NovelToon NovelToon
Balas Dendam Sang CEO

Balas Dendam Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anjar Sidik

Riska tak pernah menyangka hidupnya yang sederhana akan terbalik begitu saja setelah pertemuannya dengan Aldo Pratama, CEO muda yang tampan dan penuh ambisi. Sebuah malam yang tak terduga mengubah takdirnya—ia hamil di luar nikah dari pria yang hampir tak dikenalnya. Dalam sekejap, Riska terjebak dalam lingkaran kehidupan Aldo yang penuh kemewahan, ketenaran, dan rahasia gelap.

Namun, Aldo bukanlah pria biasa. Di balik pesonanya, ada dendam yang membara terhadap keluarga dan masa lalu yang membuat hatinya dingin. Baginya, Riska adalah bagian dari rencana besar untuk membalas luka lama. Ia menawarkan pernikahan, tetapi bukan untuk cinta—melainkan untuk balas dendam. Riska terpaksa menerima, demi masa depan anaknya.

Dalam perjalanan mereka, Riska mulai menyadari bahwa hidup bersama Aldo adalah perang tanpa akhir antara cinta dan kebencian. Ia harus menghadapi manipulasi, kesalahpahaman, dan keputusan-keputusan sulit yang menguji kekuatannya sebagai seorang ibu dan wanita. Namun, di bal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Permainan Berbahaya

Udara di ruangan itu terasa mencekik. Riska duduk dengan punggung menempel pada dinding restoran, sementara pria pengawal Aldo berdiri di hadapannya, memegang ponsel yang masih memutar video adik perempuannya. Yuli berada di samping Riska, menggenggam tangannya dengan erat untuk memberikan ketenangan. Tapi Riska tahu, ini adalah akhir dari kebebasannya—atau awal dari sesuatu yang jauh lebih buruk.

Di dalam pikirannya, Riska berjuang menemukan jalan keluar. Ia tahu Aldo tidak akan berhenti sampai semuanya hancur. Namun, ancaman terhadap keluarganya membuat segalanya menjadi lebih rumit. Ia harus melawan, tetapi bagaimana?

---

“Kau pikir Aldo akan menang dengan ini?” Yuli bersuara lebih dulu, nada beraninya berusaha menutupi ketakutan yang jelas terpancar dari matanya. “Kami tidak semudah itu dijatuhkan.”

Pria itu tertawa kecil, penuh sinisme. “Kalian masih punya pilihan. Serahkan apa yang kalian miliki, dan semua ini akan selesai dengan damai.”

“Apa jaminannya?” Riska akhirnya angkat bicara, suaranya bergetar tetapi tegas. “Kau pikir aku percaya bahwa Aldo tidak akan menyakiti keluargaku meskipun aku menyerah?”

Pria itu mengangkat alisnya, lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Kau terlalu banyak berpikir. Percayalah, kau tidak ingin tahu apa yang terjadi jika kau melawan lebih jauh.”

Yuli berdiri, tubuhnya tegap meski jelas ia menahan rasa takut. “Katakan pada Aldo bahwa dia tidak akan pernah menang. Kami tidak akan menyerah.”

Senyum pria itu menghilang. Ia menatap mereka dengan dingin, lalu berkata pelan, “Kalian membuat pilihan yang salah.”

Tanpa berkata lebih lanjut, pria itu berbalik dan meninggalkan restoran, meninggalkan suasana yang semakin tegang di antara mereka. Riska merasakan seluruh tubuhnya lemas, tetapi ia tahu, ini belum berakhir.

---

Setelah memastikan bahwa pria itu benar-benar pergi, Yuli menarik napas panjang dan menatap Riska dengan tajam. “Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus memindahkan dokumen ini sekarang juga. Jika tidak, dia akan menemukan kita.”

Riska mengangguk. “Tapi bagaimana dengan adikku? Jika aku melawan, dia akan membahayakan nyawanya.”

“Dengar, Riska,” kata Yuli, mencoba menenangkan. “Aldo hanya menggunakan adikmu sebagai alat untuk menekanmu. Jika kita bisa menjatuhkannya sebelum dia bertindak, kita bisa menyelamatkan adikmu.”

“Tapi bagaimana? Dia punya kekuasaan, uang, segalanya!” Riska mulai kehilangan harapan.

“Kau punya aku,” jawab Yuli dengan yakin. “Dan kau punya bukti ini. Ini sudah lebih dari cukup untuk memulai langkah kita.”

---

Dengan rasa takut yang masih melingkupi, Riska dan Yuli meninggalkan restoran dan menuju ke tempat aman yang telah mereka persiapkan sebelumnya. Perjalanan itu terasa seperti berjalan di atas pisau tajam—setiap langkah terasa mengancam.

Namun, di tengah jalan, mereka menyadari sesuatu yang tidak beres. Sebuah mobil hitam tanpa plat nomor terus mengikuti mereka dari belakang. Jantung Riska berdetak kencang.

“Yuli, kita diikuti,” bisiknya.

Yuli melirik kaca spion dan mengangguk. “Tetap tenang. Jangan menunjukkan bahwa kita tahu.”

Namun, saat mereka mendekati persimpangan, mobil itu tiba-tiba melaju lebih cepat dan memotong jalan mereka, memaksa mereka berhenti. Dua pria keluar dari mobil tersebut, wajah mereka tertutup masker, membuat situasi semakin mencekam.

---

“Keluarlah dari mobil,” salah satu pria itu memerintah, suaranya dalam dan penuh ancaman.

“Tidak mungkin,” Yuli menjawab, menekan klakson dengan keras untuk menarik perhatian.

Pria itu mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya—sebuah pistol. “Aku tidak ingin menyulitkan kalian. Tapi jika kalian tidak menurut, aku tidak akan ragu.”

Riska merasa seluruh tubuhnya gemetar. Ia memegang tangan Yuli dengan erat. “Kita harus keluar. Jangan sampai mereka menyakiti kita.”

“Tunggu,” Yuli berbisik, mencoba mencari cara. Tetapi pria itu semakin mendekat.

“Aku hitung sampai tiga,” kata pria itu. “Satu... dua...”

Dengan berat hati, Yuli akhirnya membuka pintu mobil. Mereka berdua keluar dengan tangan terangkat, sementara pria-pria itu mendekat dengan cepat.

“Kami tidak punya apa-apa!” Yuli berteriak. “Kami hanya orang biasa. Apa yang kalian mau?”

Pria itu menatap mereka dengan dingin. “Bukan kalian yang kami incar. Tapi apa yang kalian bawa.”

---

Riska dan Yuli hanya bisa berdiri di sana, tak berdaya. Salah satu pria itu memeriksa tas mereka, tetapi sebelum ia sempat menemukan sesuatu, suara sirene polisi terdengar dari kejauhan. Wajah pria-pria itu berubah tegang.

“Kita pergi sekarang,” kata salah satu dari mereka.

Tanpa membuang waktu, mereka kembali ke mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Riska dan Yuli yang masih gemetar di tempat.

“Riska, kau baik-baik saja?” Yuli bertanya, mencoba menenangkan.

Riska mengangguk pelan. “Tapi ini artinya Aldo tahu lebih banyak dari yang kita kira. Dia benar-benar akan melakukan segalanya.”

---

Malam itu, Riska kembali ke apartemennya dengan rasa lelah yang luar biasa. Ia mencoba tidur, tetapi pikirannya terus dipenuhi oleh ancaman Aldo dan keselamatan adiknya. Saat ia hampir terlelap, suara ponselnya kembali bergetar.

Pesan baru muncul di layar:

"Kau membuat pilihan buruk lagi, Riska. Waktu adikmu semakin sedikit. Serahkan dokumen itu, atau bersiaplah kehilangan segalanya."

Tangan Riska gemetar saat membaca pesan itu. Tetapi sebelum ia sempat merespons, sebuah amplop tergelincir dari bawah pintu apartemennya. Dengan hati-hati, ia membukanya dan menemukan sebuah foto. Foto itu menunjukkan adik perempuannya diikat di kursi, wajahnya terlihat penuh ketakutan.

Di belakang foto itu, sebuah tulisan tangan berbunyi: "Pilih sekarang, atau aku yang akan memilih untukmu."

Riska jatuh terduduk di lantai, air mata mengalir deras di pipinya. Pilihan apa yang tersisa untuknya? (Bersambung)

1
merry jen
nyesall kmu do dh nuduhh Riska yg menghancurkan hdpy Riska,,bls tuu si claraa Dann selmtinn riskaa gk tau diculik sapa
Rika Ananda
keren
🌟~Emp🌾
aku mampir 🤗 semangat terus y 💪
🌟~Emp🌾
berarti Riska udah di targetkan?
🌟~Emp🌾
terserah lah, yg penting Riska di nikahi
🌟~Emp🌾
syukurlah dia mau tanggung jawab 🤦
🌟~Emp🌾
sungguh terlalu /Sob/
Delita bae
💪💪💪👍👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!