
Rachel tersenyum lemah, mengelus pipi Leo. “Kau anak yang luar biasa, Leo. Ibu sangat bangga padamu.”
Namun, di balik percakapan ini, Rachel tahu bahwa konflik baru telah terbuka. David yang ingin hadir dalam hidup Leo, dan Leo yang mulai memahami jati dirinya, adalah dinamika yang akan sulit untuk ia kendalikan.
---
Beberapa hari kemudian, David datang untuk menjemput Leo setelah sekolah. Leo tampak senang saat melihat David, dan keduanya segera akrab dalam perbincangan. Rachel merasa hatinya kacau melihat kedekatan mereka, tetapi ia tahu bahwa ini adalah pilihan terbaik.
Di akhir pertemuan, saat Rachel hendak mengantar Leo ke kamar, David mendekati Rachel dengan ekspresi penuh kesungguhan.
“Rachel, aku akan melakukan apa pun untuk Leo. Jika kau mengizinkan, aku ingin terlibat lebih dalam,” kata David, tatapan matanya penuh harap.
Rachel menggigit bibirnya, merasa terjebak dalam dilema. Ia tidak ingin Leo kehilangan kebahagiaan barunya, tetapi ia juga takut David akan membawa Leo lebih jauh dari dirinya.
“David, aku butuh waktu. Aku tidak ingin terburu-buru,” ujar Rachel, suaranya terdengar lembut namun tegas.
David menatap Rachel lama sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Aku akan memberikan waktu, Rachel. Tapi tolong, jangan terlalu lama. Leo layak tahu siapa ayahnya yang sebenarnya.”
Rachel hanya bisa mengangguk, meski hatinya masih diliputi kecemasan. Di balik semua ini, ia tahu bahwa keputusan besar harus segera dibuat, dan ia tidak bisa menghindarinya selamanya.
---
Saat malam menjelang, Leo yang sudah tertidur nyenyak meninggalkan Rachel dalam keheningan rumah yang terasa hampa. Rachel menyadari bahwa kehidupannya telah berubah, bahwa rahasia yang selama ini ia jaga telah terbuka.
Namun, di saat yang sama, Rachel tahu bahwa masalah ini baru permulaan. Perjalanan panjang menantinya, dengan cinta, rahasia, dan luka yang terus menghantui mereka bertiga. Bagaimanapun juga, ia harus menghadapi masa lalu yang kembali datang, demi anaknya yang kini menjadi pusat hidupnya.
---
Cliffhanger: Di tengah malam, ponsel Rachel berdering. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal:
> “Rahasiamu terbongkar, Rachel. Bersiaplah kehilangan lebih dari yang kau bayangkan.”
Rachel terkejut, tangannya bergetar saat membaca pesan itu. Siapa yang tahu rahasia ini? Dan apa yang sebenarnya diinginkan orang ini?