Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)
....
Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Drrrtt... Drrrtt..
"Eenghhh...," Amanda menggeliat, ia yang terbangun karena mendengar suara ponselnya berdering lantas meraba nakasnya.
Tanpa membuka mata, Amanda mengangkat panggilan telepon yang belum ia ketahui dari siapa. "Halo?" ucapnya dengan suara khas bangun tidur.
"Selamat pagi, Sayang."
Amanda membuka matanya saat mendengar suara kekasihnya itu. "Dari mana aja kamu? Kenapa dari kemarin gak ada kabar?" tudingnya langsung bertanya.
Amanda mendesah lelah saat merasa kedua gunungnya begitu kencang.
"Uhm maaf, Sayang. Pekerjaan di kantor begitu banyak dan tadi malam aku langsung ketiduran."
"Selalu sibuk 'kah?" tanya Amanda heran. Bahkan disaat minggu pun kekasihnya itu susah diajak ketemu karena katanya sibuk.
"Mohon dimengerti, ya, Sayang. Papa hanya ngandelin aku sebagai pengganti CEO di perusahaan. Jadi, aku harus bekerja full dulu untuk mendapat kepercayaan papa," jelas Rafli terdengar lirih. "Bagaimana kalau hari ini kita makan siang bersama?" lanjutnya menawarkan makan bersama.
"Ssshhh, ahh..." Claudia penutup mulutnya karena tidak sengaja mengeluarkan suara yang mengundang pikiran negatif itu. la merutuki dirinya sendiri karena tangannya tidak sengaja menyentuh payudaranya yang kencang tersebut.
"Sayang? Kamu kenapa? Kenapa suaramu seperti itu? Apa kamu bersama seorang pria dan berselingkuh dariku?" cecar Rafli menuduh Amanda berselingkuh.
"Eh, enggak. Aku mau pipis ini, bentar dulu, ya." Amanda beralasan.
"Ooo, oke."
Amanda meletakkan ponselnya dan ia segera berlari menuju kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, ia mengambil pemompa asinya dan melakukan ritual memeras asi seperti hari-hari biasanya.
Uhh, ini sangat mengganggu." gerutunya kesal. la pun kembali ke kasur dengan pemompa asi yang masih menempel itu.
"Jadi kamu gak makan siang disini?"
Amanda mengernyit heran kala terdengar suara perempuan di ponselnya. Ia melirik ponselnya dan panggilannya masih terhubung.
"Sayang?" panggil Amanda.
"I-iya, Sayang? Sudah pipisnya?" tanya Rafli tampak gugup.
"Sudah. Suara siapa tadi? Kamu selingkuh, ya?" tuduh Amanda balik.
"KAMU APA-APAAN, SIH? BEDAKAN SUARA DRAMA SAMA SUARA PEREMPUAN LANGSUNG. AKU LAGI NONTON DRAMA LHO INI. KOK MAIN TUDUH AJA?!" caci Rafli memarahi Amanda.
Amanda menjauhkan ponselnya dari telinga karena respon kekasihnya itu terlalu berlebihan. Beruntung Amanda bukan gadis yang lemah soal cinta.
"Heh! Kamu ngapain bentak aku, hah? Aku cuma nanya lho? Lagian, tadi kamu juga nuduh aku. Gak ada tuh aku marah-marah sama kamu saat dituduh. Ishh, brengsek banget sih jadi cowok. Orang nanya aja dibentak. Dahlah, nyebelin banget tau gak!" Amanda mengakhiri panggilannya dengan perasaan kesal.
"Sukanya nuduh, giliran dituduh balik malah marah. Dasar cowok patriarki!" gerutu Amanda sewot. la melempar ponselnya diatas kasur dan kembali ke kamar mandi untuk menyelesaikan ritualnya dan mandi.
***
Amanda turun ke lantai utama dan melihat managernya sudah datang. "Apa jadwalku hari ini, Bella?" tanyanya seraya menuju meja makan.
Bella mengikuti langkah majikannya itu. "Bertemu dengan beberapa klien untuk membicarakan kontrak kerja dan pemotretan di sore hari." jawabnya memberitahu jadwal padat Amanda.
"Bertemu beberapa klien itu ditempat yang sama?" Amanda melahap roti yang sudah disiapkan pembantunya itu.
"Jika anda ingin di satu tempat yang sama, saya akan mengaturnya."
Amanda manggut-manggut. "Kalau kliennya dua atau tiga orang saja, kamu atur tempat yang sama saja. Tapi, kalau kliennya lebih dari tiga orang, beda-beda tempat aja. Soalnya bosen kalau disitu-situ saja," pungkasnya.
"Tiga klien yang harus anda temui hari ini. Dari perusahaan film, iklan, dan butik terkenal yang ingin anda menjadi model pakaiannya, Nona." jelas Bella memberitahu.
"Film apa lagi? Batalkan saja itu, Bella. Aku tidak ingin bermain film karena kekasihku pasti akan cemburu jika ada adegan romantisnya," menolak bukan karena perduli dengan Rafli, tapi karena ia lelah kalau harus bertengkar lagi dengan Rafli yang pemarah itu. Menyetujui satu film saja ia dan sang kekasih bertengkar satu minggu full.
"Baik, Nona." patuh Bella, ia pun langsung mengutak-atik iPad yang ada ditangannya itu guna memberitahu tentang pembatalan kontrak.
***
"Kamu serius ingin membawa anakmu bekerja mengantar paket, Adit?" ketua umum dari perusahaan pengantar paket itu menatap Aditya dan anaknya secara bergantian.
Aditya menunduk menatap sang anak yang anteng dalam gendongannya. "Saya baru bercerai dengan istri dan tidak ada yang merawatnya di rumah, Pak." jelasnya.
Semua rekan kurir itu menatap Aditya kasihan dan ada juga menatap tidak suka. "Bukankah itu akan menyusahkan pekerjaannya? Kalau tidak ingin meninggalkan anak sendiri, lebih baik berhenti saja bekerja." ucap salah satu dari mereka yang tidak suka.
Aditya menggeleng pelan. Bagaimana ia bisa membelikan anaknya susu saja untuk makannya sehari-hari kalau ia berhenti bekerja?
"Aku janji tidak akan terlambat mengantarkan paket walaupun sedang bersama anakku, Ketua." pungkas Aditya berjanji sambil melihat anaknya yang tengah tersenyum lebar menatapnya.
Aditya ikut tersenyum melihat anaknya itu. Hanya baby Zyan yang ia punya dan penyemangatnya dalam bekerja sekarang.
Ketua Umum itu menghela napas panjang. "Terserah kamu saja. Tapi, jika anakmu sakit karena cuaca diluar yang tidak menentu itu bukan tanggung jawab perusahaan, mengerti?"
Aditya mengangguk pelan, "Mengerti, Ketua."
Ketua Umum itu manggut-manggut dan mulai menyuruh karyawan lain untuk menunjukkan paket-paket yang sudah dibagi sesuai daerahnya masing-masing itu.
"Kalian, ikuti saya." titah salah satu karyawan itu.
Para kurir paket itu mengikuti karyawan tersebut menuju gudang tempat penyimpanan paket.
"Kamu yang itu, kamu yang itu, itu, itu, dan kamu Aditya, paket yang diujung sana." tunjuk karyawan tersebut pada tumpukan paket yang ada di ujung gudang.
"Baik, Pak." Aditya pun melangkahkan kakinya menuju ujung gudang. la mengambil satu paket dan melihat alamat dari paket tersebut.
"Jl. Kenangan, Gang Mawar," gumamnya tersenyum kecut. la menatap sang putra yang sedari tadi terus melihat kearahnya. Bagaimana ia akan membawa anaknya memasuki gang-gang yang rawan akan nyamuk itu?
Saat ini Aditya mendapatkan lokasi yang kurang sehat untuk anak-anak di sana. Jangankan bayi, anak-anak saja kurang sehat. Tapi, kalau tidak membawa anaknya kemana ia akan menitipkan anaknya itu.
"Zyan baik-baik aja, ya? Zyan harus jadi anak kuat,"
"Papaaaa," celoteh Zyan yang mengerti kalau ayahnya mengajaknya berbicara.
Aditya terkekeh mendengar suara anaknya yang lucu itu. la pun mulai memindahkan paket-paket itu ke motornya yang sudah terpasang kantung paket tersebut.
***
"Eee lucu banget anaknya, Kak..."
Aditya tersenyum karena pelanggannya itu merekam anaknya. Padahal ia hendak segera keluar dari komplek yang menurutnya kotor dan tidak sehat untuk anaknya itu.
"Terimakasih, Kak. Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Aditya yang langsung melangkah pergi.
"Semoga paket selanjutnya kalian yang nganter, ya. Aku suka sekali denganmu, eh, anakmu maksudnya." gadis remaja itu cekikikan karena mengatakan hal tersebut.
Aditya hanya geleng-geleng kepala menanggapi perkataan dari pelanggannya itu. la langsung menjalankan motornya menuju rumah lain dijalan gang yang sempit itu.
Gadis tersebut melihat video rekaman tadi dan menatap gemes pada baby Zyan. "Kayak pernah liat," gumamnya. Matanya terbuka lebar saat ia mengingat sesuatu.
"Tuh kan, benerr..." gadis itu terpekik karena baru saja ia melihat isi galerinya. Tadi malam ia melihat akun AdityaNanda dan ia sempat screenshot foto-foto baby Zyan bersama ayahnya.
"Duda memang menawan," gumam gadis itu tersipu sendiri. "Aku punya nomor duda itu, Makkkkk..." pekiknya kegirangan. la pun sengaja mengirim rekamannya tadi pada kurir tersebut dengan caption, [Halo duda kurir, ini video anak kita, eh, anakmu tadi, ya.]
la yang mengirim pesan, ia yang salah tingkah sendiri. Gadis itu menutup wajahnya karena malu padahal tidak ada yang menggoda dirinya.
"Anakmu gila?" bisik ayah gadis itu pada istrinya.
"Sepertinya dia sedang jatuh cinta," balas sang istri berbisik.
"Cinta sama duda?"
"Tau dari mana kamu?"
"Lah? Tadi dia teriak punya nomor duda,"
"Mau gak punya menantu duda?"
Sang ayah menggeleng. "Duda menang menawan, tapi bujangan lebih aduhai."
"Kebalik, ih.."
"Sempaknya?"
"Apa sih? Aneh banget ayah, ah.." sang istri tertawa karena perkataan suaminya itu.
🌸🌸🌸🌸🌸