Ghea yang sudah menikah selama tiga tahun dengan suaminya, dia tidak pernah mendapatkan sentuhan lembut dari suaminya karena sang suami sibuk dengan kekasihnya, hingga akhirnya dia harus terlibat dengan seorang playboy yang tak lain adalah adik iparnya sendiri.
Gairah keplayboyan Gibran seketika menghilang setelah bertemu Ghea, membuat dia ingin menjadikan Ghea sebagai miliknya.
Padahal sebelum menikah dengan Romi, Ghea lebih dulu dijodohkan dengan Gibran. Tapi Gibran menolak perjodohan itu tanpa ingin tau dulu siapa yang dijodohkan dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Di Masa Kecil
"Berhenti disini!" suruh Ghea begitu dia melihat halaman depan sebuah panti asuhan. Tempat tinggalnya dari kecil.
Waktu Ghea masih berumur 1 tahun, dia dibawa oleh seorang kakek ke panti asuhan itu.
Ghea turun dari taksi itu, dia melihat ibu Reni sedang menyapu halaman di depan panti, "Bu Reni," sapanya dengan ramah.
Bu Reni segera menoleh, dia menyambut kedatangan Ghea dengan sumringah, "Oh ya ampun, Ghea." Bu Reni memeluk orang yang sudah di asuhnya dari kecil.
Ghea menjinjing kresek besar yang berisi beberapa kue basah dan diberikannya kepada Bu Reni, "Ini untuk ibu dan semua yang ada di panti ini,"
"Aduh ya ampun, terimakasih banyak ya Ghea." Bu Reni menerima pemberian Ghea dengan senang hati.
Ghea mengangguk sambil tersenyum "Iya, bu."
"Bagaimana kabar kamu?"
"Tentu saja baik, bu." Ghea mengatakan hal itu dengan sumringah.
"Syukurlah kalau baik, Pak Reza dan keluarganya pasti memperlakukanmu dengan baik, karena itu jangan pernah mengecewakannya. Pak Reza sangat baik dan selalu memperhatikanmu dari dulu, dia sudah menganggapmu sebagai anaknya sendiri."
"Iya tenang saja bu."
Lalu Ghea masuk menyapa semua anak panti disana, anak-anak disana menyambut kedatangan Ghea dengan perasaan senang, "Kak Ghea!"
"Hai adik-adikku!" Ghea menyapa mereka.
Pak Reza memberikan fasilitas yang lengkap di panti itu, dari mulai tempat tidur, sarana belajar, makanan, pakaian, bahkan sudah merenovasi panti ini menjadi lebih luas, itu semua sesuai dengan permintaan Ghea kepada Pak Reza.
Panti asuhan ini terdiri dari empat pengasuh, ada tiga pengasuh lagi selain Bu Reni, ada Bu Alma, Bu Desi dan Bu Tita.
Tentu saja mereka sangat baik memperlakukan Ghea hingga bisa tumbuh menjadi wanita yang cantik seperti ini. Orang-orang yang seangakatan dengan Ghea itu sudah tidak ada di panti lagi, ada yang di adopsi, ada juga yang mencoba hidup mandiri setelah beranjak dewasa.
"Ghea, bisa kita bicara sebentar?" Bu Alma menyuruh Ghea masuk ke dalam ruangannya.
"Ada apa, bu?" Tanya Ghea begitu dia masuk ke dalam ruangan itu.
Bu Alma menunjukkan sebuah dus kecil yang berisi pakaian dan kalung Ghea yang berliannya berbentuk huruf V, yang di pakai waktu pertama kali menginjakkan kaki di panti itu.
"Sudah waktunya ibu menyerahkan Ini semua padamu walau kamu sudah menolaknya beberapa kali tapi mungkin saja suatu saat nanti kamu tidak sengaja bertemu dengan orang tuamu."
Ghea hanya tersenyum simpul, "Untuk apa aku bertemu dengan orang yang sudah jelas tidak menginginkan kehadiranku?"
Bu Alma pun terpaksa menyimpan kembali barang-barang Ghea itu, "Hmm ... Ya sudah ibu akan menyimpannnya lagi disini. Mungkin suatu saat nanti kamu membutuhkannya."
Dunia ini memang kejam! Dari kecil bahkan sampai aku menikah pun aku tidak pernah mendapatkan kebahagiaan, boleh kah aku menuntut itu sekarang? Batin hati Ghea.
Sebenarnya dulu ada yang ingin mengadopsi Ghea, namun Pak Reza tidak mengizinkannya, karena Pak Reza mengetahui bahwa Ghea itu anak yang sangat cerdas, Ghea mendapat perhatian khusus dari Pak Reza.
Tanpa Ghea dan Gibran sadari mereka sebenarnya pernah bertemu di panti asuhan itu saat usia mereka masih 5 tahun.
......FLASHBACK ON.....
Saat Gibran masih berusia 5 tahun, dia diajak oleh Pak Reza dan istrinya ( Bu Megan ) ke panti asuhan, Bu Megan yang mendirikan panti asuhan itu dari dulu, namun karena perusahaannya belum maju seperti sekarang, panti asuhan itu fasilitasnya masih seadanya, yang penting bisa makan dan belajar.
"Kita mau kemana Mah?" tanya Gibran kecil.
"Ke panti asuhan, sayang. Mama mau memberikan buku-buku pelajaran ini buat anak-anak disana." jawab Bu Megan.
Pak Reza hanya tersenyum mendengarkan pembicaraan anak dan istrinya itu, sambil menyetir mobil.
Sesampainya di panti, Pak Reza dan Bu Megan sibuk membawa buku-buku di dalam dus itu, sementara Gibran mengikutinya dari belakang sambil memainkan mobil-mobilan yang dia pegang, "Ngeng... ngeng...!"
Gibran kecil berhenti melangkah saat melihat ada gadis kecil yang sedang menggedong boneka dan mainan di dalam keranjang kecil berjalan ke halaman belakang, Gibran kecil pun mengikutinya. Dan gadis kecil itu ternyata adalah Ghea.
Gibran melihat Ghea itu bermain masakan-masakan, membuatnya ingin ikut bermain juga.
"Aku ikut bermain!" kata Gibran yang masih memegang mobil mainan itu.
Ghea langsung menatap Gibran yang bersikap sok akrab tapi memang dasarnya anak kecil suka langsung akrab tanpa berkenalan lebih dulu, yang pada akhirnya mereka pun bermain bersama hari itu.
Bu Megan dan Pak Reza menyadari sang anak tidak ada dibelakangnya, mereka pun mencarinya kemana-mana di area sekitar panti asuhan itu.
Langkah Pak Reza terhenti saat melihat anaknya yang sedang diajak belanjar membaca oleh Ghea yang sedang memegang boneka. Ternyata mereka sedang bermain sambil belajar di halaman belakang panti asuhan itu.
"Ini dibacanya apa?" tanya Ghea dia menunjuk sebuah tulisan yang ada di dinding.
Gibran hanya menggeleng, dia belum lancar membaca.
"Ini dibacanya 'PANTI' ....P-A-N-T dan I"
Pak Reza tersenyum melihat gadis kecil yang lucu itu, dia memang ingin sekali memiliki anak perempuan, namun Bu Megan tidak akan bisa hamil lagi karena ada masalah dengan rahimnya itu.
"Apa kita harus membawa anak itu ke rumah? Dia sangat cerdas dan lucu sekali!" tanya Pak Reza kepada istrinya yang baru tiba di halaman panti.
"Aku tidak ada kepikiran buat kesana, kita harus adil juga ke anak yang lainnya disini. Buat aku cuma memiliki Gibran aja sudah cukup, Pah." jawab Bu Megan dengan tegas.
Karena itu Pak Reza selalu memperhatikan perkembangan Ghea, ternyata dia tumbuh jadi anak yang cerdas dan selalu menjadi murid teladan.
......FLASHBACK OF......
****************
"Bagaimana? Apa kamu sudah menemukan keberadaan anakku?" tanya seorang wanita yang usianya sekitar 45 itu kepada asistennya.
"Belum bu, padahal saya sudah berusaha semaksimal mungkin, mencari ke tiap panti asuhan, tapi belum menemukannya juga."
Wanita itu mengangguk, "Hmm ya sudah, tolong cari lebih keras lagi keberadaan puteriku, Vanya."
"Baik, bu."
Asisten itu pun pergi dari ruangannya. Lalu suaminya masuk ke dalam ruangan istrinya itu.
"Ada apa? Kenapa cemberut gitu?" Ternyata suaminya itu adalah Pak Herman, pemilik Perusahaan yang salah satunya Sepatu Adva.
"Aku sangat merindukan Vanya, anakku." Wanita itu menangis.
Pak Herman memeluk istrinya, Fara. "Jangan bersedih kita pasti akan menemukan anakmu itu."
Bu Fara mengangguk sambil mengusap air matanya.
"Adzkia sudah lulus kuliah, aku ingin kamu mengajari anak kita untuk belajar segala sesuatu tentang perusahaan ini."
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalinya....
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya!...